Perayaan Tahun Baru Masehi, Pada Masyarakat, Serta Perbandingan Tahun Baru Islam dan Sejarahnya - Telusur

Perayaan Tahun Baru Masehi, Pada Masyarakat, Serta Perbandingan Tahun Baru Islam dan Sejarahnya

Praktisi Hukum Agus Wijayanto SH. MH. Foto: Ist

telusur.co.id -Oleh. : Agus Widjajanto , Praktisi Hukum, Pemerhati Politik, Sosial Budaya

Perayaan Tahun Baru Masehi pada tanggal 1 Januari 2025 baru saja dilakukan oleh masyarakat diseluruh Dunia , tidak terkecuali masyarakat di Indonesia , yang telah memeriahkan datang nya tahun baru yang dimulai sebelum tengah malam pada tanggal 31 Desember , dengan tata cara adat serta kebiasaan yang sebenarnya meniru dari masyarakat Amerika Serikat dalam merayakan Tahun Baru. 

Tahun baru selalu datang dan hadir , secara alami sebagai bagian dari hukum alam , hanya manusia yang merayakan selalu akan berkurang serta juga bertambah sesuai kelahiran baru dan kematian bagi manusia di berbagai bangsa di dunia ini. 

Untuk mengetahui sejarah akan terjadinya perayaan Tahun Baru Masehi yang jatuh pada tanggal 1 Januari , bersama ini penulis ketengahkan yang diambil berbagai sumber tulisan dan kepustakaan dapat dijelaskan bahwa penanggalan Masehi berawal dari zaman Kerajaan Romawi. Dulunya kerajaan ini menggunakan kalender dari Etruskan yakni bangsa Asia yang dikenal memiliki peradaban tinggi.

Namun, pada abad ke-7 Sebelum Masehi (SM) pemimpin Kerajaan berganti ke tangan Julius Caesar. Setelah dinobatkan sebagai raja, Julius Caesar memutuskan untuk mengganti sistem penanggalan.

Alasannya, karena Julius Caesar ingin menyesuaikan penanggalan dengan mengikuti revolusi Matahari yang biasa dilakukan orang Mesir Kuno. Satu tahun dalam penanggalan tersebut dihitung sebanyak 365 seperempat hari.

Dengan berbagai pertimbangan teoritis, Caesar juga memerintahkan untuk menambah satu hari di bulan Februari setiap 4 tahun sekali. Tujuannya agar bisa menghindari penyimpangan penghitungan dalam kalender Masehi.

Akan tetapi, sebelum ditetapkannya kalender ini Julius Caesar terbunuh pada tahun 44 SM.

Setelahnya, di beberapa negara Kekuasaan Kekristenan mendominasi. Pada masa itu, umat agama Kristen menetapkan untuk menggunakan Kalender Masehi.

Singkat nya dapat dijelaskan disini bahwa penetapan penggunaan kalender Masehi tanggal 1 Januari jatuh pada tahun 1582. Penetapan ini dilakukan oleh Paus Gregorius XIII dan digunakan sampai saat ini.

Kemudian, muncul pula tradisi-tradisi seperti mempersembahkan hadiah kepada Kaisar yang sedang berkuasa. Sampai pada akhirnya tradisi tersebut menjadi sebuah kewajiban.

Sampai pada 1582 penggunaan Kalender Masehi tanggal 1 Januari ditetapkan oleh Paus Gregorius XIII. Sejak saat itu, dirayakanlah tanggal 1 Januari sebagai perayaan Tahun Baru setiap tahunnya sampai saat ini.

Di negara Amerika Serikat kebanyakan perayaan dilakukan pada malam sebelum tahun baru yakni 31 Desember. Pada malam itu orang-orang akan pergi ke berbagai acara atau pesta. Sementara, di New York masyarakat merayakan Tahun Baru dengan berkumpul untuk menonton televisi.

Setelahnya, ketika waktu menunjukkan pergantian tahun, lonceng tengah malam berbunyi, sirine dinyalakan, dan kembang api diledakkan di mana-mana. Bersamaan dengan itu, masyarakat akan meneriakkan "selamat tahun baru".

 

Di Indonesia sendiri, perayaan Tahun Baru Masehi sama seperti di Amerika dan New York. Yakni berkumpul di keramaian dan ikut memeriahkan pergantian malam tahun baru dengan petasan dan kembang api. Membakar ayam atau ikan bersama keluarga dan handai Tolan , yang berharap pada setiap pergantian tahun baru kondisi baik secara karier, ekonomi , kesehatan , kesejahteraan , kerukunan dalam perkawinan, lebih baik dari tahun sebelumnya . 

 

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat tentu berharap kondisi lebih baik dari tahun sebelumnya baik secara pertumbuhan ekonomi negara , keamanan dan ketertiban serta keadilan yang paling penting yakni proses penegakan hukum di negeri ini lebih baik , lebih transparan , sesuai rasa keadilan masyarakat , bahwa sesuai asas hukum , adanya kepastian , keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat, dimana dalam penegakan hukum sangat disorot di masyarakat sebagai sesuatu yang secara darurat harus dibenahi , mental aparat penegak hukum nya , baik dalam proses penyidikan , penuntutan maupun dalam keputusan oleh para hakim hakim , khususnya Hakim pada institusi tertinggi sebagai benteng terahir keadilan yakni pada Mahkamah Agung , itu harapan masyarakat . 

 

Sebagai perbandingan antara peringatan Tahun Baru , antara penanggalan Masehi dengan penanggalan Islam , memang ada perbedaan , dimana perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan sejarah latar belakang lahirnya tahun penanggalan dimana tahun baru ditetapkan.

 

Asal usul penanggalan kalender Islam dimulai ketika seorang Gubernur Abu Musa Al-Asyari menuliskan surat yang diberikan kepada Khalifat Umar Bin Khatab RA. Kepada pemimpin tersebut, Ia mengaku bingung perihal surat yang tidak memiliki tahun.

 

Hal inilah yang menyulitkannya saat penyimpanan dokumen atau pengarsipan. Kondisi inilah yang mendasari dibuatnya kalender Islam, yang mana saat itu Umat Muslim masih mengadopsi peradaban Arab pra-Islam tanpa angka tahun, hanya sebatas bulan dan tanggal.

 

Rasulullah SAW sendiri menggunakan kalendar ini sebagai penyempurnaan waktu. Misal saja, mengembalikan bulan menjadi 12 dan tidak memaju mundurkan bulan atau hari yang semestinya masyarakat jahiliyah ketika itu. Allah SWT sendiri berfirman pada Al-Quran Surat At Taubah ayat 36-37, melalui posisi bulan atau hilal.

 

Perumusan kemudian diprakarsai oleh Khalifah Umar yang memanggil Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf RA, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam RA, Sa’ad bin Waqqas hingga Thalhan bin Ubaidillah untuk penyusunan kalender Islam.

 

Dalam perumusan tersebut, kemudian disepakati untuk menggunakan sistem kalender yang ada (pra Islam) untuk selanjutnya disempurnakan Rasulullah SAW. Meski kala itu, terdapat perbedaan pendapat dimana beberapa mengusulkan menggunakan milad Rasulullah SAW, namun ada yang mengusulkan dengan peristiwa Isra’ Mi’raj kala Rasulullah menerima wahyu dan diangkat sebagai nabi.

 

Barulah ketika Ali bin Abi Thalib mengusulkan peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Yatsrib. Pengajuan ini, dianggap sebagai momentum besar bagi Islam yang mana hijrah merupakan simbol perpindahan masa jahiliyah ke masyarakat madani.

 

Untuk itu, penting untuk menjadikan peristiwa hijrah sebagai tonggak awal kalender Islam dibanding hari kelahiran Rasulullah, karena dianggap mengarah ke kultus individu yang tak seharusnya ada di dalam Islam.

 

Pendapat inilah yang kemudian disetujui oleh seluruh sahabat, dan dibuatlah kalender Islam dengan nama kalender Hijriyah. Penetapannya, dilakukan pada tahun 1 Hijriyah atau 17 tahun pasca hijrah nabi (638 Masehi).

 

Pada penerapannya, kalender Hijriyah menggunakan sistem peredaran bulan atau qomariyah, tak sama dengan Masehi yang masih mengandalkan matahari atau Syamsiah. Tak hanya itu, pergantian hari kalender masehi dimulai sejak pukul 12 malam, yang berganti saat matahari terbenam. Hal inilah yang membuat kalender hijriah lebih pendek yakni hanya 11 hari dibanding Masehi.

 

Arti kata Muharram

Salah satu bulan yang paling utama dalam kalender Islam adalah Muharram. Kata Muharam sendiri, berasal dari kata yang diharamkan atau dipantang dan dilarang. Ini bermakna pelarangan untuk melakukan peperangan atau pertumpahan darah, dan dianggap sharam. Tahun 1 Muharram sendiri adalah Tahun Baru dalam Islam.

 

Awal mula penamaan Muharam dengan maknanya, didasari dengan kepercayaan jika bulan ini merupakan awal yang baru dalam setahun. Permulaan tersebut, di masa hijrah merupakan masa peperangan. Dalam sejarah pun disebutkan, jika bulan ini merupakan waktu yang sangat ditaati, bahkan ketika di Arab tak pernah terjadi peperangan.

Hadits keutamaan bulan Muharram

Ketika bulan Muharam, terdapat sejumlah amalan yang bisa dikerjakan oleh kaum Muslim. Salah satu amalan ialah puasa sunnah Tasua serta Asyura. Seperti yang diketahui sebelumnya, Muharam memiliki keutamaan karena selain banyak amalan yang dianjurkan pada waktu tersebut, juga menghapus dosa setahun sebelumnya.

Dalam sebuah hadits, Bulan Muharam adalah bulan haram bersama tiga bulan lainnya yakni Dzulqa’dah, Rajab dan Dzulhijjah. Keutamaan tersebut berbunyi:

 “Dalam satu tahun ada 12 bulan, di antaranya ada 4 bulan haram, 3 bulan secara berurutan adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharam dan Rajabnya Mudhor yang berada di antara Jumadil dan Sya’ban”. (HR. Bukhori).

Allah SWT juga berfirman perihal keutamaan Bulan Muharam tersebut:

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu”. (Q.S. At Taubah: 36).

Makna dan keutamaan bulan Muharram

Muharam adalah bulan yang spesial, dikarenakan bulan pembuka dalam kalender Hijriyah. Rasulullah SAW bahkan menyebut Muharam sebagai bulan Allah karena keutamaannya.

Sebelum syiar Islam datang, bulan ini disebut sebagai Shafar Al Awwal. Beda halnya bulan Safar atau bulan kedua yang kemudian disebut sebagai Shafar Ats Tsani. Allah SWT memperingati agar manusia tak menzalimi diri sendiri dengan perbuatan dosa.

 

Berbanding lurus pada amalan yang diberikan, dimana pahala yang dilakukan akan dilipatgandakan. Karenanya, banyak keutamaan yang dapat diraih melalui sejumlah amalan, sebut saja puasa.

 

2. Amalan Saat Tahun Baru Islam

tahun baru islam (1)Ummat Islam memiliki waktu khusus dalam menyambut tahun baru. Tak hanya perlu memperbanyak salawat dan zikir, terdapat banyak amalan yang bisa dilakukan ketika tahun baru Islam akan masuk.

 

Namun di antara seluruh amalan tersebut, menurut para ulama terdapat amalan yang paling dianjurkan yakni puasa sebagaimana Abu Huraira.

 

“Seorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang paling utama?’ Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan Muharam.’” (HR Ibnu Majah).

 

Puasa yang dimaksud ini adalah puasa Tasua serta Asyura yang bisa dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Muharram atau 28 dan 29 Agustus. Dua jenis puasa tersebut hukumnya sunnah, serta dianjurkan untuk dilakukan kepada seorang muslim. Kendati jika tidak melakukannya tidak mendapat dosa.

 

 Jenis-Jenis Puasa Sunnah di Tahun Baru Islam

 

tahun baru islam (1)Keistimewaan Bulan Muharam, tak terlepas dari posisi sebagai pembuka tahun bagi Umat Muslim. Terdapat banyak amalan yang bisa mendatangkan pahala berlinpah apabila dilakukan pada bulan tersebut. Tentu, dengan kelulusan karena Allah SWT.

 

Dari pelbagai amalan yang ada, amalan akan sama baiknya dilakukan seorang Muslim dengan puasa sunah pada Bulan Muharam. Meski begitu, ada beberapa puasa yang sangat dianjurkan dengan beberapa keutamaan lainnya. Berikut ini penjabarannya.

 

Jenis puasa tersebu adalah Tasu’a, Asyura, Ayyamul serta puasa Senin Kamis yang akan memberi pahala lebih.

 

Puasa Asyura 10 Muharram

 

Berikutnya adalah Puasa Asyura yang dikerjakan setiap tanggal 10 Muharram dengan keutamaan yang juga baik bagi setiap yang mengerjakan. Mirip dengan puasa Tasu’a, puasa ini juga sama seperti jenis puasa lainnya. Berikut ini niatnya:

 

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatil âsyûrâ lillâhi ta‘âlâ.

 

Artinya: Aku berniat puasa sunah Asyura karena Allah ta’ala.

 

Puasa Senin Kamis

 

Di antara jenis puasa lainnya, puasa Senin Kamis mungkin merupakan jenis puasa yang paling dikenal. Jenis puasa ini sangat baik dilakukan tak hanya untuk mendapatkan pahala melainkan juga untuk kesehatan.

 

Itulah sejumlah puasa sunah yang baik dikerjakan saat Bulan Muharram, selain puasa tersebut, puasa sunah lain juga tak kalah baik untuk dilakukan. Sebut saja Puasa Nabi Daud. Puasa Nabi Daud merupakan puasa yang dilakukan selang sehari atau dua hari dan berlangsung secara terus menerus.

 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” ( QS At-Taubah: 36 ).

 

Sejarah tahun baru islam (1)Puasa 1 Muharram adalah puasa yang biasa dilakukan sebagai bentuk kesyukuran memasuki tahun baru Islam. Meski begitu, Puasa 1 Muharam tak memiliki anjuran tersendiri sama halnya dengan puasa sunah di Bulan Muharam lainnya. Sebut saja Puasa Asyura dan puasa Tasu’a yang memang memiliki landasan hadis sebagai dasarnya.

 

Sejarah tahun baru Islam, penetapan kalender serta keutamaan yang ada di dalamnya sejatinya perlu untuk dijalankan dan dimuliakan. Berbeda dengan Masehi yang lebih banyak dijadikan rujukan dalam penetapan waktu.

 

Apapun perayaan nya baik merayakan Tahun Baru Masehi , maupun peringatan perayaan tahun Baru hijriah , adalah keduanya punya harapan bagaimana keadaan lebih baik dari tahun sebelum nya, demikian juga harus dimulai dari diri kita adanya sebuah kesadaran bagaimana hidup bisa bermanfaat bagi sesama , bagi lingkungan dan keluarga bahkan kalau bisa dan mampu bagi kepentingan yang lebih besar yakni bagi Bangsa Dan Negara , dan hal ini diawali dari langkah kecil dari diri masing masing , bahwa kita sebagai hamba mahluk Tuhan , yang memang sudah kodrat dan ditakdirkan untuk menegakan rasa keadilan sebagai kalifah dimuka bumi , bagaimana Urip Kuwi sejatinya urub, jangan zholim dan selalu berbuat kerusakan dimuka bumi , walau disetiap keputusan hukum selalu diawali dengan kalimat " Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa " tapi faktanya jauh dari keadilan dan dengan demikian sangat jauh dari sifat sifat Tuhan yang selalu menegakan keadilan , jangan sampai alam akan bertindak sesuai hukum nya, apabila kita sudah buta mata hati , buta Mata batin , seolah merasa bahwa akan hidup selamanya . Mari kita berhijrah dari keburukan menuju kebaikan , dari kezaliman menuju keadilan . Karena pertanggung jawaban seorang penegak hukum adalah disamping kepada negara dan masyarakat juga kepada Tuhan .


Tinggalkan Komentar