telusur.co.id - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali melahirkan lulusan doktor berprestasi dari Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD), yakni Muhammad Taufiqi yang berhasil menamatkan studinya hanya dalam waktu 2,5 tahun.
Tak tanggung-tanggung, selama masa studi doktoralnya, ia telah sukses mempublikasikan lima jurnal ilmiah internasional sekaligus dengan reputasi Quartile 1 (Q1), yakni tingkatan dalam jurnal internasional Scopus yang memiliki dampak paling signifikan dibandingkan dengan klasifikasi lainnya.
Lelaki yang akrab disapa Taufiqi ini sebenarnya bisa saja lulus dalam waktu dua tahun. Namun, aturan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Riset Teknologi (Diktiristek) bahwa program doktoral harus dijalani lebih dari dua tahun yang akhirnya menyebabkan Taufiqi menambah satu semester lagi. Tak ingin menghabiskan waktunya sia-sia, Taufiqi mengoptimalkan waktu tambahan tersebut untuk memperkuat penelitiannya.
Dalam penelitiannya, dosen Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim ini berfokus pada pengembangan protokol teleportasi kuantum yang lebih aman. Ia menggabungkan dua konsep teori kuantum, yaitu protokol enkripsi dan protokol teleportasi menjadi satu kesatuan untuk dapat digunakan secara bersamaan.
“Topik ini saya pilih karena memiliki potensi besar untuk meningkatkan keamanan data dalam komunikasi kuantum," beber lelaki asal Pasuruan, Jawa Timur tersebut kepada UKP ITS. Selasa, (30/7/2024).
Kelima jurnal milik Taufiqi tersebut merupakan hasil dari pengembangan penelitian pertamanya yang membahas mengenai teleportasi kuantum. Dalam jurnal pertamanya, Taufiqi berfokus pada Protokol Quantum Demon Pot (QDP) yang memungkinkan teleportasi terenkripsi. Penelitian ini adalah bagian fundamental dari upayanya untuk meningkatkan keamanan dalam transfer keadaan kuantum dengan menggabungkan metode enkripsi dalam proses teleportasi.
Selama melakukan penelitian pada jurnal pertama, Taufiqi banyak menemukan kegagalan dalam upayanya membuat teleportasi terenkripsi, yang justru membuka jalan bagi penemuan-penemuan baru.
Pada jurnal keduanya, membahas tentang Teleportasi Kuantum Siklik yang diusulkan untuk meningkatkan efisiensi proses teleportasi dengan menggunakan kontrol multilevel. Jurnal lainnya menguraikan tentang Teleportasi Dua Arah, melalui penawaran mekanisme untuk transfer informasi secara timbal balik dengan lebih efisien.
Selain itu, lelaki kelahiran 14 November 1992 ini juga meneliti tentang Teleportasi dengan Pengontrol Logic OR dalam lingkungan berisik. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana pengendalian logika OR dapat diterapkan dalam teleportasi kuantum untuk menjaga ketahanan informasi dalam kondisi yang nyata.
Terakhir, dalam disertasinya Taufiqi melanjutkan penelitiannya dengan membawa topik mengenai protokol teleportasi kuantum terenkripsi dengan satu pengontrol.
Kelima jurnal tersebut masuk ke dalam kategori jurnal bereputasi Q1. Artinya, jurnal milik tentor olimpiade fisika tersebut sering dikutip oleh peneliti lain yang juga mencakup sebagai 25 persen jurnal teratas.
Dari lima jurnal yang diterbitkan, tiga di antaranya dipublikasikan pada International Journal of Theoretical Physics (IJTP) yang bereputasi Scopus Q1. Sementara jurnal lainnya diterbitkan di Physica Scripta sebagai jurnal internasional untuk penelitian asli di cabang fisika.
Tak lepas dari berbagai tantangan, kesulitan terbesar dalam penelitiannya adalah menemukan metode yang tepat untuk menggabungkan protokol teleportasi dan enkripsi kuantum. Namun, kegigihannya tersebut membuahkan hasil, meskipun harus melalui berbagai kegagalan terlebih dahulu.
“Kegagalan-kegagalan ini justru memberikan saya banyak ide baru untuk menghasilkan publikasi lainnya," sambungnya bersemangat.
Keberhasilan Taufiqi dalam mempublikasikan lima jurnal sekaligus tidak lepas dari dukungan ITS maupun dosen pembimbingnya. Setelah menyelesaikan sidang disertasinya, seluruh pembiayaan yang ia gunakan selama masa studi doktoralnya akan diganti oleh dosen pendampingnya, yakni Prof Drs Agus Purwanto MSi MSc DSc.
Sebagai rencana ke depan, Taufiqi akan melanjutkan penelitiannya hingga mencapai target serta bisa mengabdikan dirinya pada ITS nantinya. Ia berharap bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus bekerja keras dan memanfaatkan waktu dengan baik.
"Hargai waktu, gunakan dengan positif, dan bekerja keras dalam melakukan sesuatu. Itulah kunci keberhasilan saya," tuturnya menyemangati. (lat/ari)