Kasman Singodimedjo, Muhammadiyah, dan PPP - Telusur

Kasman Singodimedjo, Muhammadiyah, dan PPP


Oleh: Lukman Hakiem*

PRO DR. MR. R.H. KASMAN SINGODIMEDJO (1904-1982) adalah pemimpin di masa kritis. Di masa awal kemerdekaan, menurut Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution, adalah lazim kalangan pemuda dan pejuang menyebut trio pemimpin Republik: Sukarno-Hatta-Kasman.  Ketika itu Kasman adalah tokoh militer Indonesia paling depan.

"Hanya dengan kepemimpinan trio Soekarno-Hatta-Kasman," kata Nasution, rakyat dapat digerakkan secara massal.

Lebih lanjut mantan Menko Hankam/Kasab itu mengingatkan, untuk tampil sebagai pemimpin di saat-saat genting, saat berbahaya, ketika masih banyak tokoh yang ragu-ragu dan masih banyak pula yang belum mau menampilkan diri, pasti diperlukan kepemimpinan yang bersifat pelopor.

"Ketahuilah, ikut memimpin negara atau tentara pada saat yang amat kritis, tidak akan datang dari "pemimpin-pemimpin rutin". Tugas memimpin di masa kritis pasti jauh lebih berbahaya dan bersifat lebih menentukan bagi nasib bangsa, dibanding dengan, misalnya, masa di mana negara dan tentara telah tegak terkonsolidasi.

SEJARAH mencatat sosok Kasman sebsgai pemimpin di masa kritis yang memang persyaratannya berbeda dengan persyaratan pemimpin di "masa rutin "
Ketika Kasman dihadapkan pada  Kepentingan Umat, Bangsa, dan Muhammadiyah

SEJAK usia remaja, hingga tutup usia, tanpa terputus, Kasman aktif di Muhammadiyah. Karena kecintaannya kepada Muhammadiyah, Kasman menyediakan dirinya untuk menjadi Kepala Kantor PP Muhammadiyah di Jl. Menteng Raya 62 Jakarta. Untuk posisinya itu, Kasman menyebut dirinya sebagai *penjaga warung".

Sebagai "pengaga warung", tiap hari Kasman berkantor di Menteng Raya 62 tanpa sesuatu jaminan dari PP Muhammadiyah.

Dari rumahnya di Cempaka Putih, Kasman bolak-balik ke Menteng Raya 62 dengan naik bus kota, dibonceng sepeda motor, atau naik apa saja.

Dalam kecintaannya kepada Muhammadiyah, pernah dengan rasa sedih, Kasman menyatakan kesediaannya untuk keluar dari Muhammadiyah.

Itu akan dilakukan oleh Kasman, justeru untuk menyelamatkan Muhammadiyah.

MENJELANG Pemilihan Umum 1977, muncul perbedaan pendapat di kalangan PP Muhammadiyah.

Aliran pertama, berpendapat, Muhammadiyah sebagai organisasi yang ingin menjunjung tinggi agama Islam, harus turut aktif dalam kampanye untuk memenangkan Partai Persatuan pembangunan yang merupakan hasil fusi dari empat partai politik Islam: Nahdlalatul Ulama (NU), Muslimin Indonesia (Parmusi), Perti, dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII); lepas dari segala kekurangan dan kelemahan di dalam PPP. Dukungan kepada PPP dimaksudkan untuk memenangkan golongan Islam. Sebab pada Pemilihan Umum 1977, PPP satu-satunya partai yang dapat digunakan untuk menyalurkan aspirasi umat Islam Indonesia. Turut aktif dalam Pemilihan Umum adalah hak rakyat, tanpa memperhatikan apakah dia dari organisasi pilutik atau bukan.

Aliran kedua berpendapat, demi keselamatan dan kelanjutan hidup Muhamnadiyah, Muhammadiyah serta pemuda-pemudanya yang menonjol jangan turut dalam kampanye PPP. Pengalaman yang mengakibatkan kelunpuhan Muhammadiyah di beberapa daerah akibat keaktifan Muhammadiyah dalam kampanye untuk memenangkan Partai Muslimin Indonesia pada pemilu 1971, sampai jelang pemilu 1977 belum terobati.

Berkali-kali rapat pleno PP Muhammadiyah dilangsungkan, tetapi belum juga mencapai titik temu.
Dalam situasi nyaris buntu, Kasman berbicara:

"Demi kepentingan umat Islam Indonesia, saya memilih turut aktif dalam kampanye PPP, dan demi keselamatan dan kelanjutan hidup Muhammadiyah, saya bersedia menarik diri dari keanggotaan Muhamnadiyah."

Dengan sikap tegas Kasman, akhirnya rapat pleno PP Muhammadiyah memutuskan: "Pemimpin-pemimpin Muhammadiyah secara pribadi dapat turut berkampanye untuk PPP dengan syarat tidak membawa-bawa nama dan simbol Muhammadiyah.

Pada pemilu 1977, Kasman yang bukan caleg dan bukan pengurus PPP, aktif mengampanyekan PPP. Untuk kampanye itu, Kasman menempuh perjalanan hidup sampai ke Maluku, dan rela meninggalkan rumah selama berhari-hari.

Sesudah pemilu selesai, dan para caleg dilantik, Kasman kembali kepada tugasnya sebagai penjaga warung.
Apakah pemimpin dan kader PPP masa kini masih ada yang mengingat tokoh Muhammadiyah dan pejuang ikhlas PPP, Prof. Dr. Mr. R.H. Kasman Singodimedjo dan menjalin silaturrahim dengan keluarga besar Kasman?

Wallahu a'lam []

*) Penulis adalah Sekretaris Fraksi PPP DPR RI 2004-2007

 


Tinggalkan Komentar