telusur.co.id - Sejak virus Corona menjangkiti dunia, wajah kesuraman menyelimuti seluruh negara, termasuk Indonesia. Wajah dunia pun berubah total. Keceriaan dan senyuman menjadi barang yang mahal untuk dilihat. Yang ada justru wajah penuh ketakutan, kecemasan dan depresi.
Wajar saja jika warga dunia ketakutan, karena yang dihadapi merupakan mahluk yang tak terlihat tetapi hanya bisa dirasakan gejala dan efeknya ketika merasuki tubuh. Jika daya tahan tubuhnya kuat, virus itu tak berkutik dan bisa diredam. Tapi, jika imun tubuh sedang turun maka resikonya kematian.
Tengok saja total warga yang terpapar virus Corona. Total seluruh dunia yang terjangkiti sebanyak 242 juta orang (pertengahan Oktober), sedangkan yang meninggal dunia mencapai 4,92 juta. Lalu, bagaimana dengan di Indonesia? Hingga 20 Oktober 2021, total kasus sebanyak 4,24 juta dan yang meninggal dunia 143 ribu nyawa.
Faktanya, virus mematikan itu tak hanya menyerang kesehatan hingga mengakibatkan kematian, tetapi juga sistem perekonomian global. Diawal pandemi hingga gelombang kedua membuat ekonomi Indonesia tersungkur dan ambruk.
Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi pada kuartal II minus 5,32 persen sedangkan pada kuartal III minus 3,49 persen. Menurunnya perekonomian karena dilatarbelakangi keputusan pemerintah yang menerapkan Pemberlakuan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak April 2020.
Dampaknya luas dalam perekonomian terutama dalam produksi, distribusi pangan dan logistik. Akibatnya, angka pengangguran dan kemiskinan yang terus meningkat tajam.
Tak mau larut dalam pandemi, pemerintah mulai menggalang tradisi gotong royong. Hal itu dimulai ketika pemerintah melakukan refocusing anggaran di seluruh kementerian dan lembaga negara untuk menghadapi pandemi dan efeknya yang sangat dahsyat.
Akhirnya pemerintah menganggarkan untuk perekonomian dengan menggelontorkan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN ) pada tahun 2020 sebesar Rp. 695, 23 triliun.
Tak berhenti disitu pemerintah juga menerbitkan anggaran PEN tahun 2021 sebesar Rp. 553,09 triliun. Anggaran itu untuk dukungan UMKM dan pembiayaan korporasi sebesar 156, 06 triliun, lalu untuk biaya kesehatan sebesar 104, 7 triliun, berikutnya program prioritas 141, 36 triliun, dan terakhir perlindungan sosial sebesar 150, 96 triliun.
Masyarakat yang terdampak pandemi mendapatkan manfaat dari gotong royong pemerintah tersebut. BLT (Bantuan Langsung Tunai), sembako hingga program bantuan untuk wartawan pun tersedia.
Intinya, berbagai kebijakan dikeluarkan Presiden Jokowi agar Indonesia bisa menekan angka penyebaran virus Corona di Indonesia. Pemerintah yakin dengan gotong royong, Indonesia akan bangkit.
Tak itu saja, pemerintah juga memfokuskan program vaksinasi terhadap masyarakat. Diawal-awal, pemerintah kesulitan untuk meyakinkan masyarakat yang tidak percaya dengan vaksin yang tersedia. Narasi dan diksi yang bertebaran di media sosial soal kehalalan vaksin membuat rakyat ragu.
Keraguan itu diperparah dengan hoaks atau berita bohong terkait vaksin yang terdapat chip atau terbuat dari barang yang tidak halal. Akhirnya, proses vaksinasi mendapatkan kendala.
Kemudian, pemerintah memutar otak agar vaksinasi diterima oleh masyarakat. Lagi-lagi semangat gotong royong yang menjadi kuncinya. Pemerintah merekrut tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat untuk meyakinkan jika vaksin baik untuk semua.
Keyakinan rakyat bertambah kuat ketika didompleng oleh organisasi masyarakat, organisasi agama seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan lainnya. Tak ketinggalan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) juga ikut mensosialisasikan program vaksinasi.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo meyakini situasi buruk akibat pandemi hanya dapat dihentikan dengan kedisiplinan dari setiap warga negara dan gotong royong diantara semua pihak termasuk pemerintah pusat dan daerah.
"Saya yakin dan percaya kita akan melewati masalah sulit ini dengan bergandengan dan bergotong royong. Kami berkomitmen penuh memastikan pemerintah dan seluruh elemen bangsa bersatu padu melawan Covid-19," ujar Bamsoet dalam konferensi pers secara daring di Jakarta, Kamis (2/4).
Rupanya, semangat gotong royong yang ditunjukan oleh para pemimpin menjadi magnet di masyarakat. Di level pusat, banyak yang mengikuti jejak yang diwariskan oleh para leluhur untuk saling membantu antar sesama.
Partai politik berlomba-lomba meluncurkan berbagai bantuan kepada masyarakat. Anggota DPR, MPR dan DPD ikut membantu dengan kapasitasnya masing-masing. Begitupun dengan perusahaan swasta yang memberikan bantuan sembako, alat medis, APD maupun tabung oksigen yang sempat mengalami kelangkaan.
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan semangat gotong royong yang tinggi menjadi kunci bagi masyarakat dalam menghadapi pandemi Covid-19.
"Kunci dari kondisi baik adalah munculnya semangat gotong royong yang tinggi sehingga terbentuk sinergitas kuat," kata Lestari Moerdijat atau Rerie dalam keterangannya.
Rerie menjelaskan sinergitas kuat berbagai kebijakan tersebut seperti PPKM, sosialisasi penerapan protokol kesehatan, percepatan, dan pemerataan vaksinasi dengan masyarakat yang menyambut dan berpartisipasi aktif mengikuti program pemerintah tersebut.
"Saya menilai senjata yang mujarab itu adalah pemahaman serta penerapan nilai-nilai luhur bangsa dan gotong royong adalah salah satu di antaranya," ujarnya.
Semangat gotong royong yang digelorakan oleh pimpinan MPR tak berhenti di kalangan elite saja. Ternyata menular ke masyarakat. Rakyat pun ikut-ikutan mengikuti upaya bergotong royong di wilayahnya masing-masing.
Di Cibinong, Jawa Barat, misalnya. Warga perumahan yang biasanya asing dan cuek kepada para tetangganya tiba-tiba dengan suka rela patungan untuk memberikan makanan kepada tetangganya yang terpapar Corona.
Bukan hanya sehari, tetapi, para tetangga mencukupi kebutuhan makanan dan minumannya selama 14 hari menjalani isolasi mandiri di rumah. Yang diberikan pun bermacam-macam. "Ada yang memberikan vitamin, madu, beras, ikan, sayuran hingga buah-buahan," kata Novi, salah satu penghuni rumah yang tetangganya terpapar Corona.
Peristiwa yang sama juga terjadi di Cinere, Depok, Jawa Barat. Warga komplek Nature Cinere bergotong royong membantu salah satu warga yang positif Corona meskipun pada saat itu penyebaran Corona mulai tak terkendali.
"Sudah mulai mendekat ke orang-orang sekitar dan rumah yang kita tempati. Saya pun kaget, ternyata Corona sudah berada di teras rumah tetangga saya. Persisnya sebelah rumah saya," ungkap Isti, salah satu warga komplek.
Ketika mengetahui tetangganya positif, Isti mengaku dadanya semakin sesak dan galau. Masih dalam kekalutan dan dalam situasi parno, ada kabar yang membuat sedikit lega. Para tetangga sekitar rumah justru menunjukan kepedulian yang luar biasa. Salut.
Melalui grup perumahan, satu persatu tetangga rumah menyodorkan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya selama isolasi mandiri (14 hari). Pemberian kepada tetangga yang positif Corona pun dijadwal.
Semua kebutuhan untuk makan satu keluarga seperti daging, beras, sayur sayuran, gula, teh, minyak goreng dan lainnya sudah dilist. Melalui grup WA, masing-masing tetangga menyebutkan apa yang mau disumbangkan.
Tapi, yang perlu dilihat adalah bukan apa yang diberikan kepada tetangga atau siapapun yang terpapar virus ganas ini. Semangat gotong royong, simpati berbalut empati yang kuat serta support membuat mereka bahagia. Setidaknya mereka (yang terpapar) tidak sendirian, apalagi dikucilkan akibat virus Covid-19.
Dukungan dan empati dari orang sekitar sedikit memberikan semangat dan dorongan imun yang kuat bagi mereka yang terpapar. "Setelah isolasi mandiri selesai. Ada kabar menggembirakan jika hasilnya negatif. Alhamdulillah," tuntasnya. [far]