telusur.co.id - Anggota DPD RI Dapil Daerah Khusus Jakarta Fahira Idris angkat suara terkait rencana dialihkannya anggaran program Sarapan Gratis di Jakarta untuk peningkatan jumlah penerima KJP Plus dan Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) serta renovasi kantin sekolah menjadi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Senator Jakarta ini mengungkapkan, meski program Sarapan Gratis dibatalkan, optimalisasi anggaran yang dialihkan harus benar-benar memberikan dampak positif bagi kualitas pendidikan dan kesejahteraan pelajar di Jakarta.
“Setidaknya ada tiga hal yang patut menjadi perhatian. Pertama, penambahan kuota penerima manfaat KJP dan KJMU harus berjalan transparan dan benar-benar menyasar siswa dari keluarga yang membutuhkan agar mereka mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Kedua, kantin sekolah yang direnovasi harus memenuhi standar gizi dan kesehatan yang tinggi, tidak sekadar memperbaiki bangunan fisik. Ketiga, penguatan efektivitas program MBG. Dengan pengalihan ini, Pemprov Jakarta harus memastikan bahwa distribusi makanan bergizi tetap merata dan mencakup seluruh pelajar yang membutuhkan,” jelas Fahira Idris di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta (13/3).
Saat ini, lanjut Fahira Idris, salah satu rencana pengalihan anggaran Sarapan Bergizi Gratis yang menjadi sorotan adalah renovasi kantin sekolah agar dapat berfungsi sebagai SPPG. Keberadaan SPPG ini diharapkan mampu menunjang penyediaan makanan bergizi bagi pelajar di Jakarta secara lebih efektif. Dalam praktiknya, berbagai negara telah menerapkan konsep serupa yang dapat menjadi acuan untuk Jakarta.
Jepang misalnya, memiliki program "Shokuiku" yang mengintegrasikan pendidikan gizi dengan kantin sekolah. Makanan yang disediakan tidak hanya bergizi tetapi juga berstandar tinggi dalam hal kebersihan dan keseimbangan nutrisi. Begitu juga dengan Korea Selatan. Di negeri ginseng ini, program makan siang bergizi yang disediakan oleh sekolah, dengan bahan baku yang dikontrol ketat serta melibatkan partisipasi orang tua dalam pemantauan kualitas makanan.
Menurut Fahira Idris yang juga pemerhati pendidikan ini, Jakarta memiliki peluang besar untuk menjadikan kantin sekolah sebagai pusat pemenuhan gizi yang lebih modern dan efisien, seperti yang telah berhasil dilakukan di negara lain.
“Kantin dengan menu yang dikontrol ketat oleh ahli gizi dan menggunakan bahan-bahan lokal untuk memastikan kandungan nutrisi yang sesuai untuk anak-anak. Dengan demikian, tujuan utama, yaitu meningkatkan kualitas pelajar di Jakarta, tetap dapat tercapai meskipun program awal yaitu sarapan gratis tidak terlaksana,” pungkasnya.
Sebagai informasi Gubernur Jakarta Pramono Anung memastikan program sarapan gratis yang pernah digagas kini dibatalkan. Keputusan itu diambil setelah Pramono berjumpa dengan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana (12/3).[]