telusur.co.id - Menteri Luar Negeri sementara Iran, Ali Bagheri Kani, menggarisbawahi perlunya upaya-upaya diplomatik habis-habisan dan “langkah-langkah praktis” yang bertujuan untuk mengakhiri genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.
Dilansir Presstv, dalam sebuah posting X pada hari Jumat pagi (16/8/24), Bagheri Kani mengatakan bahwa dia telah membahas melalui telepon dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, terkait perkembangan terbaru mengenai putaran baru pembicaraan gencatan senjata Gaza.
Diplomat tertinggi Iran itu menambahkan bahwa Sheikh Mohammed menggambarkan hasil yang sangat penting dari tahap diskusi gencatan senjata Gaza saat ini.
“Saya menekankan perlunya kelanjutan upaya habis-habisan dan langkah-langkah praktis, termasuk kegiatan diplomatik, untuk menghentikan genosida oleh Zionis di Gaza,” katanya.
Pernyataan tersebut muncul setelah hari pertama perundingan gencatan senjata, yang dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar, berakhir di Doha pada hari Kamis.
Para pejabat Hamas tidak ikut serta dalam perundingan tersebut, dan mengatakan bahwa Israel telah menambahkan tuntutan baru pada proposal sebelumnya yang pada prinsipnya telah disetujui oleh kelompok perlawanan Palestina.
Namun, ada delegasi Israel yang dipimpin oleh kepala agen mata-mata Mossad dan Shin Bet, ikut serta dalam negosiasi tersebut.
Seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya yang memberikan penjelasan mengenai diskusi di Doha mengatakan kepada Reuters bahwa pembicaraan pada hari Kamis berlangsung “konstruktif.”
Laporan-laporan menyebutkan bahwa perundingan gencatan senjata akan dilanjutkan untuk hari kedua pada hari Jumat.
Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza yang terkepung pada 7 Oktober 2023 setelah Hamas melakukan operasi bersejarahnya melawan entitas pendudukan sebagai pembalasan atas kekejaman rezim Zionis yang semakin meningkat terhadap rakyat Palestina.
Sejauh ini, rezim Tel Aviv telah menewaskan sedikitnya 40.005 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai 92.401 lainnya.
Putaran perundingan yang telah berlangsung beberapa kali telah gagal untuk menengahi gencatan senjata dalam serangan brutal Israel di Gaza. [Tp]