telusur.co.id - Civitas akademika Unair bersama jajaran PP IKA Unair secara khusus menggelar Diskusi Kebangsaan dengan mengangkat tajuk Gagasan Unair Menuju Indonesia Maju 2034 di Hotel JS Luwansa. Jakarta. Selasa, (14/5/2024).
Menghadirkan para pakar di berbagai bidang, diskusi kebangsaan ini sengaja dihelat untuk membedah konsep gagasan Unair mewujudkan percepatan Indonesia Emas 2045 melalui Jalan Pendidikan Indonesia Maju Tahun 2034.
Dalam kesempatan ini, Rektor Unair Prof Dr Mohammad Nasih melakukan pemaparan konsep sangat komprehensif. Jika Indonesia Maju ingin dicapai lebih cepat dari 2045 maka beberapa prasyarat harus terpenuhi, mulai pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita, angka kemiskinan, tingkat pengangguran terbuka, termasuk kesehatan dan pendidikan. Paparan Indonesia Maju Tahun 2034 di depan disampaikan kepada sejumlah pakar yang mewakili sejumlah elemen.
Mulai dari tokoh representasi PBNU yang juga mantan Menteri Pendidikan, Prof. M. Nuh, Bendum PP Muhammadiyah, Prof. Hilman Latief, Ketua Forum Pemimpin Redaksi (Pemred), Arifin Asydhad, Wakil Ketua MA 2018-2023, Sunarto, Asisten Gubernur BI, Dr. Solikin M. Juhro, dan sejumlah tokoh dan pakar yang lain.
“Untuk mewujudkan Indonesia maju, ada sejumlah aspek yang harus dicapai. Seperti pendapatan per kapita masyarakat minimal USD 13 ribu. Sementara kita tahu saat ini kita ada di posisi USD 5 ribu,” tukas Prof Nasih.
Tidak hanya itu, untuk mencapai negara maju, angka penduduk miskin paling banyak harus 2 persen. Dan pertumbuhan ekonominya harus 9 persen. Begitu juga yang dilihat adalah komponen IPM, harus didongkrak dihingga masuk dalam range negara maju minimal 84.
Selain itu, juga dilihat dari pertumbuhan investasi, tingkat pengangguran yang harus di range 3 persen, dan harus terjadi peningkatan investasi yang signifikan.
“Untuk bisa mendongkrak capaian indikator-indikator tersebut setara dengan negara maju, maka akar masalahnya harus dijawab. Dimana akar masalahnya adalah pendidikan. Jika kualitas pendidikan bisa kita tingkatkan maka indikator-indikator yang Indonesia masih lemah akan bisa tercapai dan bisa masuk dalam status Indonesia maju,” sambung Prof Nasih.
Dikatakannya, lewat pendidikanlah kesejahteraan bersama bisa dicapai. Kemiskinan bisa diturunkan, dan IPM bisa diungkit.
Lebih lanjut, Prof Nasih menjelaskan bahwa persoalan utama dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia adalah masalah aksesibilitas, sarana dan prasarana dan juga pemerataan.
“Dalam meningkatkan kualitas pendidikan, menurut kami yang paling penting adalah meningkatkan kualitas tenaga pendidiknya. Kualitas dan standar kapasitas guru harus ditingkatkan. Sedangkan kota tahu guru di pedesaan cenderung masih mengedepankan mengajar ikhlas, sedangkan kapasitasnya masih perlu didorong,” tegasnya.
Begitu juga di perguruan tinggi, jumlah lulusan SMA sederajat harus didorong untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Saat ini rerata lama belajar siswa di Indonesia baru di angka 8,9 tahun. Artinya banyak yang SMP saja tidak lulus.
“Selain itu jumlah lulusan S2 dan S3 di Indonesia masih sangat sedikit. Padahal untuk menjadi negara maju jumlah well educated people harus banyak,” bebernya.
Selain itu, yang juga perlu ditingkatkan adalah investasi di bidang pendidikan, investasi di perguruan tinggi baru Rp 9,4 juta per mahasiswa. Padahal di negara maju mencapai Rp 34 juta per mahasiswa. Ia meminta negara bisa melihat investasi di bidang pendidikan tidak dianggap sebagai biaya. Melainkan investasi mewujudkan Indonesia Emas.
Sementara itu, Ketua Umum PP IKA Unair, Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi diskusi kebangsaan ini sangat kualitatif komprehensif. Bahkan disebutnya sangat mitigatif dan futuristik. Yang mana setiap narasumber memberikan masukan dan pandangan untuk mewujudkan percepatan Indonesia Emas 2045 di tahun 2034.
“Diskusi kebangsaan yang membedah tentang gagasan Unair ini sengaja kita gelar untuk mengkomunikasikan pada khalayak tentang terobosan apa saja yang harus kita lakukan untuk mewujudkan Indonesia Maju di tahun 2034,” ujar mantan Mensos RI ini.
“Supaya terkomunikaskan apa saja tantangannya, kendala asimetris yang ada dan bersama sama membahas solusi apa yang terbaik yang bisa kita lakukan bersama. Dan konsep yang dipaparkan oleh Rektor Unair sudah sangat komprehensif, bahwa percepatan Indonesia Emas 2045 menjadi 2034 bisa dicapai dengan peningkatan kualitas pendidikan,” papar eks Gubernur perempuan pertama Jatim ini.
Ditegaskan Khofifah, diskusi kebangsaan dan bedah konsep ini akan digelar secara luas dan dilakukan di beberapa daerah. Masukan di bidang ekonomi, kesehatan dan juga berbagai bidang yang disampaikan hari ini akan ditampung untuk kemudian dijahit menjadi konsep yang final dan komprehensif di bulan Juli 2024.
“Beberapa tantangan memang menganga di depan. Tidak mudah untuk mengatasinya, tapi bukan berarti tidak bisa. Seperti menurunkan kemiskinan menjadi dua persen, seperti sulit, tapi di Jatim kita bisa buktikan bahwa sejumlah daerah di Jatim sudah nol miskin ekstrem, sangat mungkin diikuti daerah lain,” tandas Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadijah ini.
“Begitu juga di sektor industri manufaktur, yang mana target industri manufaktur di tahun 2045 secara nasional adalah 30 persen, di Jatim pertengahan tahun ini sudah 35 persen. Artinya di tengah banyaknya tantangan, possibility untuk kita mencapai target sangat terbuka jika kita bersama sama berusaha maksimal,” tutup Khofifah. (ari)