Jejak Penyebaran Islam Oleh Keturunan China di Nusantara, dan Peran Raja Jawa Dalam Pembangunan Peradapan Islamm - Telusur

Jejak Penyebaran Islam Oleh Keturunan China di Nusantara, dan Peran Raja Jawa Dalam Pembangunan Peradapan Islamm

Ilustrasi : Foto: Ist

telusur.co.id -

Oleh. : Agus Widjajanto , Praktisi Hukum, Pemerhati Politik, Sosial Budaya dan Sejarah

Peradaban Islam di Nusantara ini , disamping pertama kali dibangun oleh wali songo , beserta keturunannya yang berasimilasi dengan penduduk pribumi , dalam hal ini oleh Sunan Ampel Raden Rahmat yang diberikan tanah peradilan oleh Raja Brawijaya Ke V ( Kertabumi ) dengan nama Ampel Denta, yang lalu menurunkan generasi kedua lewat anak anak keturunan nya yaitu Raden Makdum Ibrahim yang terkenal dengan sebutan sunan Bonang di Tuban , dan Sunan Drajat di Lamongan Utara, juga melalui murid murid nya yakni Raden Ainul Yaqin ( Sunan Giri ) serta Raden Fatah yang dikenal dengan sebutan. Pangeran Jim Bun anak kandung dari Brawijaya Kertabumi ke V dengan Siu Ban Chi , cucu dari Sech Kuro kerawang , juga ada peran dari Laksamana angkatan laut Panglima Ceng Ho , yang melakukan ekspedisi perdamaian budaya, dan penyebaran agama di Jawa pada abad ke 15 Masehi .

Laksamana Cheng Hwa ( Cheng Ho ) memiliki jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa , baik dijawa barat , Jawa timur hingga Jawa tengah , dimana sang Legenda Laksamana Cheng Ho lah yang membawa dua mubalik besar dalam ekspedisi nya ke Jawa saat itu yaitu Syech Quro dan Syech Nurjati ke Jawa Barat , lewat pelabuhan Cirebon lalu kedua mubalig tersebut menerapkan di daerah kerawang. Dari kedua mubalig itulah. Nanti sejarah akan terukir dimana cucu dari syech Quro , yakni Shio Ban Chi dikawini oleh Prabu Brawijaya Kertabumi ke V , dan melahirkan Raden Fatah yang nama kecil nya tertulis pangeran Jim Bun , yang dititipkan oleh Adipati bawahan Majapahit di Palembang Raden Aryo Damar, yang lalu jadi murid santri nya Raden Rahmat Sunan Ampel dan kelak mendirikan kerajaan Islam Pertama di Jawa di daerah pesisir Utara Jawa tengah dengan nama Demak Bintoro . 

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Pajajaran Bandung Nina Herlina menjelaskan Laksamana Cheng Ho melaksanakan ekspedisi ke sejumlah wilayah Nusantara dalam rentang waktu antara tahun 1405 hingga 1433 Masehi. Ekspedisi itu dilakukan dengan membawa misi perdamaian , budaya dan penyebaran Islam di seberang lautan laut China Utara. Jejak dari budaya China hingga saat ini masih bisa kita lihat pada bentuk ornamen arsitektur , baik di Masjid Demak peninggalan wali songo ( Wali sembilan ) maupun di masjid dan makam Mantingan Jepara , dimakan pangeran Hadliri suami dari Ratu Kali nyamat, dan hingga kini warisan budaya China masih bisa kita nikmati yakni ukiran khas kayu jati dari Jepara yang sangat familiar dan legendaris di Indonesia adalah hasil dari peninggalan ahli ahli arsitektur dan budaya China yang masuk ke Jawa. 

Panglima Cheng Ho saat mendarat di di pelabuhan Muara jati Cirebon membawa paling sedikit 73 Kapal dengan ukuran. Masing masing panjang 120 meter dan lebar 50 Meter yang saat abad ke 14 saat itu kota Cirebon dalam kekuasaan kerajaan Galuh yakni kadipaten Singapura , didalam catatan dan manuskrip tertulis dari dinasti Ming , Panglima Cheng Ho mendarat selama tujuh hari tujuh malam untuk mengisi perbekalan dan mendarat kan dua mubalik China beragama Islam , yakni Syech Quro yang mendirikan pesantren Tertua di Jawa barat yakni pesantren Syech Quro, sedang kan Syech Nurjati menetap di Cirebon , dengan menerima murid Raden Walang Sungsang putra dari prabu Siliwangi Pajajaran. Dan nanti keponakan dari Raden walangsungsang tersebut menjadi salah satu dari wali songo penyebar agama Islam yakni sunan Gunung Jati. Guru Besar Ilmu sejarah UNPAD , Prof Dr Nina menyatakan bahwa fakta sejarah Islam masuk ke Jawa Barat oleh orang dari Tiongkok China yang dibawa oleh Panglima Cheng Ho .

Sejarawan Nahdarul Ulama , KH Agus Sunyoto , bahkan menyatakan jauh sebelum Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi kebudayaan ke Nusantara , sudah ada orang orang China Moeslim yang menetap di pesisir pantai Utara Jawa , yakni di Tuban dan Lasem ( Rembang ) serta Gresik pada jaman Singosari saat Singosari sebagai penguasa Nusantara yang membawahi negara negara atau kerajaan di Asia tenggara salah satunya kerajaan Champa , yang mana dalam ekspansi politiknya Raja kerta negara memberikan adik kandung nya yakni Ratu Pakasi dikawinkan dengan Raja Champa , yang cucu cucunya keturunan dari darah Singosari dan champa yang bersambung dengan nasab keturunan Ali Zainal Abidin di Samarkhan Ukbekistan yang merupakan satu satunya orang yang selamat dari peristiwa tragedi berdarah di kota Karbala dan merupakan cicit dari Nabi Muhammad , nanti akan mendarat di Jawa lewat pelabuhan Lasem Rembang , yang dikenal dengan Raden Rahmat Sunan Ampel yang bisa membangun peradaban baru dalam agama Islam di Jawa setelah runtuh nya kerajaan Majapahit . 

Itu adalah sejarah, dan bisa dibuktikan melalui catatan manuskrip tertulis, baik dalam manuskrip yang ditulis oleh pengembara2 penulis China pada abad ke 14 , maupun bukti tulisan manuskrip yang tersimpan di kelenteng Sam Po Kong yang dirampas oleh residen Belanda yakni residen Poortman yang kala itu residen Poortman merampas tiga gerobak Catatan manuskrip sejarah yang menulis dan menceritakan penyebaran agama Islam di Jawa dan awal mula berdirinya kerajaan Islam di Jawa ( Benny G Setiono " Tionghowa dalam pusaran politik 2003 ) 

Dengan latar belakang dan sesuai catatan sejarah dan pendapat para ahli sejarah dan peneliti, serta bukti bukti kebudayaan yang hingga kini masih ada serta bukti peninggalan bangunan etnik China hal ini tidak bisa dibantah . Apabila dikaitkan dengan fenomena yang saat ini lagi viral di media sosial soal klaim dari salah satu keturunan orang asing yang pada jaman Belanda dulu digolongkan dengan sebutan Golongan Timur asing , yakni kaum Ba'alawi dari Hadramaut , yang mengklaim bahwa kakek dan keturunan mereka lah yang melakukan penyebaran agama dan membangun peradaban hingga tercipta Masyarakat mayoritas Moeslim , adalah tidak disertai bukti bukti sejarah baik secara tertulis maupun dari peninggalan peninggalan sejarah secara fisik , menurut sejarawan NU KH Agus Sunyoto maupun Pemikir intelektual muda NU Gus Islah Bahrawi justru dari catatan dan bukti sejarah tertulis sebalik nya dimana baru masuk ke nusantara pada tahun 1833 atau dua tahun setelah padam nya perang Jawa yang dikenal dengan perang Diponegoro , yang didatangkan oleh Pemerintah kolonial Belanda , agar tidak terjadi lagi pecah pemberontakan yang dilatar belakangi agama di Hindia Belanda saat itu. 

Hal ini menjadi penting untuk diketengahkan agar segenap anak bangsa bisa belajar dari sejarah untuk memandang permasalahan secara utuh jernih dalam mengambil kebijakan kedepan dan demi sejarah bangsa ini kedepan yang akan kita tinggalkan kepada anak cucu kita. Jangan sekali kali melupakan sejarah . Negara kita adalah bukan negara Agama akan tetapi negara yang melindungi seluruh umat beragama Dan sesuai pidato Dari Bung Karno jikalau jadi Moeslim jangan jadi orang arab, jikalau Kristen jangan jadi orang yahudi, jikalau Hindu dan Budha jangan jadi orang India, tapi jadilah orang Beragama Indonesia yang menghargai adat istiadat leluhur Indonesia . " Jejak penyebaran Islam oleh keturunan China di Nusantara , dan peran Raja Raja Jawa dalam membangun peradaban Islam " 

Peradaban Islam di Nusantara ini , disamping pertama kali dibangun oleh wali songo , beserta keturunannya yang berasimilasi dengan penduduk pribumi , dalam hal ini oleh Sunan Ampel Raden Rahmat yang diberikan tanah peradilan oleh Raja Brawijaya Ke V ( Kertabumi ) dengan nama Ampel Denta, yang lalu menurunkan generasi kedua lewat anak anak keturunan nya yaitu Raden Makdum Ibrahim yang terkenal dengan sebutan sunan Bonang di Tuban , dan Sunan Drajat di Lamongan Utara, juga melalui murid murid nya yakni Raden Ainul Yaqin ( Sunan Giri ) serta Raden Fatah yang dikenal dengan sebutan. Pangeran Jim Bun anak kandung dari Brawijaya Kertabumi ke V dengan Siu Ban Chi , cucu dari Sech Kuro kerawang , juga ada peran dari Laksamana angkatan laut Panglima Ceng Ho , yang melakukan ekspedisi perdamaian budaya, dan penyebaran agama di Jawa pada abad ke 15 Masehi .

Laksamana Cheng Hwa ( Cheng Ho ) memiliki jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa , baik dijawa barat , Jawa timur hingga Jawa tengah , dimana sang Legenda Laksamana Cheng Ho lah yang membawa dua mubalik besar dalam ekspedisi nya ke Jawa saat itu yaitu Syech Quro dan Syech Nurjati ke Jawa Barat , lewat pelabuhan Cirebon lalu kedua mubalig tersebut menerapkan di daerah kerawang. Dari kedua mubalig itulah. Nanti sejarah akan terukir dimana cucu dari syech Quro , yakni Shio Ban Chi dikawini oleh Prabu Brawijaya Kertabumi ke V , dan melahirkan Raden Fatah yang nama kecil nya tertulis pangeran Jim Bun , yang dititipkan oleh Adipati bawahan Majapahit di Palembang Raden Aryo Damar, yang lalu jadi murid santri nya Raden Rahmat Sunan Ampel dan kelak mendirikan kerajaan Islam Pertama di Jawa di daerah pesisir Utara Jawa tengah dengan nama Demak Bintoro . 

Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Pajajaran Bandung Nina Herlina menjelaskan Laksamana Cheng Ho melaksanakan ekspedisi ke sejumlah wilayah Nusantara dalam rentang waktu antara tahun 1405 hingga 1433 Masehi. Ekspedisi itu dilakukan dengan membawa misi perdamaian , budaya dan penyebaran Islam di seberang lautan laut China Utara. Jejak dari budaya China hingga saat ini masih bisa kita lihat pada bentuk ornamen arsitektur , baik di Masjid Demak peninggalan wali songo ( Wali sembilan ) maupun di masjid dan makam Mantingan Jepara , dimakan pangeran Hadliri suami dari Ratu Kali nyamat, dan hingga kini warisan budaya China masih bisa kita nikmati yakni ukiran khas kayu jati dari Jepara yang sangat familiar dan legendaris di Indonesia adalah hasil dari peninggalan ahli ahli arsitektur dan budaya China yang masuk ke Jawa. 

Panglima Cheng Ho saat mendarat di di pelabuhan Muara jati Cirebon membawa paling sedikit 73 Kapal dengan ukuran. Masing masing panjang 120 meter dan lebar 50 Meter yang saat abad ke 14 saat itu kota Cirebon dalam kekuasaan kerajaan Galuh yakni kadipaten Singapura , didalam catatan dan manuskrip tertulis dari dinasti Ming , Panglima Cheng Ho mendarat selama tujuh hari tujuh malam untuk mengisi perbekalan dan mendarat kan dua mubalik China beragama Islam , yakni Syech Quro yang mendirikan pesantren Tertua di Jawa barat yakni pesantren Syech Quro, sedang kan Syech Nurjati menetap di Cirebon , dengan menerima murid Raden Walang Sungsang putra dari prabu Siliwangi Pajajaran. Dan nanti keponakan dari Raden walangsungsang tersebut menjadi salah satu dari wali songo penyebar agama Islam yakni sunan Gunung Jati. Guru Besar Ilmu sejarah UNPAD , Prof Dr Nina menyatakan bahwa fakta sejarah Islam masuk ke Jawa Barat oleh orang dari Tiongkok China yang dibawa oleh Panglima Cheng Ho .

Sejarawan Nahdarul Ulama , KH Agus Sunyoto , bahkan menyatakan jauh sebelum Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi kebudayaan ke Nusantara , sudah ada orang orang China Moeslim yang menetap di pesisir pantai Utara Jawa , yakni di Tuban dan Lasem ( Rembang ) serta Gresik pada jaman Singosari saat Singosari sebagai penguasa Nusantara yang membawahi negara negara atau kerajaan di Asia tenggara salah satunya kerajaan Champa , yang mana dalam ekspansi politiknya Raja kerta negara memberikan adik kandung nya yakni Ratu Pakasi dikawinkan dengan Raja Champa , yang cucu cucunya keturunan dari darah Singosari dan champa yang bersambung dengan nasab keturunan Ali Zainal Abidin di Samarkhan Ukbekistan yang merupakan satu satunya orang yang selamat dari peristiwa tragedi berdarah di kota Karbala dan merupakan cicit dari Nabi Muhammad , nanti akan mendarat di Jawa lewat pelabuhan Lasem Rembang , yang dikenal dengan Raden Rahmat Sunan Ampel yang bisa membangun peradaban baru dalam agama Islam di Jawa setelah runtuh nya kerajaan Majapahit . 

Itu adalah sejarah, dan bisa dibuktikan melalui catatan manuskrip tertulis, baik dalam manuskrip yang ditulis oleh pengembara2 penulis China pada abad ke 14 , maupun bukti tulisan manuskrip yang tersimpan di kelenteng Sam Po Kong yang dirampas oleh residen Belanda yakni residen Poortman yang kala itu residen Poortman merampas tiga gerobak Catatan manuskrip sejarah yang menulis dan menceritakan penyebaran agama Islam di Jawa dan awal mula berdirinya kerajaan Islam di Jawa ( Benny G Setiono " Tionghowa dalam pusaran politik 2003 ) 

Dengan latar belakang dan sesuai catatan sejarah dan pendapat para ahli sejarah dan peneliti, serta bukti bukti kebudayaan yang hingga kini masih ada serta bukti peninggalan bangunan etnik China hal ini tidak bisa dibantah . Apabila dikaitkan dengan fenomena yang saat ini lagi viral di media sosial soal klaim dari salah satu keturunan orang asing yang pada jaman Belanda dulu digolongkan dengan sebutan Golongan Timur asing , yakni kaum Ba'alawi dari Hadramaut , yang mengklaim bahwa kakek dan keturunan mereka lah yang melakukan penyebaran agama dan membangun peradaban hingga tercipta Masyarakat mayoritas Moeslim , adalah tidak disertai bukti bukti sejarah baik secara tertulis maupun dari peninggalan peninggalan sejarah secara fisik , menurut sejarawan NU KH Agus Sunyoto maupun Pemikir intelektual muda NU Gus Islah Bahrawi justru dari catatan dan bukti sejarah tertulis sebalik nya dimana baru masuk ke nusantara pada tahun 1833 atau dua tahun setelah padam nya perang Jawa yang dikenal dengan perang Diponegoro , yang didatangkan oleh Pemerintah kolonial Belanda , agar tidak terjadi lagi pecah pemberontakan yang dilatar belakangi agama di Hindia Belanda saat itu. 

Hal ini menjadi penting untuk diketengahkan agar segenap anak bangsa bisa belajar dari sejarah untuk memandang permasalahan secara utuh jernih dalam mengambil kebijakan kedepan dan demi sejarah bangsa ini kedepan yang akan kita tinggalkan kepada anak cucu kita. Jangan sekali kali melupakan sejarah . Negara kita adalah bukan negara Agama akan tetapi negara yang melindungi seluruh umat beragama Dan sesuai pidato Dari Bung Karno jikalau jadi Moeslim jangan jadi orang arab, jikalau Kristen jangan jadi orang yahudi, jikalau Hindu dan Budha jangan jadi orang India, tapi jadilah orang Beragama Indonesia yang menghargai adat istiadat leluhur Indonesia . ISLAM, Kristen Protestan , Katolik, Hindu, dan Budha NUSANTARA yang membumi di dalam khasanah budaya yang bertumbuh kembang di bumi Nusantara 

 

 


Tinggalkan Komentar