Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago menilai, sikap KPU yang memberi kisi-kisi pertanyaan sebelum debat Pilpres, terkesan seperti menjadi corong salah satu kandidat capres-cawapres. Karena, menurut dia, debat itu seharusnya memperlihatkan kualitas dan pemahaman dari calon pemimpin dalam memahami visi-misi.
“KPU pasang badan dan jadi bamper salah satu capres untuk menyembunyikan kelemahannya agar tak malu-malu amat atau dipermalukan,” kata Pangi kepada telusur.co.id, Selasa (7/1/19).
Debat paslon, menurut Pangi, tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait nasib mereka, minimal lima kedepan.
Pangi menganalogikan, adanya debat agar masyarakat bisa membedakan emas dan loyang. “Jangan sampai pilpres seperti memilih kucing dalam karung. Karena hilangnya tradisi debat yang berkualitas dan roh debat selama ini yang berjalan pada level normal,” imbuhnya.
“Sekarang seperti kelinci percobaan. KPU ingin mencoba debat pertama dengan format pertanyaan terbuka, nanti di evalusi lagi,” sambungnya.
Meski demikian, Ia memahami jika KPU hanya sebagai korban dari keinginan kedua timses.
“Sepertinya memang ada salah satu capres yang nggak siap menyampaikan visi dan misi sehingga memakai aktor peran penganti (stuntman). Dan, tak siap berdebat sehingga meminta format pertanyaan terbuka (pakai kisi kisi dan contekan),” tandasnya.
KPU, sebelumnya memutuskan memberikan kisi-kisi pertanyaan debat kepada kedua pasangan capres-cawapres sepekan sebelum debat digelar. Menurut KPU, hal ini sudah disepakati KPU dengan kedua tim sukses pasangan capres-cawapres.
KPU mengatakan dengan memberikan kisi-kisi pertanyaan, maka debat akan kembali kepada khittahnya, di mana gagasan yang disampaikan kedua pasangan akan menjadi jelas dan utuh. Adapun pertanyaan debat akan bersifat terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka diambil dan dilontarkan secara acak dari kisi-kisi yang diberikan KPU kepada kandidat. Sementara pertanyaan tertutup adalah pertanyaan rahasia masing-masing kandidat yang akan dilontarkan kepada pesaingnya.[ham]
