telusur.co.id - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Dr Edi Hasibuan mengatakan, kasus kematian pengawal pribadi (walpri) Kapolda Kalimantan Utara (Kaltara) tidak bisa dibandingkan dengan kasus Ferdy Sambo.
"Kasus kematian di Kaltara dengan di rumah dinas Ferdy Sambo beda jauh. Jadi jangan dibanding-bandingkan," kata Edi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (26/9/23) malam.
Dosen pascasarjana Universitas Bhayangkara Jakarta tersebut mengatakan bahwa CCTV (kamera pengawas) dan barang bukti dalam kasus Ferdy Sambo sengaja dihilangkan, bahkan tempat kejadian perkara (TKP) dibersihkan.
"Tentu ini sangat berbeda jauh dengan kasus kematian terhadap Walpri Kapolda Kaltara. Semua barang bukti ada, utuh, dan berada di lokasi kejadian, termasuk CCTV," ungkap Edi.
Dalam kasus Ferdy Sambo, kata Edy, Ferdy Sambo yang kala itu menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri berada di lokasi kejadian, sedangkan dalam kasus kematian walpri di Kaltara, Kapolda Kaltara sedang berada di Jakarta.
Edi menuturkan bahwa ia menyambut baik kehadiran tim Mabes Polri baik itu Divpropam, Badan Reserse Kriminal dan Pusat Laboratorium Forensik.
"Tim yang didatangkan Kapolri ini terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab korban meninggal. Tim ini juga menyelidiki ada tidaknya kemungkinan lain penyebab korban meninggal," ujarnya.
Edi menuturkan, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo ingin penanganan perkara dilakukan secara transparan untuk menghindari kecurigaan masyarakat.
Diketahui, Brigpol HS yang selama ini menjadi pengawal Kapolda Kaltara Irjen Pol Daniel Aditya Jaya ditemukan tewas di kamar rumah dinas ajudan Polda Kaltara di Tanjung Selor, Bulungan, Jumat (22/9/23) sekitar pukul 13.10 WITA.
Sebagian publik membandingkan kematian HS dengan pembunuhan Brigpol Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J pada 8 Juli 2022 di rumah dinas Inspektur Jenderal Polisi Ferdy Sambo yang ketika itu menjabat Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Polri.
Ferdy Sambo dihukum penjara seumur hidup karena terbukti membunuh Brigadir J.
Diberitakan sebelumnya, Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo memastikan pengusutan peristiwa tewasnya Brigpol HS mengutamakan penyidikan ilmiah.
"Yang jelas sudah saya perintahkan kepada Pak Kapolda, terkait peristiwa yang terjadi betul-betul diusut secara cermat, secara tuntas, manfaatkan 'scientific crime investigation' yang kita miliki, sehingga hasilnya betul-betul bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," kata Sigit usai kegiatan donor darah HUT ke-78 TNI di Monas, Jakarta, Minggu (24/9/23).
Sigit sudah memerintahkan Bareskrim, Pusat Laboratorium Forensi (Puslabfor) serta tim dokter kesehatan kepolisian (Dokkes) untuk ikut mendukung pengusutan sehingga hasilnya bisa dipertanggungjawabkan ke publik. [Tsn]