telusur.co.id -Pemerintah Iran mempertimbangkan kemungkinan penutupan Selat Hormuz, jika Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat bergabung dengan rezim Israel menyerang Iran.
Dikutip dari Mehr News, Jumat (20/6/2025), Anggota Parlemen Iran Seyyed Ali Yazdi Khah menegaskan, musuh harus tahu Iran memiliki terlalu banyak pilihan dalam perang apapun.
Ali menyatakan, selama kepentingan nasional vital Iran tidak terganggu, pelayaran bebas akan tetap dijamin di Selat Hormuz dan Teluk Persia.
"Jika Amerika Serikat secara resmi dan operasional terlibat dalam perang untuk mendukung zionis, maka kami memiliki hak sah untuk menekan mereka dengan mengganggu kelancaran perdagangan minyak mereka," kata Yazdikhah.
Anggota Presidium Komite Keamanan Nasional Parlemen Iran, Behnam Saeedi menambahkan, opsi penutupan Selat Hormuz merupakan respons terhadap ancaman dari musuh-musuhnya, terutama jika ada tekanan lebih lanjut dari AS.
"Iran memiliki banyak opsi untuk merespons musuh-musuhnya, dan opsi-opsi itu akan digunakan sesuai situasi. Menutup Selat Hormuz adalah salah satu opsi potensial Iran," kata Saeedi, dilansir dari Reuters,
Meskipun Iran pernah mengancam akan menutup selat tersebut di masa lalu, kali ini ketegangan meningkat di tengah perang udara antara Israel dan Iran. Sumber pelayaran internasional melaporkan bahwa sejumlah kapal komersial mulai menghindari perairan di sekitar selat tersebut karena kekhawatiran akan eskalasi konflik.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sendiri hingga kini masih merahasiakan keputusan apakah akan bergabung dalam pemboman terhadap fasilitas nuklir Iran.
Iran sendiri masih menahan diri untuk tidak menutup selat, mengingat pentingnya jalur pelayaran itu bagi banyak negara di kawasan.
Selat Hormuz merupakan salah satu jalur pelayaran strategis bagi pasokan minyak dan gas dunia yang masuk wilayah Iran.
Sekitar 20 persen perdagangan minyak global dan lebih dari 80 persen ekspor minyak serta gas alam cair (LNG) dari Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab melintasi Selat Hormuz.[Nug]