telusur.co.id - Sekitar pukul 13.00 WIB di dermaga PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) terjadi angin kencang yang ditandai dengan berbunyinya alarm pengukur kecepatan angin yang saat itu kecepatannya mencapai 24,2 knot dan windsock pada kemiringan 90 derajat.
Saat itu seluruh aktivitas bongkar muat dihentikan. Operator Container Crane (CC) diminta untuk memindahkan crane sesegera mungkin ke titik sandar/tambat yang melawan arah angin dengan memposisikan di titik sandar/tambat (pin down) terdekat.
Pada saat bersamaan, tiba-tiba pasokan listrik terganggu, sehingga petugas listrik/ pelayanan teknik harus menyiapkan Sub Station (SS) - 07 yang merupakan cadangan pasokan listrik yang digunakan pada saat keadaan darurat agar CC dapat segera diamankan dan operator CC dapat segera dievakuasi.
Ternyata hal tersebut di atas merupakan skenario simulasi tanggap darurat penanganan gangguan pasokan listrik saat cuaca buruk, yang dilaksanakan TPS dengan melibatkan pegawai dan mitra kerja yang bekerja di area dermaga, sekaligus sebagai implementasi Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2015, tentang Kesiagaan dan Tanggap Darurat serta Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ISO 45001:2017, tentang Kesiagaan dan Tanggap Darurat.
Sekretaris Perusahaan TPS, Erika A. Palupi mengungkapkan bahwa, kegiatan simulasi konsisten dilakukan sebagai upaya untuk mengevaluasi kecepatan dan ketepatan respon dalam kondisi darurat serta mitigasi resiko, khususnya penanganan gangguan listrik saat angin kencang.
“Selain peningkatan kompetensi pekerja, simulasi kali ini juga bertujuan untuk pengkinian dan penyesuaian prosedur dalam penanganan kondisi abnormal serta menguji kesigapan dan keterampilan pekerja sebagai upaya mitigasi resiko di tempat kerja,” ujar Erika. Jumat, (08/12/2023).
Menurutnya, kesiapsiagaan menjadi elemen penting dalam menghadapi potensi bencana. Setiap aktivitas bongkar muat Pelabuhan memiliki resiko tertentu terhadap kegagalan layanan yang tidak dikehendaki, utamanya dalam kondisi bencana alam, yang dapat berkembang menjadi suatu kecelakaan.
Penting bagi perusahaan untuk memiliki emergency response plan yang tersosialisasikan dengan baik, sehingga apabila terjadi kondisi darurat yang menyebabkan gangguan terhadap bisnis, maka setiap unsur di lingkup perusahaan memahami langkah-langkah penanganan yang harus dilakukan.
TPS telah tersertifikasi ISO 22301:2019 tentang sistem Manajemen Keberlanjutan Bisnis (Business Continuity Management System/BCMS) dari PT British Standard Institution (BSI) Group Indonesia sejak tahun 2022 yang merupakan komitmen TPS dalam mengelola risiko, terutama dalam mengelola ketahanan dan keberlanjutan usaha untuk menghadapi ketidakpastian atau gangguan (disruption).
Selain itu, komitmen TPS dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan kondusif telah menghantarkan TPS pada penghargaan Penerapan K3 Terminal Petikemas Terbaik kategori ≥500.000 TEUs dari PT Pelabuhan Indonesia (Persero) pada akhir September 2023 lalu.
TPS juga mendapatkan penghargaan dari Gubernur Jawa Timur dalam melaksanakan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sehingga mencapai 24.593.797 jam kerja orang tanpa kecelakaan kerja, terhitung sejak tanggal 01 Januari 2016 s/d 31 Oktober 2023.
Hal ini sebagai bentuk komitmen TPS dalam menerapkan K3 di Terminal, serta sinergitas TPS bersama para pekerja dan instansi terkait yang telah bersama-sama menerapkan dan menumbuhkan budaya K3 pada diri masing-masing. (ari)