Oleh: Ayu Ardina*
ANDA lihat, dalam kehidupan banyak orang tahu apa yang harus dilakukan, tetapi hanya sedikit orang yang benar-benar melakukannya. Mengetahui saja tidak cukup, anda harus mengambil tindakan. (Tony Robbins)
Pada momentum Pemilu 2024, kurang lebih 57% dari total pemilih adalah pemilih muda yaitu genersi Milenial dan Gen Z. Dengan jumlah setengah lebih dari total pemilih, preferensi politik anak muda sangat mempengaruhi jalannya konstalasi politik menuju pemilu di Indonesia.
Tentu ini memperlihatkan bagaimana sebuah kekuatan peran anak muda dalam perjalanan bangsa indonesia hari ini dan akan datang.
Bahkan, jauh sebelum itu perjalanan tentang gagasan anak muda mampu melahirkan satu instrumen kekuatan bangsa Indonesia melalui organisasi Budi Utomo. Bermula dari gagasan seorang dr. Wahidin Soedirohusodo yang merupakan alumni STOVIA yang sering berkeliling di kota-kota besar sekarang kita kenal sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Dalam pengamatan penulis ketertarikan pemilih muda terhadap isu-isu partisipasi publik, ekonomi-politik, hingga politik global cukup tinggi. Bahkan tidak menyurutkan anak-anak muda dalam mengambil peran tentang ide-ide besar yang mampu mempengaruhi sebuah wacana di ruang-ruang publik, namun hal tersebut kiranya belum terlalu maksimal jika anak muda selalu menjadi objek dalam pengambilan sebuah kebijakan. Sehingga perlu adanya konstruksi bersama dalam menterjemahkan hal tersebut.
Peran strategis anak muda dalam pemanfatakan demokrasi menjadi sebuah kebutuhan sehingga kebijakan mampu diambil alih oleh kekuatan anak muda masa kini, artinya peran anak-anak muda bukan saja menjadi objek namun harus menjadi subjek.
Jika kita menarik benang merah di Sulawesi Tengah, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri mencatat, penduduk Sulawesi Tengah di usia produktif sebanyak 69,91% dimana Usia 15-19 Tahun 293.902 jiwa, Usia 20-24 Tahun 285.860 jiwa, Usia 25-29 Tahun 246.880 jiwa, Usia 30-34 Tahun 231.714 jiwa dan Usia 35-39 Tahun 238.468 jiwa.
Artinya, peran penting anak muda tidak bisa di pandang sebelah mata, partisipasi dalam pengambilan sebuah kebijakan menjadi keharusan sebagai nilai-nilai perjuangan untuk mencampai harapan serta gagasan besar yang membumi demi kepentingan daerah.
Anak muda wajib menjadi motor penggerakan keberlanjutan (sustainable) agenda besar para pendahulu yang telah membangun pondasi Sulawesi Tengah. Khususnya wilayah Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan dan Kabupaten Banggai Laut.
Memanfaatkan Bonus Demografi sama halnya kita harus menjadi partisipasi aktif dalam memanfaatkan demokrasi, konteks demokrasi yang di maksudkan adalah bagaimana peran anak muda sebagai subjek dalam jalur Politik sehingga kita dapat Muda Bedaya.
Muda Berdaya yang dimaksudkan adalah tentang keyakinan peran anak muda terhadap peluang di ruang-ruang publik, tentang sebuah keyakinan untuk dapat menjadi apa yang di cita-citakan. Namun yang perlu di garis bawahi menurut peneliti dari Universitas Leiden, Ward Berenschot menilai, demokrasi yang hari ini terjadi selalu didominasi oleh orang kaya atau elit ekonomi.
Hal demikian harus menjadi fokus utama, karena efek negatifnya bisa mempengaruhi sebuah pelayanan publik, maka anak-anak muda harus mengambil peran sebagai alternatif perjuangan untuk menciptakan politisi kaum miskin yang kaya akan gagasan dan benar-benar mengabdikan dirinya terhadap keinginan rakyat.
Tidak jarang kita melihat dalam kontenstasi pemilihan Anggota Legislatif wajah-wajah lama masih mengisi peringkat atas untuk mengisi post-post Partai Politik. Tidak jarang, saudara, kerabat bahkan anak kandung mereka di dorong untuk menjadi politisi baru sehingga kekuasaan dalam arti pelayanan publik hanya bergulat dilingkaran itu-itu saja.
Dominasi tersebut tidak menjadi pelanggaran aturan, namun secara mentalitas peran anak muda yang terlahir dari akar rumput bisa berpikir irasional terhadap nilai-nilai demokrasi yang dibangun oleh para pendiri bangsa.
Sehingga kita perlu membangun kesadaran diri sekaligus mengajak publik untuk berpikir secara fundamental agar harapan anak muda tidak terkubur karena nasib latar belakang orang tua mereka.
Sehingga anak muda dapat berperan penting dalam membangun sebuah tatanan masyarakat adik makmur maka penting rasanya jika suara anak muda harus benar-benar tepat di tempatkan kepada mereka yang sedang ikhtiar dalam pengabdian di jalur politik dan itu mampu di wujudkan oleh peran penting anak muda yang berani menghadapi masa depan dengan penuh pengharapan.[***]
*) Tokoh Perempuan Sulawesi Tengah