telusur.co.id - Pemilihan Kepala Daerah tinggal beberapa hari lagi. Relawan Lentera Kasih (Relasi) Kota Malang terus bergerak dan merapatkan barisan. Mereka ingin memastikan kemenangan untuk Paslon nomor urut satu Wahyu Hidayat-Ali Muthohirin dalam Pilkada Kota Malang dan Paslon nomor urut dua Khofifah-Emil dalam Pilgub Jawa Timur.
Relawan yang terlibat dalam pemenangan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024 ini pun mengumpulkan anggotanya di Filokofie Cafe, Kota Malang, ditulis Kamis (21/11/24)
Calon Wakil Wali Kota Malang Ali Muthohirin hadir dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Ketua Pembina Relasi Sahat Martin Philip Sinurat.
Dengan tema ngopi bareng, Ali Muthohirin mendengar keluh kesah masyarakat kota Malang yang selama ini belum terakomodir. Para relawan menyampaikan harapan mereka kepada politisi PSI ini.
Sahat menceritakan rekam jejak Ali saat memimpin salah satu organisasi kemahasiswaan. “Saya sangat mengenal Mas Ali. Kepemimpinan beliau yang inklusif dan kolaboratif tidak perlu diragukan lagi,” katanya.
Karena itu, Sahat meminta para relawan untuk bekerja keras dan solid memenangkan paslon Wahyu-Ali di sisa masa kampanye.
“Relasi hanya memberikan dukungan kepada paslon yang memiliki rekam jejak yang baik dan tidak bermasalah hukum. Wahyu-Ali adalah paslon yang tepat. Sehingga, kita harus memastikan pasangan ini menang,” tegasnya.
Sahat menegaskan, pemerintah kota harus bisa bersinergi dengan pemerintah provinsi dan pemerintah pusat agar pembangunan dapat berjalan baik. Karena itu, selain Wahyu-Ali, ia juga meminta agar para relawan memenangkan paslon nomor urut dua, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak di Pilgub Jawa Timur.
“Kedua paslon ini sangat sejalan. Linear dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Jadi, kita harus mengawal kedua paslon ini agar bisa memimpin kota Malang dan provinsi Jatim,” ucapnya.
Sahat meminta para relawan untuk solid bergerak memenangkan Paslon Wahyu-Ali.
“Saat ini memang elektabilitas Wahyu-Ali lebih tinggi dari calon yang lain. Tetapi, kita tidak boleh berpangku tangan. Tidak boleh jumawa. Kita harus bergerak memastikan pemimpin yang bersih dan mau bekerja untuk rakyat bisa menang,” tegasnya.
Sementara itu, Ali mengatakan, keunggulan elektabilitas Wahyu-Ali tidak terlepas dari kerja keras para relawan. “Pada 5 Oktober lalu, kita masih ketinggalan 20 persen. Sekarang kita sudah unggul. Kami sangat bersyukur dan berterimakasih atas kerja keras semua pihak,” ucapnya.
Ali menyampaikan ketika amanah untuk memimpin Kota Malang diberikan kepada pasangan Wahyu-Ali, mereka akan membangun kota pendidikan itu bersama semua elemen masyarakat, lintas agama, lintas kelompok, lintas usia. Semua akan dirangkul.
Ia ingin menjadikan Kota Malang sebagai kota yang ramah anak. Kota yang ramah untuk beribadah. Ramah untuk perempuan. “Saya bersyukur bisa berkumpul dan berdiskusi di sini. Banyak hal yang saya dapatkan. Banyak keluhan masyarakat yang saya dengarkan,” terangnya.
Pun ia menceritakan pengalamannya yang sejak dulu bergerak bersama organisasi lintas iman. Sifat toleransi sudah ia terapkan sejak lama. “Saya sudah lama kenal dengan Mas Sahat. Kami saling toleransi dalam hal apapun. Bahkan, kami saling mengingatkan. Hubungan ini yang terus kita jaga dan praktikkan,” tegasnya.
Sebelum pertemuan dengan para relawan, Calon Wakil Wali Kota Ali Muthohirin Sahat Sinurat dan pengurus Relasi Jawa Timur berkunjung ke kantor Majelis Agung Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW). Banyak hal yang mereka diskusikan dengan para pendeta dan petinggi GKJW.
Termasuk mendatangi bekas ruangan kantor Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid. Pria yang akrab disapa Gus Dur ini pernah menjadi pengajar di Sekolah Teologi milik GKJW. Ia mengajar mulai dari 1974-1981.
"Nilai-nilai kepemimpinan Gus Dur yang merangkul semua suku, agama, dan golongan merupakan inspirasi bagi pasangan Wahyu-Ali untuk memimpin Kota Malang jika kami nanti diberikan amanah oleh suara rakyat," kata Ali Muthohirin.[Fhr]