“Satu Putaran Saja” di Pilpres 2024: Mungkinkah? - Telusur

“Satu Putaran Saja” di Pilpres 2024: Mungkinkah?


 Oleh : Denny JA

Akankah Pemilu Presiden 2024 ini berakhir satu putaran saja? Inilah pertanyaan yang paling hot, yang paling seksi akhir-akhir ini. 

Itu terutama karena hasil dari aneka lembaga survei. Elektabilitas Prabowo dan Gibran sudah cukup tinggi sekali. Survei terakhir LSI Denny JA, yang data lapangannya tanggal 3 sampai 11 Januari 2024, dukungan kepada Prabowo dan Gibran menaik lagi di angka 46,6%.

Ini berarti, pasangan tersebut hanya butuh 4% lagi tambahan dukungan untuk menembus the magic number: 50%. Ini angka untuk menang satu putaran saja. Berbagai lembaga survei yang kredibel lainnya juga menunjukkan elektabilitas yang mirip.

Sementara kita tahu aturan konstitusi menyatakan: Pilpres akan selesai hanya satu putaran saja, menurut Undang-Undang Dasar 45 Pasal 6A ayat 3,  hanya jika salah satu pasangan menang lebih dari 50%. 

Ditambah lagi, dukungannya minimal  lebih dari 20%, yang tersebar di lebih separuh provinsi.  Karena sekarang ini ada 38 provinsi, harus ada di di 20 provinsi yang dukungan pada satu pasangan di atas 20% pula.

Mungkinkah Prabowo-Gibran mencapai posisi itu, untuk menang satu putaran saja? Yang pertama kita ingat adalah catatan sejarah mengenai pemilu presiden di tahun 2009.

Ini datanya. Di tahun 2009 juga bertarung tiga pasang capres dan cawapres. Ada Megawati dan Prabowo, pasangan SBY dan Boediono, kemudian juga Jusuf Kalla dan Wiranto.

Saat itu SBY-Boediono, yang juga nomor urut dua, menang satu putaran saja. Saya tahu persis lekak-lekuk soal ini karena saya sendiri yang memimpin kampanye Gerakan Sosial Pilpres Satu Putaran Saja. Jejak digitalnya bisa ditelusuri.

Saat itu saya kobarkan kampanye gerakan itu, membuat iklan di TV, di radio, di koran. Saya mainkan pula aneka diskusi mengapa kita perlu pilpres selesai Satu Putaran Saja.

Alhamdulillah, kala itu saya pun diserang dari kanan dan kiri, dari depan dan belakang. Habis- habisan saya dihujat di warung kopi, dikritik hingga stasiun TV. 

Saat itu orang banyak tak percaya Pilpres bisa berlangsung dan selesai satu putaran saja. Kemudian terjadilah. Memang Pilpres 2009 selesai satu putaran saja untuk kemenangan SBY-Boediono.

Saya pun diberi penghargaan oleh PWI Jakarta sebagai “Newsmaker of the Election 2009”. Itu karena gerakan Satu Putaran Saja yang saya pimpin dianggap menjadi pusat berita.

Isu itu menyedot banyak sekali perhatian. Sekaligus isu satu putaran saja menghilangkan dan menenggelamkan banyak sekali berita penting lain. 

Mengapa saya berani kampanyekan SBY menang satu putaran saja di Pilpres 2009? Itu karena saya memegang data survei saya sendiri, LSI Denny JA.

Data menunjukkan secara konsisten. Memang SBY dan Boediono, sebulan sebelum hari pemungutan suara, elektabilitasnya konsisten di atas 50%.

Aman bagi saya membuat prediksi, yang digembar-gemborkan, SBY-Boediono akan menang satu putaran saja.

Memang Prabowo-Gibran saat ini elektabilitasnya belum mencapai 50%. Dukungan pada mereka hanya 46,6%. Tapi dilihat dari trennya, pelan-pelan elektabilitas mereka menuju ke sana.

Memang jika Pilpres berlangsung selesai hanya satu putaran saja, ada tiga keuntungannya.

Pertama, begitu banyak dana yang dihemat karena tak perlu lagi putaran kedua. Biaya putaran kedua itu sekitar 14 triliun rupiah.

Dana sebesar ini bisa digunakan untuk meningkat kualitas pendidikan. Ia juga bisa digunakan untuk lebih memberikan gizi kepada banyak keluarga yang kurang mampu.

Keuntungan kedua,  jika Pilpres selesai hanya satu putaran saja, kita bisa menghemat ketegangan politik selama 4,5 bulan. 

Pencoblosan suara putaran pertama tanggal 14 Februari 2024. Itulah hari terakhir ketegangan politik pemilu. Tapi jika pilpres dua putaran, hari terakhir pencoblosannya mundur 4,5 bulan lagi, ke tanggal 26 Juni 2024.

Gaduh politik akan lebih kencang lagi. Polarisasi akan semakin membelah masyarakat. Aneka berita yang panas hingga hoax akan lebih heboh lagi.

Itu semua akan hilang jika kita berhasil membuat pilpres selesai hanya satu putaran saja.

Ketiga, transisi pemerintahan akan lebih matang disiapkan. Ini karena sudah lebih pasti siapa pasangan capres dan cawapres yang akan terpilih lebih awal.

Itulah tiga keuntungan jika pilpres selesai putaran saja. Tapi mungkinkah Gibran dan Prabowo  di 2024 ini mengulangi kisah sukses SBY-Boediono di 2009?

Masih ada rentang waktu sebulan lagi bagi Prabowo dan Gibran untuk menambah dukungannya. Tambahan 4 persen lagi !

*Penulis adalah Konsultan Politik, Founder LSI-Denny JA, Penggagas Puisi Esai, Sastrawan, Ketua Umum Satupena, dan Penulis Buku.


Tinggalkan Komentar