Trump Abaikan Desakan Zelensky untuk Sanksi Baru ke Rusia: Itu Keputusan Saya - Telusur

Trump Abaikan Desakan Zelensky untuk Sanksi Baru ke Rusia: Itu Keputusan Saya

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menolak seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky

telusur.co.id - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menolak seruan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky agar menjatuhkan sanksi lebih keras terhadap Rusia, menegaskan bahwa keputusan tersebut ada di tangannya sendiri dan bukan karena tekanan pihak luar.

"Itu keputusan saya, bukan orang lain," kata Trump saat ditanya wartawan pada Rabu terkait kemungkinan sanksi baru. Pernyataannya itu muncul setelah panggilan telepon selama 2,5 jam dengan Presiden Rusia Vladimir Putin awal pekan ini, yang disebutnya sebagai “produktif.”

Trump juga mengaku telah berdiskusi dengan para pemimpin Uni Eropa dan menyebut dunia kini sedang menghadapi "masa yang sangat kritis." Meski begitu, ia memperingatkan bahwa memberi tekanan ekonomi tambahan pada Rusia bisa menghambat peran AS sebagai mediator.

Sementara itu, Presiden Zelensky terus mendorong pembatasan baru terhadap Moskow, menuduh Kremlin tidak serius dalam menindaklanjuti upaya perdamaian. Ia menyambut baik sanksi baru yang dijatuhkan oleh Uni Eropa dan Inggris pada Selasa, menyebutnya sebagai "langkah ke arah yang benar."

Dalam beberapa unggahan di platform X, Zelensky menekankan pentingnya koordinasi lebih erat dengan AS, dan berharap Washington pada waktunya akan memberlakukan sanksi sejalan dengan sekutunya di Eropa.

Putin sendiri menyatakan bahwa gencatan senjata bisa menjadi bagian dari peta jalan menuju perdamaian, asalkan Kiev dan Moskow menyepakati nota kesepahaman yang merinci jalur negosiasi lebih luas.

Minggu lalu, delegasi Rusia dan Ukraina bertemu di Istanbul untuk pembicaraan tatap muka pertama sejak 2022, setelah Ukraina secara sepihak keluar dari proses negosiasi saat itu.

Negosiator utama Rusia, Vladimir Medinsky, mengatakan kedua pihak sepakat untuk menukar 1.000 tawanan perang dan menyusun proposal gencatan senjata masing-masing sebelum kembali ke meja perundingan.

Namun, perbedaan besar tetap ada. Kiev sebelumnya menuntut gencatan senjata tanpa syarat selama 30 hari sebagai syarat dimulainya negosiasi. Moskow menolak mentah-mentah, menyebutnya sebagai "strategi untuk membeli waktu" agar Ukraina bisa mengatur ulang kekuatan militernya.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan pada Selasa bahwa kedua belah pihak sedang menyusun versi masing-masing dari nota kesepahaman, yang kemudian akan dibawa ke tahap negosiasi berikutnya. “Tentu saja proses selanjutnya tidak akan mudah,” ujar Peskov. “Tapi ini adalah langkah yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan bersama.”

Situasi antara Rusia dan Ukraina tampak memasuki fase baru, namun tetap rapuh. Trump mengedepankan pendekatan yang hati-hati, lebih fokus pada diplomasi langsung ketimbang tekanan ekonomi, sementara Zelensky terus menggalang dukungan internasional agar sanksi diperketat terhadap Rusia.

Apakah ini membuka peluang damai? Atau hanya menjadi episode baru dalam drama geopolitik yang semakin rumit?

Dunia kini menunggu dua hal: apakah proposal gencatan senjata bisa disepakati, dan seberapa jauh Trump bersedia memainkan peran sebagai penentu jalur perdamaian.[iis]


Tinggalkan Komentar