telusur.co.id - Meski sudah dinobatkan sebagai juara Liga Inggris 2024/25, Liverpool harus menelan pil pahit saat bertandang ke markas Brighton & Hove Albion. Dalam laga pekan ke-37 yang berlangsung Selasa dini hari WIB di American Express Stadium, The Reds tumbang dengan skor tipis 2-3 dalam pertandingan penuh aksi dan kejutan.
Duel ini seolah menjadi panggung pembuktian bahwa meski gelar juara sudah di tangan, lawan-lawan Liverpool masih punya banyak alasan untuk memberikan perlawanan sengit dan Brighton menjawabnya dengan cara yang luar biasa.
Liverpool sebenarnya tampil trengginas sejak peluit pertama. Cody Gakpo langsung mengancam di detik ke-53, disusul aksi cepat Mohamed Salah di menit ke-8. Tak butuh waktu lama, The Reds membuka keunggulan di menit ke-9 melalui Harvey Elliott yang menyambar umpan matang dari Conor Bradley.
Namun Brighton bukan tanpa reaksi. Setelah sempat tertekan, mereka bangkit dan menyamakan kedudukan lewat Yasin Ayari pada menit ke-32, memanfaatkan kelengahan lini belakang Liverpool.
Saat babak pertama hampir berakhir, Dominik Szoboszlai membawa Liverpool kembali memimpin lewat gol spektakuler. Tembakannya dari dalam kotak penalti menghantam mistar dan meluncur ke gawang—gol indah yang sempat membungkam publik tuan rumah. Skor 2-1 menutup babak pertama.
Namun babak kedua jadi milik Brighton. Mereka bermain dengan semangat tinggi dan intensitas tajam. Gol penyama kembali datang di menit ke-69, saat tembakan Danny Welbeck ditepis oleh Alisson, tapi bola muntah langsung disambar Kaoru Mitoma dari luar kotak penalti. Skor imbang 2-2.
Drama berlanjut hingga menit ke-85. Kali ini, giliran Jack Hinshelwood yang menjadi pahlawan tuan rumah. Sontekannya mengoyak gawang Liverpool dan sempat dicek VAR karena potensi offside, namun gol disahkan. Brighton pun membalikkan skor menjadi 3-2 dan mempertahankannya hingga akhir laga.
Kemenangan ini membawa Brighton ke posisi delapan klasemen dengan 58 poin. Sayangnya, jarak tujuh poin dari posisi ketujuh yang dihuni Nottingham Forest memastikan Brighton gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depan—sebuah hasil yang pahit meski kemenangan atas sang juara tetap jadi prestasi tersendiri.
Bagi Liverpool, meski kekalahan ini tak mengubah status mereka sebagai juara musim ini, hasil ini tetap menjadi pengingat bahwa setiap pertandingan di Premier League tetap keras dan tak bisa dianggap enteng, bahkan saat trofi sudah digenggam.[iis]