Pidato Keras AHY Dinilai Bentuk Daya Tawar Kandidat Cawapres - Telusur

Pidato Keras AHY Dinilai Bentuk Daya Tawar Kandidat Cawapres


telusur.co.id - Pidato politik Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beberapa waktu lalu, dinilai sebagai angin segar bagi perpolitikan di Indonesia. Karena, beberapa tahun belakangan pihak oposisi pemerintah sangat lemah bersuara, tidak maksimal, bahkan mati suri. Pihak oposisi, cenderung cari posisi nyaman.

"Dalam kerangka ini dan dikaitkan dengan momentum politik jelang Pemilu 2024, pidato politik Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bisa dimaknai setidaknya ke dalam empat argumen utama," kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago, dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/3/23). 

Pertama, mempertegas posisi Partai Demokrat sebagai partai oposisi. Apalagi, pidato AHY menyasar ke berbagai sektor, mulai dari ekonomi hingga sektor pangan dan menyinggung ketidak keberpihakan pemerintah pada rakyat kecil.

"Sikap kritis Partai Demokrat ini adalah upaya mengisi ruang kosong, di mana suara keras dan lantang partai oposisi kembali bergema dan dapat dipastikan akan mengusik berbagai kelompok yang selama ini terlena menikmati kekuasaan," jelas Pangi.

Kedua, untuk mempertegas posisi AHY sebagai pembawa gerakan perubahan. Bagaimana, Demokrat merupakan salah satu partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan bersama Partai NasDem dan PKS.

"Sikap ini belum dinyatakan secara terang-terangan oleh PKS, apalagi oleh Partai Nasdem yang sampai hari ini masih berada dalam barisan partai pendukung pemerintah," ujarnya.

Ketiga, akan menaikkan daya tawar AHY, terutama sebagai salah satu bakal calon presiden (cawapres) yang digadang-gadang akan mendampingi Anies Baswedan. Pangi menilai secara tidak langsung pidato AHY akan membuka level kualitas dan kapasitasnya secara personal.

"Partai Demokrat sedang menunjukkan kualitas dan kapasitas cawapres yang mereka ajukan dan mengirim pesan kepada partai politik di Koalisi Perubahan," ucapnya.

Keempat, untuk mengubah citra Demokrat. Pangi mengaku terkejut karena dalam pidato AHY kerap disinggung "wong cilik" atau rakyat kecil. Padahal, partai utama pendukung pemerintah, PDIP kerap menyebut diri sebagai "partai wong cilik".

"Jika Partai Demokrat serius menggarap isu ini [wong cilik] maka ini adalah momentum dan pesan yang sangat jelas bahwa Partai Demokrat sedang bekerja keras memperluas basis dukungannya untuk memperbesar peluang meraih dukungan segmen pemilih yang lebih luas pada Pemilu 2024 mendatang," tutupnya.

Sebagai informasi, Ketua Umum Partai Demokrat, AHY, menyebut jika kekinian pemerintah tidak melakukan pengelolaan keuangan negara dengan baik. Menurutnya, banyak uang negara digunakan hanya untuk proyek tak berguna dan berdampak bagi kehidupan rakyat kecil.

"Masalahnya bukan hanya krisis global, persoalan ekonomi kita semakin rumit karena keuangan tidak dikelola dengan baik. Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar yang tidak banyak berdampak pada kehidupan wong cilik," kata AHY dalam pidato politiknya, di Tenis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/23).

AHY mengatakan, adanya proyek-proyek tersebut justru tidak berdampak pada rakyat yang masuk dalam kategori miskin dan tidak mampu.

Kemudian AHY juga menyingung persoalan utang negara. Menurutnya, utang negara bahkan kekinian dalam 8 tahun terakhir alami kenaikkan 3 kali lipat.

"Sementara itu, defisit anggaran coba ditutupi dengan utang pemerintah. Dalam 8 tahun terakhir ini, kenaikan utang pemeritnah mencapai 3 kali lipat," tuturnya.

Di tengah fakta adanya kenaikkan utang negara tersebut, kata AHY, masih ada pihak-pihak yang coba menutup-nutupinya.

"Lagi-lagi ada pihak yang berdalih bahwa rasio hutang masih aman," tuturnya.[Fhr


Tinggalkan Komentar