telusur.co.id - Sebagai negara besar, Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang, sejak era perjuangan melawan penjajah, kemerdekaan, sampai era reformasi hingga saat ini. Dari perjalanan panjang tersebut, ternyata ada satu kesamaan yakni ada peran mahasiswa dalam menentukan proses perubahan.
Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI Indro Gutomo, SH, MH mengatakan bahwa mahasiswa saat ini harus memahami dan memiliki rasa bangga terhadap perannya.
"Mahasiswa saat ini memiliki kesempatan untuk berperan di era kekinian, yakni di era Indonesia Emas 2045. Di pundak adik-adik mahasiswa lah Indonesia emas 2045 itu ditentukan. Di saat itu lah, adik-adik sudah berada di usia produktif mengisi pembangunan Indonesia," ujar Indro, saat menjadi narasumber diskusi acara Forum Komunikasi Publik (FKP) dalam rangka Sarasehan Kehumasan MPR RI, kerjasama MPR dengan Universitas Islam Batik Surakarta (UNIBA) Solo Jawa Tengah, di Ruang Sidoluhur UNIBA, Surakarta, Jum’at (07/07/2023).
Lebih jauh Indro mengungkapkan, jika melihat perjalanan sejarah, perubahan bangsa ini memang selalu ditentukan oleh pergerakan mahasiswa. Beberapa contoh, di tahun 1908 muncul Pergerakan Kebangkitan Nasional Budi Oetomo, pelopornya adalah para mahasiswa kedokteran STOVIA. Mereka sadar bahwa Indonesia seharusnya sudah mulai berpikir untuk tidak bergantung pada bangsa lain. Meski pergerakan mereka masih terbatas di pulau Jawa saja, tapi ini awal yang sangat menentukan untuk pergerakan mahasiswa selanjutnya.
Kemudian, berkembang di tahun 1920 ada Perhimpunan Indonesia dan ini sekali lagi mahasiswa yang bergerak, Muhammad Hatta menjadi pelopor saat itu. Bahkan tahun 20 di saat kita masih dijajah Belanda, mereka itu menyatakan sikap dalam majalah dan surat kabar mengenai kemerdekaan Indonesia. Bahkan nama majalahnya pun itu sangat memprovokasi Belanda 'Indonesia Merdeka', ini mahasiswa yang bergerak.
"Nah, pergerakan-pergerakan ini makin luas di tahun 1928, ada Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes yang semuanya menyatu menyelenggarakan kongres, yang dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda.
Kemudian tahun 1945 saat Jepang menyerah kepada sekutu. Pemuda ingin segera mungkin di proklamirkan kemerdekaan. Para pemuda pun bergerak membawa Soekarno - Hatta ke Rengasdengklok. Akhirnya di pengasingan itu sepakat akan diproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus pagi, itu yang desak pemuda juga," papar Indro.
Setelah itu, lanjut Indro, masuklah masa orde lama. Pemerintah orlapun akhirnya di kritisi oleh mahasiswa juga, ada Tritura di situ tiga tuntutan rakyat yakni, bubarkan PKI, kemudian bubarkan kabinet dwikora, ke tiga turunkan harga pangan.
Era orde baru kemudian berkuasa lama sekitar 32 tahun. Mahasiswa pula yang bergerak sehingga Presiden Soeharto turun dan bangsa Indonesia memasuki gerbang era reformasi.
Titik tekannya, ditegaskan Indro, pemuda itu di setiap masa selalu berhasil membuat perubahan. Kenapa berhasil? karena pergerakannya itu masih murni belum terafiliasi oleh kepentingan apapun. Semua yang dirasakan disampaikan, pergerakannya masih berdasarkan karakter bangsa yang kuat. Karakter yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila, mereka bergerak berdasar semangat persatuan, jiwa nasionalisme, semangat membangun bangsa, dan nilai-nilai luhur lainnya.
Namun, setelah 1998 sampai sekarang, banyak yang mengatakan bahwa nilai-nilai karakter generasi muda dianggap mulai pudar, Banyak hal penyebabnya, salah satu yang besar pengaruhnya adalah karena teknologi informasi, jaman mulai modern, narkoba, pergaulan bebas, sifat individualistik yang sangat kental. "Inilah pentingnya upaya penyegaran kembali karakter dan jati diri generasi muda”.
Oleh karenanya, MPR sangat peduli akan hal itu. Sehingga, MPR berusaha mendengungkan Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika kepada seluruh elemen bangsa termasuk mahasiswa, yang kemudian di kenal sebagai Sosialisasi Empat Pilar MPR.
Sosialisasi pun dilakukan MPR dengan banyak metoda. Antara lain, seminar, FGD, lomba cerdas cermat untuk anak SMA, ada lomba pidato untuk mahasiswa, lomba legal drafting untuk mahasiswa, dan masih banyak sekali metoda yang dilakukan untuk menyebarluaskan empat nilai luhur bangsa ini dengan tujuan meningkatkan pendidikan karakter bangsa.
Acara diskusi yang dipandu moderator dosen UNIBA Agung Mugi Widodo berlangsung lancar. Dialog interaktif dua arah antara narasumber dan peserta pun, disambut mahasiswa dengan antusias. Turut hadir menyemarakkan acara, Deputi Administasi/Kepala Biro Humas dan Sistem Informasi Siti Fauziah, SE, MM, Rektor UNIBA Dr. H. Amir Junaidi dan Dr. Pramono Hadi serta mahasiswa dan civitas academica Uniba Solo sebagai peserta.