telusur.co.id - Belakangan ini, media sosial tengah diramaikan dengan maraknyafenomena joki tugas akademik. Bahkan, mencuat fakta bahwa, terdapat penyedia jasa joki tugas yang sukses membentuk perusahaan. Hal tersebut lantas menuai berbagai tanggapan negatif dari warganet.
Tak Selaras Napas Pendidikan
Berkaitan dengan hal tersebut, Rektor Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Mohammad Nasih, S.E., M.T., Ak. angkat suara. Menurutnya, fenomena joki tugas akademik ini tidak selaras dengan napas dan tujuan pendidikan. Joki tugas bisa dikategorikan sebagai pembohongan lantaran tidak sesuai dengan nilai-nilai dan etika akademis.
“Bagi saya ini tidak etis dan tidak akademis. Dalam banyak hal, ini bisa masuk dalam kategori pembohongan, paling tidak dalam institusi pendidikan,” tegas Prof Nasih kepada Unair News. Jumat, (27/7/2024).
Lebih lanjut, Prof Nasih memaparkan bahwa, ada beberapa kemungkinan penyebab maraknya joki tugas akademik. Salah satunya, kata Prof Nasih, adanya ketidaksadaran arti penting pendidikan.
“Bahwa pendidikan itu mengembangkan potensi diri, bukan orang lain. Mungkin mereka menerjemahkan berikutnya yang penting lulus secara administratif dan dapat ijazah,” sambungnya.
Kemudian, kebutuhan ekonomi juga dapat menjadi pendorong maraknya joki skripsi. Adanya permintaan memicu banyaknya layanan joki tugas akademik bermunculan.
“Dari sisi ekonomi, di mana ada demand ya ada supply sehingga akhirnya menjamur ada tawaran di mana-mana,” tandas Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNAIR itu.
Komitmen UNAIR
Berkaca dari fenomena tersebut, Prof Nasih menekankan bahwa, UNAIR akan terus berkomitmen memberantas tindakan joki tugas akademik yang melibatkan civitas academica UNAIR.
Upaya yang dilakukan UNAIR untuk mengidentifikasi tindakan curang tersebut terbilang beragam. Misalnya, jika menyangkut karya tulis, pihak universitas akan melakukan pemeriksaan melakukan teknologi atau media khusus.
Kemudian, mahasiswa juga akan diminta untuk mempresentasikan karya. “Mempresentasikan itu penting karena untuk melihat apa itu punya orang lain atau tidak. Sekali lagi mekanisme di UNAIR hasil karya itu dipresentasikan, termasuk skripsi,” imbuhnya.
Selain presentasi, mekanisme lainnya yang UNAIR jalankan adalah dengan mempublikasikan karya tulis mahasiswa.
“Selain itu, skripsi kan juga pasti dipublikasikan di berbagai media jadi pasti akan ketahuan kalau ada yang hasil kerjanya orang lain karena mudah saja untuk mengidentifikasi apakah karya itu kita sendiri atau orang lain,” urai Nasih.
Dengan adanya upaya-upaya tersebut, harapannya UNAIR dan dunia pendidikan secara lebih luas dapat mengeliminasi tindak kecurangan dalam bentuk apa pun.
“Lagi dan lagi, kita tetap harus mengeliminasi kondisi ini karena itu tidak sejalan dengan napas dan tujuan pendidikan,” tutup Prof Nasih. (ari)