telusur.co.id - Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, menilai pentingnya karakter, jiwa nasionalisme serta budi pekerti atau akhlak bagi generasi muda untuk menyambut masa depan.
"Menghadapi masa depan, kita bukan hanya harus memastikan generasi muda memiliki spesialisasi, tetapi menurut saya ada yang lebih penting dari itu. Yaitu karakter dan jiwa nasionalisme serta budi pekerti atau akhlak," kata LaNyalla, saat hadir secara virtual dalam Seminar Nasional Business Project 2022 Create Your Specialization for Youth Better Future, di Universitas Negeri Makassar, Rabu (23/11/22).
LaNyalla menjelaskan, saat Indonesia berusia 100 tahun pada 2045, jumlah penduduk usia produktif akan meningkat tajam dan mencapai 70 persen dari total populasi penduduk Indonesia.
Indonesia juga diprediksi akan menjadi salah satu dari The Emerging Economies bersama China, India, Brazil, Meksiko dan Afrika Selatan.
"Tetapi pada saat yang sama peta Geopolitik juga mengalami perubahan, karena meningkatnya kerawanan pangan dunia yang mulai akan dirasakan pada tahun 2030 ke atas," tukasnya.
Namun, LaNyalla menilai semua prediksi bisa saja berubah. Sama halnya dengan bonus demografi penduduk produktif Indonesia.
"Jika tidak dikelola dengan benar, bukan bonus yang didapat melainkan bencana akibat kurangnya lapangan pekerjaan untuk menampung penduduk usia produktif," katanya.
Senator asal Jawa Timur itu mengatakan, itulah perlunya mendidik generasi muda dengan ajaran kebangsaan dan nasionalisme, seperti pendapat Ki Hajar Dewantoro, jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1928.
"Dikatakan oleh Ki Hajar Dewantoro, jika anak didik tidak kita ajar dengan kebangsaan dan nasionalisme, maka mereka di masa depan mungkin akan menjadi lawan kita," ungkap LaNyalla.
Hal itulah yang mendorong LaNyalla menawarkan suatu Peta Jalan untuk Indonesia kembali berdaulat, mandiri, dan berdikari, serta memiliki kekuatan ekonomi yang sesuai dengan keunggulan Komparatif Indonesia yang diberikan oleh Allah SWT melalui kekayaan alam yang terkandung di bumi Indonesia.
"Caranya dengan kita baca ulang konsep dan pikiran yang digagas para pendiri bangsa dalam menjalankan negara untuk menuju cita-cita lahirnya negara ini," katanya.
Disebutkan olehnya konsep itu sudah ada di dalam Naskah Pembukaan Konstitusi, dan dijabarkan dalam Pasal-Pasal dari Undang-Undang Dasar 1945 naskah Asli, berikut Penjelasannya.
Namun pada 1999 hingga 2002, bangsa ini telah melakukan Amandemen UUD dengan mengubah hampir 95 persen dari isi Pasal-Pasal di naskah Asli, dan menghapus total Penjelasannya.
"Sehingga sejak saat itu, kita ikuti sistem demokrasi liberal yang bercirikan individualisme dan sistem ekonomi yang kapitalistik," papar dia.
"Inilah yang saya sebut sebagai bangsa ini telah tercerabut dari watak dasar, dari DNA aslinya dan telah terpisahkan dari Pancasila sebagai way of life bangsa ini," imbuhnya.
LaNyalla pun berpesan selain menyiapkan spesialisasi diri untuk menghadapi perubahan global, generasi muda juga membaca kembali pikiran-pikiran para pendiri bangsa. Karena mereka telah menyiapkan sistem yang paling sesuai dengan karakter dan watak dasar Indonesia. Baik sistem demokrasi, maupun sistem ekonominya.
Hadir Rektor Universitas Negeri Makassar, Prof Dr Ir H Husain Syam, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Prof Dr Jumadi Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis, Muhammad Rizal, Ketua HIMANIS UNM, Muhammad Visal Syaifullah, Ketua panitia Business Project 2022, Nur Alamsyah Gusti dan para mahasiswa. [Tp]