telusur.co.id - Sulthonul Awwliyah Muhammad Hisham Kabbani atau Syaikh Muhammad Hisham Al-Kabbani merupakan sosok ulama sufi besar yang berasal dari Negri Paman Sam atau Amerika Serikat.
Ulama kelahiran 13 Safar 1364/28 Januari 1945 itu berasal dari keluarga Kabbani yang merupakan salah satu keluarga Muslim tertua di Beirut. Dari istrinya, Hj. Nazihe Adil yang merupakan putri Syaikh Nadzim al-Haqqani, beliau dikaruniai 3 putra dan 1 putri, serta beberapa cucu yang semuanya menetap di Fenton, Michigan.
Menurut ahli silsilah keluarga, silsilah mereka berasal dari Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Thalib (Ra). Mereka hijrah dari Mesir dan Hijaz ke Irak, dan sebagian anggotanya datang ke Syam Besar.
Sebagian dari mereka berjuang di bawah bendera Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. Sejak kedatangan keluarga di Beirut, kehadiran mereka sangat menonjol dan kuat di sana, dengan beberapa anggota keluarga memegang jabatan tinggi (menteri dan anggota parlemen) di pemerintahan.
Syaikh Hisyam adalah keturunan Rasulullah SAW. Baik jalur ayahnya maupun ibunya (Al-Hasani Al Husaini). Syekh Hisyam merupakan deputi dari mursyid Thariqat Naqsyabandi Haqqani dan dia juga pembimbing serta guru bagi sekitar 2 juta Muslim di seluruh dunia, khususnya di Amerika Serikat, Inggris, hingga Asia Tenggara.
Sebagai seorang syaikh sufi, Syaikh Hisyam telah diberi wewenang untuk membimbing para pengikutnya menuju cinta Ilahi dan menuju tingkatan spiritual yang telah digariskan Sang Pencipta (disebut mursyid). Latihan spiritual yang berat yang telah ditempuhnya selama 40 tahun di bawah pengawasan syaikh besar dan Syaikhnya, telah menganugerahinya kecakapan yang tinggi mencakup kebijaksanaan, cahaya Ilahiah, intelektual yang diperlukan seorang guru sufi sejati.
Banyak dari Presiden, raja dan para ulama di berbagai penjuru dunia yang menjadi murid beliau. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai guru dari para wali dan ulama. Beliau merupakan Master Sufi yang paling berpengaruh di dunia saat ini, dengan jutaan murid tersebar di lima benua.
Latar Belakang Syaikh Hisyam Al-Kabbani
Sejak usia 15 tahun, beliau telah menemani Syaikh Abdullah ad-Daghestani dan Syaikh Muhammad Nadzim al-Haqqani, syaikh agung Thariqat Naqsyabandi yang mulia di masa ini. Beliau juga banyak melakukan perjalanan ke segala penjuru di Timur Tengah, Eropa, dan Timur Jauh untuk menemani syaikhnya.
Hijrah Syaikh Hisyam Kabbani di Arab Saudi
Beliau termasuk ulama yang menguasai berbagai macam bahasa, terutama beberapa dialek bahasa Arab, beliau menguasai secara aktif. Juga berbagai bahasa lain seperti bahasa Turki, Perancis, Inggris, Belanda dan Urdu.
Beliau sempat cukup lama tinggal di Arab Saudi sebagai manajer dan dokter specialis (MD) pada beberapa rumah sakit ternama di Jeddah dan Madinah. Bersamaan dengan hal tersebut beliau banyak belajar dari para imam dan mursyid Thariqah baik di Madinah maupun Makkah al-Mukarramah.
Atas perintah Syaikh Nadzim Adil Haqqani beliau telah menyelesaikan beberapa khalwat bervariasi di antara empat puluh hari hingga enam bulan. Di antaranya dilakukan di Madinah dekat Masjid Nabawi serta di Yaman dan Jordania.
Menyebarkan Syiar Agama Islam ke Amerika
Pada tahun 1991 atas perintah Syaikh Nadzim Haqqani, Syaikh Hisyam melangkahkan kakinya untuk memulai dakwah di benua Amerika. Pada saat itu beliau memulai di California bertujuan untuk menyebarluaskan ajaran Islam sesuai yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat, yakni dakwah dengan lembut penuh kasih sayang dan ketinggian akhlak. Sejak saat itu pula beliau ditahbiskan sebagai khalifah Syaikh Nadzim Adil Haqqani an-Naqsyabandi di benua Amerika.
Di negeri Paman Sam tersebut Syaikh Hisyam mendirikan yayasan Thariqat Naqsyabandi. Sejak saat itu, beliau telah membuka 13 pusat sufi di Kanada dan Amerika Serikat.
Kunjungan Syaikh Hisyam ke Indonesia
Pada bulan April tahun 1997 beliau untuk pertama kalinya mengunjungi Indonesia. Kunjungan kedua dan ketiga dilaksanakan pada tahun 1998 dan 2000. Perjalanan dakwahnya di Indonesia terbilang baik dan mulus, ditandai dengan didirikannya Zawiyah Naqsyabandi Haqqani. Pertama kalinya zawiyah tersebut didirikan di wilayah Kampung Melayu, Jakarta.
Yayasan Haqqani Indonesia telah didirikan sejak tahun 2000 sebagai cabang Haqqani Foundation International yang sudah tersebar di beberapa negara. Yayasan mempunyai fungsi sebagai payung kegiatan yang bersifat spiritual dan non-spiritual.
Sampai saat ini murid beliau di Indonesia tersebar di pelosok Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cililin, Nagrek, Pekalongan, Semarang, Tuban, Surabaya, Batam, Aceh, Padang, Bukittinggi, Bali dan lain-lain, yang semuanya terwadah dalam suatu keluarga besar Jamaah Thariqat Naqsyabandiyyah al-Haqqaniyyah yang dalam keorganisasiannya dikelola Yayasan Haqqani Indonesia.
Puluhan ribu santri beserta para pimpinan Pondok Pesantren di Cililin (Ponpes Al-Bidayah), Nagrek Cicalengka (Ponpes Al-Falah) dan Wonopringgo Pekalongan (Ponpes At-Taufiqy) menyerahkan baiat Thariqat Naqsyabandi al-Haqqani kepada beliau, atas nama Syaikh Muhammad Nadzim Adil Haqqani an-Naqsyabandi. [Fhr[