telusur.co.id - Pada tanggal 28 Oktober 2023 di tengah acara “Farewell Graduation” yang dilakukan oleh mahasiswa Teknologi Pangan terjadi kericuhan antara Mahasiswa Teknologi Pangan dan oknum mahasiswa Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur (UPN-V Jatim), Surabaya.
Hal tersebut bermula dengan adanya penyerangan secara tiba-tiba oleh oknum mahasiswa Teknik Sipil kepada mahasiswa Teknologi Pangan. Pihak mahasiswa teknologi pangan telah berusaha memberikan respon pencegahan yang baik agar tidak terjadi kericuhan.
Banyaknya massa dari oknum mahasiswa Teknik Sipil melakukan provokasi dan juga penggunaan senjata tajam, alat berbahaya, serta minuman keras sebagai bentuk ancaman dan serangan kepada mahasiswa Teknologi Pangan yang membuat keadaan semakin panas dan sangat tidak kondusif.
Kejadian berawal dari arak-arakan wisudawan Teknik Sipil yang mulai melewati depan gedung FT 3 UPN-V Jatim (lokasi farewell mahasiswa teknologi pangan), terdapat oknum mahasiswa Teknik Sipil sebagai provokator kericuhan yang datang menghampiri barisan farewell mahasiswa Teknologi Pangan untuk meminta kita agar diam dengan nada yang kurang baik.
Ketua Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HIMATEPA), Handy Wiranata sudah merespon dengan baik. Namun oknum dari Teknik Sipil tersebut kembali lagi ke barisan mahasiswa Teknologi Pangan dan mengulangi pernyataan sebelumnya dengan nada semakin kasar.
“Situasi semakin ramai dan banyak yang memprovokasi sehingga keadaan menjadi ricuh. Ketika kericuhan tersebut terjadi pelemparan barang-barang seperti botol air, snare drum, tongkat, dan sebagainya oleh oknum Teknik Sipil. Selain itu, pada saat kericuhan sempat terjadi penyiraman minuman keras (Arak) oleh oknum Teknik Sipil ke arah massa Teknologi Pangan,” ungkap Handy kepada media ini. Senin, (04/12/2023).
Saat kericuhan terjadi, lanjut Handy, Himatepa melakukan evakuasi dengan mengarahkan peserta Farewell untuk masuk ke dalam Gedung FT 3 hingga pada akhirnya Wakil Dekan (Wadek) 3 FT, Mohamad Mirwan datang, dan memisahkan kedua pihak dan mengajak perwakilan dari kedua belah pihak untuk mediasi di ruang Dekanat.
“Namun, mediasi yang dilakukan tidak cukup membuat keadaan damai dan masalah selesai. Oknum Teknik Sipil masih tetap melakukan kekerasan dan ancaman-ancaman kepada pihak Himatepa baik laki-laki maupun perempuan. Terbukti setelah mediasi dilakukan dan semua kondusif, oknum Teknik Sipil kembali datang ke Sekretariat Himatepa,” tambah dia.
Oknum Teknik Sipil masih tersulut emosi dan provokasi, pihak mahasiswa Teknologi Pangan dipersekusi dan diintervensi secara terus- terusan selama kurang lebih satu jam hingga Handy melakukan permohonan maaf kepada Teknik Sipil dan seluruh pihak yang ada di sana. Hal tersebut dilandaskan pihak mahasiswa Teknol tidak pernah menggunakan jalan kekerasan.
Tidak sampai di situ, saat Handy hendak pulang melewati depan FT 3. Terdapat kumpulan oknum berjumlah kurang lebih 20 orang dimana salah satu dari mereka mengaku dari FTSP prodi DKV, lalu terjadi pengeroyokan dan pemukulan di bagian kepala serta pencekikan selama kurang lebih 15 menit. Hingga Handy ditolong oleh beberapa alumni mahasiswa Teknologi Pangan, sampai kemudian satpam datang untuk membubarkan pengeroyokan tersebut.
Pasca kejadian tersebut, korban dari mahasiswa Teknologi Pangan (Tepa) melakukan pelaporan kepada Polsek Gununganyar dan melakukan visum ke Rumah Sakit Bhayangkara sesuai rekomendasi dari Polsek Gununganyar.
Mahasiswa Teknologi Pangan juga melakukan tindakan advokasi kepada birokrat Kampus UPN “Veteran” Jawa Timur hingga terbentuk tim investigasi untuk mengusut para pelaku kejadian.
Tim investigasi tersebut menghasilkan kajian berupa puluhan oknum mahasiswa yang menjadi pelaku dalam kejadian tersebut yang berasal dari mahasiswa Prodi Teknik sipil, Teknik Lingkungan, dan Desain Komunikasi Visual dari Fakultas Arsitektur dan Desain.
“Namun, hasil kajian tersebut masih berupa rekomendasi dan hingga sekarang belum ada keputusan dari birokrat UPN-V Jatim. Pengeroyokan yang terjadi pada mahasiswa di UPN-V Jatim merupakan bentuk ketidaksanggupan kampus menciptakan suasana aman dan nyaman dalam lingkup pendidikan,” jelas Handy.
Di akhir, kata Handy, kampus UPN-V Jatim juga dinilai lamban dalam mengusut dan menyelesaikan, dimana sudah 30 hari peristiwa tersebut terjadi dan pihak birokrat UPN-V Jatim belum menetapkan suatu keputusan untuk para pelaku.
“Bentuk keresahan akan lambatnya penyelesaian diungkapkan serentak bertemu dengan Wakil Rektor 3 UPNVJT, Lukman Arif pada (Selasa 28/11/2023), melalui unggahan media sosial mahasiswa Tepa dengan tagar 30 hari tanpa keadilan. Lagi-lagi hingga hari ini, masih belum ada kejelasan terkait keputusan (sanksi akademis) tersebut kapan dijatuhkan,” tutup Handy.
Menanggapi adanya kasus ini, seperti yang dilansir pers-upn.com, Lukman Arif saat dikonfirmasi pada (Jumat 17/11/202), ia mengungkapkan bahwa, kasus kericuhan ini diproses awal di Fakultas hingga terbentuknya tim investigasi untuk mendalami kasus. Proses penyelesaian kasus ini memakan waktu lama karena melibatkan banyak individu.
“Proses itu tentu memakan waktu yang cukup lama karena banyak melibatkan banyak orang kemudian harus juga didalami. Jadi, kita tidak bisa kemudian hanya sekadar ya formalitas begitu, tidak melakukan investigasi persoalan ini karena ini menyangkut nasib mereka nanti yang akan kita beri sanksi,” papar Lukman. (ari)