telusur.co.id - Ketegangan di Asia Barat kembali memuncak setelah Iran melancarkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel pada Sabtu dini hari, menyasar target militer dan logistik di pusat kota Tel Aviv. Operasi ini menjadi serangan balasan ke-18 Iran sejak serangan udara Israel ke beberapa kota di Iran pekan lalu.
Dalam laporan resmi, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menyatakan berhasil meluncurkan rudal balistik dan pesawat tak berawak (UAV) secara terkoordinasi ke jantung wilayah pendudukan. Beberapa serangan dilaporkan berhasil menerobos sistem pertahanan udara Israel, menyebabkan ledakan besar dan kebakaran hebat di Holon, wilayah selatan Tel Aviv. “Operasi ini adalah kelanjutan dari hak membela diri dan tanggapan tegas terhadap agresi yang menargetkan warga dan tokoh militer kami,” tulis pernyataan IRGC yang dikutip oleh media Iran.
Media Israel, termasuk Channel 12, melaporkan bahwa dari sepuluh rudal balistik yang ditembakkan, lima berhasil dicegat, sementara sisanya menghantam sejumlah titik penting, termasuk sebuah gedung bertingkat di Holon yang langsung dilalap api.
Sirene peringatan berbunyi tak henti di Tel Aviv dan beberapa kota lainnya, menggambarkan tingkat ancaman serius dari serangan terbaru ini.
Dalam kondisi yang semakin menekan, militer Israel dilaporkan telah mulai mengaktifkan sistem pertahanan udara terbaru yang disebut “Lightning”, yang dirancang khusus untuk menghadapi ancaman drone dari Iran. Namun belum jelas apakah sistem ini efektif dalam menghadang gelombang UAV yang terus datang sejak dini hari.
Dalam perkembangan politik yang mencolok, Jerusalem Post melaporkan bahwa meskipun berada di bawah tekanan militer, pemerintah pusat Iran justru menunjukkan konsolidasi kekuasaan yang lebih kuat. Tidak ada tanda-tanda ketidakstabilan internal, dan justru dukungan domestik terhadap IRGC serta respons Teheran semakin menguat.
Serangan hari ini menandai eskalasi yang signifikan, menunjukkan bahwa Iran bertekad mempertahankan tekanan militer terhadap Israel hingga “tujuan strategis” yang belum dijelaskan secara terbuka, dianggap telah tercapai. “Kami belum selesai. Serangan akan terus berlanjut selama rezim pendudukan tidak menghentikan agresinya dan mempertanggungjawabkan kejahatannya,” ujar seorang pejabat IRGC kepada media lokal.[]
Sumber:TNA