telusur.co.id - Ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) pada Sabtu, 4 November 2023, memenuhi salah satu Aula di Kota Semarang, Jawa Tengah. Kehadiran mereka di sana untuk mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika (Empat Pilar MPR) dalam metode Pagelaran Seni Budaya.
Dalam sosialisasi yang bertema ‘Dalam Rangka Pendidikan Penguatan Empat Pilar Kepada Generasi Muda’ itu berbagai bentuk seni budaya seperti Tari Dugderan, Tari Semarangan, dan Wayang Orang, dipentaskan untuk memberikan pesan keberagaman bangsa Indonesia kepada para peserta.
Di antara ratusan peserta tersebut hadir Wakil Ketua Badan Sosialisasi MPR Mohammad Arwani Thomafi, para Anggota Badan Sosialisasi MPR yakni Abidin Fikri, Mohammad Idham Samawi, Mohammad Saleh, Herman Khaeron, Habib Ali, Darmansyah Husein, Saadiah Uluputty, dan Putih Sari; Deputi Bidang Pengkajian dan Pemasyarakatan Konstitusi Setjen MPR Hentoro Cahyono, dan Dekan Fakultas Hukum Undip Prof. Dr. Retno Saraswati SH, Mhum.
Dalam sambutan, Arwani Thomafi mengatakan Badan Sosialisasi pada kesempatan kali ini melaksanakan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR dalam metode pagelaran seni budaya. Sosialisasi semacam ini tidak hanya digelar di Semarang. “Alhamdulillah beberapa minggu yang lalu, kita mengadakan kegiatan serupa di Universitas Lampung dan Universitas Udayana Bali”, ujar Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Kegiatan sosialisasi lewat seni dan budaya, menurut mantan aktivis HMI itu merupakan konsen dari Badan Sosialisasi karena disadari Indonesia memiliki begitu banyak kekayaan budaya dan seni.
Diungkap, bangsa ini memiliki lebih dari 478 suku bangsa serta lebih dari 742 bahasa dan dialog daerah. “Tidak pernah kita temukan di negara manapun di dunia kekayaan bahasa dan suku bangsa seperti di Indonesia”, tuturnya. Dibandingkan dulu saat masih ada Uni Soviet, mereka hanya memiliki keragaman bahasa dan suku tidak lebih dari 200 ragam. Pun demikian juga dengan Yugoslavia. “Tidak ada bangsa semajemuk, seberagam, Indonesia”, ujar pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah itu.
Dari keberagaman yang ada itulah dirinya berharap budaya bangsa menjadi pilar persatuan dan modal pembangunan. “Mari kita kokohkan Empat Pilar”, harapnya. Keragaman yang ada perlu disyukuri sebagai pemberian Tuhan yang Mahakuasa.
Untuk itu harapan dari sosialisasi yang digelar di Semarang itu akan memberikan sumbangsih kepada semua untuk ingat dan menyadari betapa pentingnya kekayaan ragam budaya.
Disebut di Jawa Tengah saja kita mempunyai beragam tarian dan kesenian yang luar biasa yang menjadi ciri khas, cita rasa, buah pikir, termasuk mampu menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi bangsa khususnya di tahun-tahun politik. “Perbedaan pilihan saat pemilu presiden dan pemilu legislatif jangan mengurangi dan mematikan semangat persatuan”, tegasnya.
Di hadapan ratusan mahasiswa, Arwani Thomafi menyebut bangsa Indonesia saat ini populasi pendudukannya 50 persen lebih adalah anak muda. Mereka disebut yang akan memberikan sumbangsih dan warna bagi Indonesia lima hingga lima puluh tahun ke depan. Pada tahun-tahun tersebut generasi muda mempunyai peran dan posisi yang sangat penting.
Dalam kesempatan yang sama, Retno Saraswati mengatakan Pancasila perlu terus menerus digaungkan namun diingatkan ideologi bangsa itu juga harus diimplementasikan dalam kehidupan keseharian. “Tak hanya dihafalkan tapi bagaimana juga diimplementasikan sesuai dengan peran masing-masing”, ujarnya.
Pengamalan Pancasila dicontohkan bagaimana mahasiswa punya sifat toleransi dan persatuan. “Jangan malah memunculkan sikap konflik”, tegasnya. Dalam kesempatan itu dirinya mengajak pada semua untuk intropeksi apakah sudah mengamalkan Pancasila.
Dirinya mengapresiasi MPR yang kerap melakukan Sosialisasi Pancasila sebab bila hal demikian tidak dilakukan maka nilai-nilai luhur bangsa akan pudar.[iis]