telusur.co.id - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menyebut jika Indonesia telah terjerembab sangat jauh dalam globalisasi yang predatorik atau globalisasi yang rakus.
Hal itu disampaikan saat mengisi kuliah umum Wawasan Kebangsaan di Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan, Selasa (20/12/2022).
LaNyalla mengatakan, hal itu terjadi sejak bangsa ini melakukan perubahan konstitusi pada tahun 1999-2002. Dalam konteks perekonomian misalnya, LaNyalla menyebut Indonesia kaya raya akan Sumber Daya Alam (SDA). Namun, berbanding terbalik dengan kondisi rakyatnya yang mayoritas hidup dalam garis kemiskinan.
"Itulah salah satu paradoksal yang terjadi di negeri ini. Sengaja hal itu saya sampaikan sebagai pengingat bagi kita semua, bahwa kita sebagai sebuah bangsa telah terjerumus terlalu jauh dalam globalisasi yang rakus," tegas LaNyalla di hadapan ratusan mahasiswa dan staf pengajar Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan.
Sejak konstitusi di-amandemen, Senator asal Jawa Timur itu memaparkan jika semakin hari oligarki ekonomi semakin membesar dan menguasai apa saja.
"Termasuk menguasai apa cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak. Mereka juga masuk ke dalam partai politik dan memaksa kekuasaan berpihak kepada mereka melalui puluhan undang-undang dan peraturan yang berpihak kepada kepentingan mereka," tutur LaNyalla.
Dikatakan, sejak amandemen konstitusi itu, bangsa ini tak lagi menerapkan sistem demokrasi Pancasila dan ekonomi Pancasila yang merupakan cita-cita para pendiri bangsa yang dituangkan dalam UUD 1945 naskah asli.
Tokoh asal Bugis yang besar di Surabaya itu telah berkeliling ke 34 provinsi dan lebih dari 300 kabupaten/kota. Selain menyerap aspirasi, LaNyalla terus membangun kesadaran masyarakat tentang kekeliruan arah perjalanan bangsa ini. LaNyalla menyerukan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu padu menghentikan kerusakan yang terjadi pada bangsa ini.
"Marilah kita hentikan ketidakadilan yang melampaui batas. Karena ketidakadilan yang melampaui batas itu telah nyata-nyata membuat jutaan rakyat, sebagai pemilik sah kedaulatan negara ini menjadi sengsara," tutur LaNyalla.
LaNyalla juga berharap para mahasiswa Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan berada di garis terdepan untuk memperjuangkan pemikiran para pendiri bangsa kita. LaNyalla yakin sebagai kaum intelektual, mahasiswa memiliki semangat nasionalisme dan wawasan kebangsaan yang tinggi.
"Jika kita biarkan kondisi ini berlarut, maka Indonesia akan semakin banyak dipenuhi keganjilan dan paradoksal yang terjadi di tengah-tengah kita," paparnya.
LaNyalla juga yakin mahasiswa sebagai intelektual adalah orang yang mampu melihat keganjilan-keganjilan tersebut, untuk kemudian menawarkan solusi.
"Tujuannya tentu meluruskan keganjilan-keganjilan tersebut. Seorang intelektual tidak hanya berhenti melihat
keganjilan saja, tetapi juga aktif untuk menawarkan gagasan dan pikiran untuk meluruskan keganjilan tersebut," tegas LaNyalla.
Oleh karenanya, LaNyalla mengajak kepada mahasiswa dan seluruh komponen bangsa untuk kembali kepada UUD 1945 naskah asli, untuk selanjutnya disempurnakan dengan teknik adendum.
"Kembali kepada UUD 1945 naskah asli adalah solusi mengatasi kerusakan bangsa, untuk selanjutnya kita sempurnakan dengan teknik adendum. Sebab, akar persoalan kerusakan bangsa ini ada di hulu, yakni konstitusi yang telah meninggalkan rumusan pendiri bangsa," demikian LaNyalla.
Pada kesempatan itu hadir Ketua Senat Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan, Dr HM Afif Hasbullah, SH.,M.Hum dan Rektor Universitas Islam Darul 'Ulum Lamongan, M Hafidh Nashrullah, SE.,MM beserta seluruh jajaran dan ratusan mahasiswa.