telusur.co.id - Gubernur Jatim periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa memberikan orasi ilmiah dalam Rapat Terbuka Senat penutupan Dies Natalis ke-23 Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Bangkalan. Senin, (05/8/2024).
Dalam kegiatan yang dihadiri pula oleh ribuan mahasiswa peserta Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) UTM 2024, Khofifah memberikan orasinya yang mengangkat tema menciptakan kemandirian melalui prestasi dan inovasi untuk Indonesia Emas.
Dalam orasinya, Khofifah menegaskan bahwa, mahasiswa yang duduk di bangku perguruan tinggi saat ini adalah para calon very important person (VIP) saat Indonesia Emas 2045. Mereka adalah para calon pemegang tampuk kepemimpinan di segala lini di masa yang akan datang.
Sehingga saat ini adalah waktu emas untuk menyiapkan kualitas SDM generasi bangsa agar mereka kelak menjadi para pemimpin berkualitas yang memiliki skill, selalu berinovasi dan memiliki daya saing. Serta yang tak kalah penting adalah berkarakter.
“Hari ini bicara membangun generasi emas untuk menuju Indonesia emas tidak bisa kita tidak bicara tentang kualitas SDM. Para mahasiswa di sini adalah calon VIP, para calon pemimpin di banyak posisi prestisius di masa yang akan datang,” beber mantan Mensos RI ini.
Dalam mencetak seorang pemimpin dikatakan Khofifah adalah membangun karakter IKI yang tak lain adalah kepanjangan dari Inisiatif, kolaborasi dan inovasi. Seorang pemimpin haris memiliki jiwa inisiatif yang tinggi, yang resposif pada satu keadaaan dan mau melakukan upaya bergerak demi mengatasi suatu masalah.
“Seseorang yang memiliki inisiatif tinggi cenderung lebih kreatif, proaktif, dan mampu menghadapi tantangan dengan lebih baik. Oleh karena itu, inisiatif dapat membantu seseorang mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan,” tandas mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan RI ini.
Pun begitu dengan kolaborasi. Dikatakan Khofifah, saat ini tidak bisa seseorang bekerja sendirian. Success story mayoritas tidak tercipta karena kerja keras satu orang saja. Melainkan semakin banyak orang yang bekerja keras maka semakin besar kesuksesan yang bisa diraih.
Ia mengajak mahasiswa untuk tidak lelah untuk membangun jaringan dengan siapa saja. Dengan jaringan yang luas, dikuatkan dengan komunikasi yang baik, maka kolaborasi akan semakin mudah dibangun. Sebab menurut Khofifah di era industri 5.0 format kerja sama akan lebih dominan dibandingkan format sama-sama kerja.
“Kemudian adalah inovasi. Kalau kita lihat dulu, orang kalau mau berkomunikasi harus lewat telepon kabel. Sekarang, setiap orang punya telepon genggam masing-masing. Bahkan satu orang bisa dua. Ini adalah contoh perkembangan zaman yang sangat pesat ditunjang teknologi dan inovasi,” lugas Ketum IKA Unair ini.
Bahkan orang jaman dulu ingin menyampaikan sesuatu harus menyampaikan melalui surat. Sekarang, dunia sudah berubah dan sangat maju berkembang. Bertukar pesan bahkan sudah paperless dan sangat mudah dilakukan melalui gadget dimanapun dan kapanpun.
“Jack Ma mengatakan bahwa kompetisi ke depan adalah kompetisi di bidang kreativitas. Dengan tantangan masalah yang semakin komplek maka kreativitas dalam problem solving menjadi yang akan sangat dibutuhkan di masa depan,” sambung Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadijah ini.
Untuk itu, Khofifah juga menegaskan bahwa, pembelajaran di kampus juga harus ditunjang dengan kreativitas yang mumpuni. Agar adaptif dengan perkembangan global yang ada dan mewujudkan lulusan yang berkualitas.
Gubernur perempuan pertama Jatim itu juga menyebut bahwa menurut prediksi Pricewaterhouse Coopers Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat ke-4 ekonomi terbesar dunia pada 2050.
Maka peran perguruan tinggi selain untuk menyiapkan SDM yang siap memimpin pada Indonesia Emas 2045, harus pula menyiapkan SDM yang dapat mewujudkan proyeksi ekonomi terbesar seperti yang dilaporkan Pricewaterhouse Coopers (PwC).
Dan menurut prediksi McKinsey menyatakan bahwa Indonesia akan menduduki peringkat ke-7 di tahun 2030. Di mana, Indonesia tepat berada di bawah negara besar seperti Cina, Amerika, India, Jepang, Jerman, Rusia, serta Brazil. Sedangkan UK dan Perancis berada di bawah Indonesia.
“Pertanyaaanya kembali, di saat prediksi itu nanti terbukti, dimana posisi kita? Maka saya ingin tegaskan, di saat itu, kita tidak boleh hanya menjadi penonton. Kita harus berkontirbusi di dalamya. Oleh karena itu peran perguruan tinggi sangat penting guna memastikan bahwa generasi bangsa, generasi Jawa Timur akan menjadi pemain dan pemegang posisi strategis di masa tersebut,” tutur Anggota DPR RI periode 2004-2009 ini. (ari)