telusur.co.id - Sebanyak 14 investor turut meramaikan The Business Link Up sebagai lanjutan dari rangkaian program Small Medium Enterprise Expo Pembiayaan Investasi Crowdfunding (SME Epic) 2024, hasil kolaborasi antara Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) dan Yayasan Inovasi Teknologi Indonesia (Inotek).
"The Business Link Up merupakan titik temu para profesional berkumpul untuk menjalin koneksi, kolaborasi, dan menciptakan peluang bisnis baru dalam memperluas jaringan ataupun mendapatkan pembiayaan," kata Plt Deputi Bidang UKM KemenKopUKM Temmy Satya Permana dalam keterangan resminya, Jakarta, Rabu (7/8/24).
Investor dan partner tersebut adalah Saratoga Investama, INTRAS, UMG Idealab, Shafiq Securities Crowdfunding, Superkey Consulting Group, Toko Daging Nusantara, Bank Syariah Indonesia, Bank DKI Syariah, Bank Mandiri, Private Investor, Spil Venture, URUN RI, Kadin Indonesia, dan Bank Mega.
Temmy menekankan bahwa fokus dan tujuan program ini adalah memberikan pendampingan bagi UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan, investasi, serta potensial buyer, terus dikembangkan melalui berbagai rangkaian kegiatan seperti Workshop, Self Assesment Pembiayaan, pelatihan Pitching, hingga business matching dengan berbagai jenis lembaga pembiayaan.
"Kami berharap para security crowd funding, modal ventura, private investor, angel investor, perbankan dan partner yang telah hadir di sini dapat membuka diskusi dan memberikan peluang UMKM naik kelas," kata Temmy.
Temmy menekankan masalah utama UMKM dalam mengakses pembiayaan yaitu collateral, status SLIK yang kurang baik, dan suku bunga bank. Maka inovasi kebijakan pembiayaan untuk UMKM yang perlu terus diperkuat. Di antaranya, skema pembiayaan UMKM melalui rantai pasok, sesuai amanah PP 7/2021, untuk memberi kepastian UMKM agar lebih berkembang dan pembayaran kredit UMKM lebih lancar.
Selain itu, ujar Temmy, perlu penerapan Innovative Credit Scoring (ICS) bagi UMKM untuk menjadi alternatif penilaian kelayakan kredit selain agunan".
Bahkan, menurut Temmy, pihaknya akan mendorong Purchase Order (PO) Financing pada alokasi belanja pemerintah bagi UMKM melalui platform security crowd funding. "Perlu ada dukungan besar dari semua pihak untuk meningkatkan akses pembiayaan dan investasi bagi UKM," kata Temmy.
Menurut Temmy, SME EPIC ini menjadi salah satu strategi dari KemenKopUKM dalam mengatasi permasalahan UKM untuk mendapatkan pembiayaan dan investasi, UKM berdaya saing dan siap meningkatkan skala usahanya.
Temmy mengakui, ada tiga hal yang menyebabkan UMKM sulit mengakses kredit perbankan dan non perbankan. Pertama, tidak memiliki agunan dalam 2 tahun terakhir. "Alasan terbesar ditolaknya kredit UMKM karena tidak ada agunan pada kredit bank sebesar 59,62% dan pada kredit fintech/non bank sebesar 46,43%," ucap Temmy.
Kedua, suku bunga kredit masih tinggi, yakni per tahun 2021 mencapai sebesar 8,59%. Sementara negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia hanya 3,45% dan Singapura 5,42%.
Ketiga, terkendala status Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), dimana prediksi Bappenas tahun 2024 kredit usaha perbankan hanya mencapai 24%, salah satunya disebabkan tidak lolos SLIK.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Yayasan INOTEK Ivi Anggraeni menjelaskan bahwa program SME Epic sudah bergulir sejak Mei 2024 dengan melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap 150 UKM terpilih.
Pihaknya melakukan pendampingan bagi pelaku UKM dan startup untuk mendapatkan pembiayaan dan investasi, serta potensial buyer. Maka, UKM akan terus dikembangkan melalui berbagai kegiatan yaitu workshop, pembiayaan syariah, digitalisasi, pelatihan pitching, hingga business matching dengan potensial partner.
Lewat program SME Epic ini, Inotek berusaha membantu para pelaku UKM membedah usahanya dan mengevaluasi kebutuhan pembiayaan yang sesuai. Salah satunya, dengan melakukan self assesment pembiayaan yang dilakukan KNEKS lewat aplikasi business matching. "Dimana teman-teman UKM sudah onboarding di platform tersebut," kata Ivi.
The Business Link Up kali ini diikuti 26 UKM secara regional di wilayah Jabar, Jabodetabek, dan Sumatera, dari komoditas kelapa, sektor industri kreatif, makanan dan minuman, fashion, dan teknologi, dengan kebutuhan investasi senilai Rp36 miliar. "Lembaga pembiayaan yang ikut kegiatan ini berasal dari kalangan perbankan, modal ventura, private investor, angel investor, crowdfunding, dan potential buyer," ucap Ivi.
Salah satu Investor yaitu Bapak Indra Cahya Uno dari Saratoga Investama juga hadir dan sangat mengapresiasi kegiatan The Business Link Up SME Epic. Beliau menyatakan siap melakukan invetasi dan berjejaring dengan para UKM.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Bekasi Rita Hartanti bersepakat bahwa kolaborasi seperti ini harus dikembangkan untuk meningkatkan kapasitas investasi dan pembiayaan UMKM agar segera bisa naik kelas.
"Di sisi lain, kita juga terus berkomitmen untuk terus melakukan pendampingan, bantuan permodalan, hingga perkuatan kemitraan UMKM," kata Rita.
Oleh karena itu, ujar Rita, dibutuhkan lebih banyak sinergi dan kolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk mewujudkan hal itu. "Saya berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi pengembangan tren bisnis dan perdagangan UMKM, khususnya dalam menopang ekonomi nasional," ucap Rita.[Fhr]