Korupsi Di Indonesia Kata RR Ibarat Kepala Ikan Busuk Dari Kepala Menjalar Ke Perut Dan Ekor - Telusur

Korupsi Di Indonesia Kata RR Ibarat Kepala Ikan Busuk Dari Kepala Menjalar Ke Perut Dan Ekor

Rizal Ramli Dengan Gus Dur ( FOTO :IST)

telusur.co.id - Masih semaraknya korupsi oleh pejabat negara terakhir ditangkapnya Edhy Prabowo yang saat itu menjabat menteri KKP, dikritik ekonom senior Rizal Ramli sebagai bentuk bahwa Korupsi di Indonesia biasanya terjadi mulai dari atasannya. Dia mengibaratkan kepala ikan busuk dari kepala baru menjalar sampai ke perut dan ekor.

Rizal Ramli menceritakan saat menduduki jabatan Kepala Bulog di era Presiden Gus Dur, dia mereformasi lembaga itu dengan memindahkan kepala cabang Bulog dari daerah basah ke daerah yang kering.

Misalnya dari daerah Jawa Timur (daerah basah) dipindahkan ke Kalimantan Tengah, atau dari Jawa Tengah (daerah basah) dipindahkan ke Sulawesi Tenggara (daerah kering). Karena itu, dalam hitungan satu tahun kemudian, laba Bulog meningkat, sehingga bisa membeli pesawat Sukhoi pertama.

“Saya percaya kalau kita mau berantas korupsi maka kita harus pegang dari kepalanya, jadi yang atasan harus bisa memberi contoh kepada bawahannya. Jika itu terjadi maka bawahannya juga pasti tidak berani melakukan korupsi,” ujar Rizal Ramli dalam penjelasannya, Sabtu (28/11/2020).

Rizal Ramli mengeritik cara kerja KPK. Dia mengatakan, KPK hanya punya kekuatan menyentuh korupsi yang dilakukan oleh “orang kecil” dengan kerugian yang juga kecil. Namun jika terkait dengan kekuasaan maka KPK biasanya tidak berani menyentuh. Kalau berani, maka dia akan “dikerjain” oleh kekuasaan.

“Jadi KPK itu jika bersentuhan dengan kekuasaan maka di sana terjadi sistem yang disebut dengan 3-2, maksudnya tiganya (pimpinan KPK) coba menimbang-nimbang kekuasaan, dan 2 (pimpinan KPK) itu coba untuk independen. Namun jika perkara itu menyangkut orang yang jauh dari pusat kekuasaan maka di sana baru terjadi 5-0, yaitu kelima (pimpinan KPK) baru menyatakan setuju diproses,” jelasnya.

Esensinya sambung tokoh gerakan 77/79 itu,  jika menyangkut kekuasaan, maka Ketua KPK yang berani akan dikerjain oleh kekuasaan agar menjadi tidak berani. 

"Kami mengumpamakan hal tersebut seperti dengan buah yang tadinya sudah matang kemudian dimengkalin lagi,” paparnya.

Rizal Ramli mengatakan hanya menyerahkan persoalan korupsi kepada KPK sepertinya jauh panggang dari api. Karena itu, katanya, harus juga diperkuat aparat hukum lainnya yaitu kepolisian, kejaksaan dan para hakim.

“Namun, yang paling penting itu para hakimnya harus diperkuat. Karena itu gaji pada hakim harus dinaikkan beberapa kali lipat sehingga dia tidak tergiur lagi untuk melakukan korupsi,” tutupnya.(fir)


Tinggalkan Komentar