telusur.co.id - Ketua Yayasan Tek Seng Bio Cikarang, Kabupaten Bekasi, Sudirman sangat mengapresiasi pernyataan Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang memastikan bahwa kedepan Kementerian Agama harus menjadi kementerian semua Agama.
“Memang dalam hal ini, masing-masing orang punya penafsiran dan pandangan berbeda-beda terhadap pernyataan Menteri Agama. Tapi, yang membuat pernyataan ini adalah pemerintah, bukan pribadinya,” kata Sudirman dalam perbincangan khusus dengan telusur.co.id, Senin (25/01/2021).
Menurut Sudirman, Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu bukan presiden agama tertentu. Presiden Jokowi itu pemimpin rakyat dan harus mengayomi rakyat Indonesia. Begitu juga Yaqut Cholil Qoumas, itu adalah Menteri Agama yang harus mengayomi rakyatnya.
Apalagi, lanjut dia, rakyat Indonesia adalah rakyat yang beragama dan terdiri dari beberapa agama. “Jadi, dia yang bisa mengayomi semua agama,” ucapnya.
Sudirman mengatakan, selain Islam, di Kementerian Agama, itu ada dirjen masing-masing agama, tetapi tetap pemimpin agama adalah Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas. Makanya, wajar kalau dia mengatakan akan menjadi Menteri Agama semua agama.
“Menurut saya, pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, itu amat sangat luhur,” ungkap Sudirman yang adalah pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Bekasi.
Sudirman menegaskan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memang merupakan seorang muslim yang taat. Akan tetapi, dia harus bisa mengayomi agama-agama lain. “Kalau kita menghormati keyakinan agama orang lain, itu sama juga kita menghormati agama dan keyakinan kita,” ujarnya.
Ketika disinggung Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengucapkan ‘selamat Natal’ kepada kaum Nasrani, dengan tegas Sudirman mengatakan, tidak ada yang salah dengan ucapan tersebut.
“Seorang pemimpin itu harus mengayomi rakyatnya. Begitu juga Menteri Agama, tidak boleh mengkotak-kotakan agama,” tukasnya.
Menurut dia, ucapan selama Natal yang disampaikan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kepada kaum Nasrani, bukan berarti dia jadi pengikut agama Nasrani. “Itu pandangan yang keliru. Justru dia mengayomi rakyatnya,” terangnya.
Yaqut Cholil Qoumas dijadikan Menteri Agama oleh Presiden Jokowi, sudah sepantasnya mengayomi rakyat Indonesia yang terdiri dari keberagaman ras, suku, agama dan golongan masyarakat.
“Jadi sangat mulia pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas itu. Kalau kita melihat orang lain bahagia, itu simpati namanya. Sedangkan berduka cita, bukan berarti kita ikut menangis. Tapi kita mengurangi beban keluarga yang ditinggalkan,” paparnya.
“Begitu juga ketika di kampung saya ada yang membangun masjid, saya bantu sesuai dengan kemampuan saya. Inilah tujuan hidup bermasyarakat. Sebab, negara kita ideologinya Pancasila, dengan azas musyawarah, mufakat dan gotong royong. Jadi tidak boleh memilah-milah,” katanya menambahkan.
Menyinggung Menteri Agama dari kalangan muda, menurut Sudirman, siapapun – bukan masalah muda dan tua – yang penting dia mampu. “Intinya, dia mampu dan bisa mengayomi rakyat, serta tidak pilih kasih,” kata dia.
Kemenag Seperti Pasar
Sebelumnya, prosesi Serah Terima Jabatan (Sertijab) bersama Menag Periode 2019-2020, Fachrul Razi di Kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Rabu (23/12/2020), Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memastikan bahwa kedepan Kementerian Agama harus menjadi kementerian semua Agama.
Semangat tersebut, merupakan semangat yang sejatinya telah didengungkan oleh Menag Periode 2014-2019, Lukman Hakim Saifudin. Gus Yaqut bercerita, kala itu Menag Lukman mengutip pernyataan Presiden Ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gusdur yang menyebut, Kementerian Agama itu seperti pasar, semua ada kecuali agama.
"Saat ini waktunya bapak dan ibu sekalian, kita harus membuktikan bahwa Kementerian Agama bukan Kementerian Agama, titik. Tetapi Kementerian semua agama," kata Menag Yaqut.
"Maka yang disebut Gus Dur soal pasar itu ini, pasar agama-agama ini ada di Kementerian Agama, tidak ada perbedaan, tidak ada diskriminasi semua agama di kementerian ini. Itu yang ingin kita tunjukan ke publik," ujarnya. Komitmen tersebut, yang akan dibawa oleh Gus Yaqut dalam memimpin Kemenag kedepan.
Menurutnya, kedepan tidak boleh lagi ada perbedaan perlakuan dan diskriminasi bagi semua agama di Indonesia. “Tidak boleh ada perbedaan, tidak boleh ada diskriminasi bagi semua agama di Indonesia,” tegas Gus Yaqut.
Menag Yaqut juga berujar, melalui Kemenag agar Agama bisa menjadi sebuah inspirasi, bukan aspirasi.
Menag menuturkan cara yang paling bisa dicapai yakni dengan menumbuhkan sikap saling menghormati antar-pemeluk, antar-mereka yang berbeda keyakinan.
“Toleransi tingkat tinggi ini harus diteladankan dari Kementerian Agama. Saya tidak ingin dari Kemenag justru muncul cara-cara diskriminatif antara satu dengan lainnya,” ujarnya.
Menag meminta kerja sama jajarannya dalam mewujudkan cita-cita ini. Hal itu menurutnya harus dibuktikan dengan kinerja dan pengabdian kepada bangsa dan negara.
“Kita akan menolak gerakan yang ingin menjadikan agama sebagai sumber konflik dan perpecahan. Semua harus berangkat dari Kemenag ini,” tandasnya.
Menag meminta kerja sama jajarannya dalam mewujudkan cita-cita ini. Hal itu menurutnya harus dibuktikan dengan kinerja dan pengabdian kepada bangsa dan negara. [Fhr]