telusur.co.id - Ketegangan antara Iran dan Israel mencapai babak baru. Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Selasa menyatakan bahwa serangan balasan mematikan yang dilancarkan militer Iran telah memaksa Israel untuk menyetujui penghentian perang secara sepihak.
Dalam pernyataan resminya, Dewan menyebutkan bahwa pertahanan kuat Angkatan Bersenjata Iran dan operasi rudal terkoordinasi sebagai bagian dari Operasi True Promise III membuat rezim Zionis “menyesal, mengakui kekalahan, dan menghentikan serangan sepihak terhadap Iran.”
Sementara itu, Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran membantah klaim media Israel yang menyebut bahwa Teheran kembali meluncurkan rudal ke wilayah Palestina yang diduduki setelah gencatan senjata diberlakukan. "Tidak ada peluncuran rudal baru setelah gencatan. Itu hanya propaganda untuk menutupi kekalahan mereka," tegas pernyataan militer Iran.
Dewan Keamanan Nasional juga menegaskan bahwa meskipun gencatan senjata telah berlangsung, Iran tidak akan lengah. “Kami tidak pernah mempercayai musuh. Pasukan kami tetap dalam kesiapan penuh, dengan jari di pelatuk, siap memberikan respons menghancurkan terhadap setiap tindakan bermusuhan.”
Konflik ini dipicu pada 13 Juni, ketika Israel secara tiba-tiba melancarkan serangan udara besar-besaran ke sejumlah fasilitas penting Iran, termasuk lokasi nuklir dan militer. Serangan ini mengakibatkan ratusan korban jiwa di pihak Iran, termasuk perwira tinggi, ilmuwan, dan warga sipil.
Sebagai tanggapan, Pasukan Dirgantara Garda Revolusi Islam (IRGC) menggelar serangan balasan besar-besaran, menembakkan 21 gelombang rudal ke berbagai kota di wilayah pendudukan Israel. Iran menyebut serangan ini sebagai "peringatan strategis" dalam rangka mempertahankan kedaulatan nasional dan membalas agresi sepihak.[]
Sumber: TNA