telusur.co.id - Pada rangkaian kegiatan Peringatan Hari Ibu (PHI) ke – 91, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) gelar kegiatan Sharing Moment “SHEnergy Kreasi” bersama Menteri PPPA, Bintang Puspayoga dan wirausaha perempuan di Perpustakaan Nasional, Senin (16/12). Dalam kegiatan ini, Menteri Bintang menekankan wirausaha perempuan harus bisa berkolaborasi dan menggandeng kaum perempuan lain, utamanya wirausaha perempuan milenial dan wirausaha perempuan di daerah tertinggal untuk berdaya dan memperluas jejaring usaha di era digital.
“Kami berharap kaum perempuan tidak hanya berdaya secara diri sendiri, namun juga mampu memberdayakan para perempuan di sekitarnya sehingga seluruh perempuan di pelosok tanah air bisa berdaya. Jika perempuan bisa berdaya, kami yakin dan percaya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak akan menurun, begitu juga dengan angka perkawinan anak dan pekerja anak yang akan menurun. Saya juga berharap perempuan Indonesia tidak hanya berdaya dalam bidang ekonomi, namun juga berdaya di bidang pendidikan, pengasuhan anak, dan sosial budaya,” ucap Menteri PPPA, Bintang Puspayoga. Selasa, (17/12/2019).
Sharing Moment “SHEnergy Kreasi” menghadirkan CEO Hijup.com, Diajeng Lestari; Co-Founder Du'Anyam, Hanna Keraf; GambaranBrand Group, Arto Biantoro; DuitHape, Sara Dhewanto; Gofood Top Merchant Kopi Soe, Silvya Surya; dan Head of Seller Development Blanja.com, Sherlyana.
CEO Hijup, Diajeng Lestari bercerita mengenai kebiasaannya sejak kecil yang sering mengikuti ibunya ke bazar dan keadaan ekonomi keluarganya yang membuat ia bangkit berwirausaha.
“Sejak umur 5 tahun, saya sering diajak ibu saya mengikuti bazar. Ibu saya juga suka berpartisipasi menjual produk kerajinan tangannya di bazar atau menjual produk dari perajin lainnya. Jadi, sejak kecil sudah terbiasa melihat proses produksi pakaian dan kerajinan tangan hingga proses penjualannya, dan bagi saya hal tersebut mengasyikkan. Nah, ketika saya duduk di bangku kuliah, keadaan ekonomi keluarga saya terkena efek krisis moneter. Ternyata, salah satu penyebab krisis moneter adalah ketidakstabilan ekonomi negara, dan cara mengatasinya dengan memperkuat ekonomi dalam negeri, salah satunya dengan cara memperkuat kewirausahaan,” tutur Diajeng.
Co - Founder Du'Anyam, Hanna Keraf juga bercerita mengenai perjuangannya dalam memberdayakan perempuan lokal, terutama dari daerah tertinggal melaui produk anyaman. Hingga saat ini, Du'Anyam telah memberdayakan 1.005 Mama - mama di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kami awalnya melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat sekitar, lalu mencari potensi yang dimiliki oleh masyarakat, salah satunya di NTT. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, anyaman telah digunakan dalam kehidupan sehari – hari dengan bahan yang berbeda -beda. Namun, belum ada wadah yang mengangkat anyaman untuk menjadi potensi ekonomi bagi perempuan di Indonesia. Awalnya, kami juga mengalami banyak penolakan dari klien perusahaan kami, namun kami tidak mau menyerah. Kita harus pintar beradaptasi dengan keterbatasan eksternal yang tidak bisa kita control, seperti infrastruktur terkait pengiriman barang. Saat ini, kami telah memiliki aplikasi internal, jadi Mama - mama di NTT bisa menggunakan aplikasi tersebut untuk memperlancar proses pemesanan hingga pengiriman produk mereka,” tutur Hanna.
Pendiri GambaranBrand Group dan penggiat brand lokal, Arto Biantoro memberikan beberapa tips bagi brand lokal untuk membangun sebuah brand hingga menembus pasar. Dalam membangun brand lokal, Arto selalu berusaha memotret cerita - cerita dari brand lokal di Indonesia dan mengambil kesimpulan dari cerita tersebut. Dalam membangun sebuah brand sebaiknya dimulai dengan sebuah cerita, bukan dari produknya. Kita juga harus bisa menemukan masalah di dalam masyarakat dan mencari solusinya yang diwujudkan dalam sebuah brand.
Diajeng dan Hanna juga berbagi tips yang didapatkan dari pengalamannya saat merintis usaha. Pada awalnya, Hijup.com memperkuat promosi melalui media sosial dengan membuat konten tutorial menggunakan hijab. Akhirnya, khalayak tertarik untuk mengetahui produk hijab yang ada pada tutorial tersebut, selain itu juga dilakukan talkshow offline dan online. Sementara, Du’Anyam selalu berusaha mengemas cerita terkait pemberdayaan perempuan yang ada di Indonesia Timur, sehingga dapat menciptakan dampak yang besar bagi perempuan lainnya dan dapat menarik perhatian bagi klien perusahaan.
Sekretaris Kemen PPPA, Pribudiarta Nur Sitepu juga mengajak kaum perempuan untuk berwirausaha dengan mengikuti perkembangan teknologi. “Perempuan bisa lebih maju dalam kewirausahaan di era digital ini karena memberikan ruang baru bagi perempuan untuk menjadi pelaku ekonomi, karena menawarkan model kerja yang baru, yang memperluas ruang negosiasi terhadap tantangan berbasis gender. Perempuan harus melek teknologi, sehingga akan mampu berperan mandiri dan turut memberi sumbangan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” tutur Pribudiarta. [Asp]
Laporan : Arianto