telusur.co.id - Ratusan da’i yang terhimpun dalam Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) pada Sabtu, 29 Juli 2023, menggelar silaturahim nasional. Silaturahim yang diadakan di Cipayung, Jakarta Timur, itu digelar untuk memperingati Milad XXI IKADI. Salah satu rangkaian acara dari milad adalah sesi Dialog Kebangsaan.
Dialog kebangsaan yang bertema ‘Peran Da’i Perekat Umat Menuju Pemilu 2024 Yang Beradab’ yang diadakan oleh panitia sangat menarik sebab narasumber dialog, seperti Wakil Ketua MPR Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid MA (HNW), Pengamat Politik Rocky Gerung, dan Sekjen MUI Buya Dr. Amirsyah Tambunan MA, hadir di hadapan ratusan da’i yang datang dari berbagai daerah secara off line mengikuti Dialog Kebangsaan tersebut, selain ribuan Dai yang mengikutinya melalui on line/zoom.
Tampil bersama Rocky Gerung tokoh non muslim, dalam dialog pagi itu, menurut HNW bukan kali pertama. Dikatakan oleh Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu ia sudah biasa menjadi narasumber dialog berdampingan dengan berbagai tokoh dari beragam agama, kelompok, dan ormas. “Sudah biasa berdampingan dengan berbagai tokoh dari lintas agama”, ujarnya.
Alumni Pondok Pesantaren Gontor itu mengatakan seminggu yang lalu mengadakan Temu Tokoh Nasional di Manado, Sulawesi Utara. Dalam acara itu hadir banyak pendeta dari perwakilan beragam gereja di samping tokoh-tokoh umat Islam sendiri.
Pertemuan lintas agama disebut tradisi yang sudah biasa ia lakukan dan terus dilanjutkan oleh Ormas Islam maupun Partai Islam.”Hal demikian menunjukan bahwa umat Islam dari sejak dulu seperti pada zaman perjuangan kemerdekaan adalah umat yang terbuka, membuka diri, dan siap bekerja sama dengan siapapun, untuk kemaslahatan bangsa dan negara.
Dari berbagai macam pertemuan, HNW berharap agar umat Islam jangan sampai disekat, dipecah, apalagi distigma tidak toleran, tidak bisa berdialog, dengan kelompok manapun. “Hari ini IKADI dan umat Islam membuktikan kembali bahwa ada relasi yang positif dan konstruktif antara umat Islam dan umat dari agama yang lain, dan ada hubungan historis konstruktif antara Umat Islam dengan Bangsa dan Negara Indonesia”paparnya.
Dalam kesempatan itu, HNW bersyukur IKADI telah berusia 21 tahun. IKADI eksis selama 21 tahun menurut HNW sebab adanya jaminan hak berserikat dan berkumpul yang ada dalam UUD NRI Tahun 1945 bagi siapapun termasuk komunitas umat Islam. Dalam usia yang terbilang masih muda, pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu berharap agar IKADI terus berkirpah dan berdakwah menyebarkan Islam sesuai visi IKADI ; yang ‘rahmatan nil’alamin’ dalam bingkai NKRI, sehingga bisa terus menegaskan bahwa antara Islam dan Negara, terhubung dengan sangat baik dan positif, maka jangan didikotomi apalagi diadudomba”ujarnya.
Semangat-semangat yang demikian harus sering didialogkan untuk menjadi perekat umat yang selanjutnya bisa menghadirkan perilaku yang beradab untuk menyambut Pemilu 2024. “Saya kira tema yang diambil dalam Dialog Kebangsaan ini sangat baik dan penting untuk disuarakan”, ujarnya.
Alumni Universitas Madinah, Saudi Arabia, itu mendorong IKADI menjadi bagian dari kelompok masyarakat yang terus menyegarkan ingatan bahwa Indonesia merdeka karena adanya kebersamaan dari ormas dan Partai Islam, bersama ormas non-Islam, dan kelompok kebangsaan lainnya. “Pada masa itu NU, Muhammadiyah, PUI, Partai Syarikat Islam, Masyumi dll berkolaborasi positif bersama kelompok2 pejuang yang lain bersama-sama berjuang memerdekakan Indonesia, dan mempertahanakan Indonesia Merdeka”tuturnya.
Kebersamaan ini menurut HNW jangan dipecahbelah atau dinegasikan, agar bangsa ini mempunyai ingatan kolektif yg konstruktif, agar generasi berikut dapat berperilaku yang beradab untuk bisa menghadirkan Pemilu 2024 yang bisa melanjutkan cita-cita kemerdekaan serta menghasilkan pemimpin yang berkualitas menuju Indonesia Emas.
Untuk itu diharap IKADI dalam berdakwah harus bisa mencerahkan umat agar memahami betul bahwa Indonesia adalah warisan perjuangan bersama antar tokoh umat dan tokoh bangsa.
HNW dalam kesempatan itu menegaskan agar IKADI dan umat Islam tidak termakan isu sekularistik. Isu yang dimaksud adalah adanya dorongan agar umat Islam tidak membawa agama dalam politik dengan alasan sebagaimana dimunculkan lada zaman kolonial yaitu ; Islam itu bersih dan politik kotor,sehingga umat Islam antipolitik.
Hal demikian itu selain merupakan propaganda kolonialis Belanda, juga satu hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah dipraktekkan dan dicontohkan oleh Bapak dan Ibu Bangsa di mana mereka menerima dengan baik peran kiai, ulama, dan ormas Islam dan parpol Islam, berjuang bersama hadirkan Indonesia Merdeka dengan Pancasila, UUD 45 serta NKRInya.
Sekarang yang juga penting diperhatikan umat Islam adalah bagaiamana makin hadirkan kontribusi positifnya untuk masadepan Indonesia, dengan Pemilu menghadirkan gairah umat, untuk hadirkan pemilu dan hasilnya yang beradab. Hal demikian perlu ditegaskan sebab jangan sampai pemerintah telah menggelontorkan uang Rp60 triliun serta persiapan dan pelaksanaan pemilu yang melelahkan, bila akhirnya malah membuat pilu, karena proses dan hasilnya yang tidak berkwalitas, padahal sudah berulang kali pemilu diselenggarakan, dan puluhan trilyun Rupiah digelontorkan oleh Negara melalui APBN.
Untuk itu diharap IKADI bersama dengan umat islam dan kelompok kebangsaan yang lain untuk tidak menyianyiakan kesempatan untuk menghadirkan pemilu yang beradab, agar hadirlah hasil yang beradab, berkwalitas dan dapat mewujudkan cita2 proklamasi dan reformasi”pungkasnya.[]