telusur.co.id - Saat ini, industri 4.0 telah membawa angin segar bagi aktivitas sektor manufaktur di Indonesia. Sebab, penggunaan teknologi terkini menjadi solusi dalam meningkatkan produktivitas industri secara lebih efisien sehingga bisa berdaya saing.
“Making Indonesia 4.0 telah menjadi inisiatif pemerintah untuk mewujudkan Indonesia menjadi 10 negara besar yang akan memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030,” kata Direktur Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0) Arnes Lukman pada acara Business & Technology Matching di Jakarta, Selasa (19/9).
Arnes menegaskan, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah membangun PIDI 4.0 untuk mengembangkan penerapan industri 4.0 di Indonesia yang telah diluncurkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian pada 2 Desember 2021 lalu. Sedangkan program dan kegiatan PIDI 4.0 telah resmi diluncurkan melalui Grand Launching pada Maret 2023.
PIDI 4.0 telah memiliki 42 mitra yang terdiri technology user, technology provider, institusi pendidikan tinggi dan stakeholder 4.0 lainnya. “PIDI 4.0 memberikan apresiasi setinggi-tingginya pada mitra yang memiliki inisiatif dan komitmen yang serius terhadap kerja sama di bidang pengembangan SDM industri dan transformasi industri,” tutur Arnes.
Menyadari pentingnya kemitraan dalam penerapan industri 4.0 di Indonesia, PIDI 4.0 mengadakan Business & Technology Matching yang mengangkat tema “Teknologi Cerdas untuk Ketahanan dan Keberlanjutan Industri di Era Transformasi Digital”.
“Melalui kegiatan Business & Technology Matching ini, kami berharap pemerintah pusat, pemerintah daerah, praktisi industri, entrepreneur dari start up, akademisi terutama dari politeknik di bawah naungan BPSDMI Kemenperin, Swiss German University, dan para stakeholder lainnya dapat melakukan kolaborasi di dalam penelitian dan pengembangan teknologi, terutama yang terkait dengan teknologi Industri 4.0,” ungkap Arnes saat mewakili Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI).
Lanjut Arnes, kegiatan tersebut mendorong knowledge exchange melalui seminar, networking, hingga business and technology matching. Beberapa pihak yang menjadi mitra dalam kegiatan tersebut di antaranya Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Pertamina, Nodeflux, Dewan Transformasi Digital Industri Indonesia (WANTRII), Starfindo, dan Swiss German University.
“Salah satu tujuan kegiatan business and technology matching ini adalah sebagai sebuah ajang untuk menampilkan showcase riset dan inovasi. Kami menyampaikan kepada industri langkah-langkah untuk mendorong hasil-hasil riset dan teknologi yang telah dibuat,” ungkap Kholis Audah, Direktur Riset dan Layanan Komunitas Swiss German University.[iis]