telusur.co.id - Tingginya kasus demam berdarah yang terjadi pada akhir-akhir ini menyebabkan kekhawatiran bagi masyarakat, terutama orang tua yang memiliki anak. Demam berdarah dapat menjadi momok apabila tidak teratasi dengan cepat dan tepat.
Hal tersebut tak lepas dari pandangan Pakar Spesialis Anak Universitas Airlangga (UNAIR), dr. Dwiyanti Puspitasari, DTM&H, MCTM, SpA(K) menjelaskan, demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan virus dan penularannya melalui perantara nyamuk Aedes aegypti.
Fase Penting
Dwiyanti menjelaskan, demam berdarah akan diawali dengan peningkatan suhu bahan yang drastis berlangsung pada 3-5 hari. Umumnya, pada hari ke-6, pasien akan mengalami penurunan suhu tubuh, namun pada fase tersebut belum dapat dinyatakan pasien sembuh.
Penurunan demam itu merupakan fase yang krusial atau kritis. Pada fase tersebut, pasien harus mendapatkan perhatian khusus, terutama pada kasus demam berdarah yang berat. Biasanya, pasien akan mengalami rasa dingin di seluruh tubuh, pendarahan, dan bila fatal dapat menyebabkan kematian.
Namun, pada fase itu, pasien dengan demam berdarah ringan akan berangsur membaik pada 3-7 hari mendatang dan masuk pada fase penyembuhan.
“Fase-fase tersebut harus dipahami betul untuk mengatasi hal yang tak diinginkan selama terjangkit demam berdarah,” tuturnya kepada Unair News. Senin, (29/4/2024).
Tanda Utama
Dokter Dwiyanti menyebutkan, tanda utama harus diketahui jika anak terjangkit demam berdarah. Yakni, demam tinggi yang tak kunjung turun. Ia mengimbau apabila sang anak mengalami demam tinggi dan setelah diberikan obat penurun demam tak kunjung reda, hal itu patut dicurigai.
Selain itu, anak yang terjangkit demam berdarah akan mengalami berbagai perubahan. Biasanya, anak akan terlihat lemas dari sebelumnya, mengalami penurunan nafsu makan, mual, nyeri seluruh tubuh dan radang tenggorokan. Gejala tersebut tidak dapat dipandang sebelah mata harus segera ditangani.
“Para orang tua harus aware ketika sang anak telah mengalami gejala tersebut dengan rentang waktu tiga hari. Jika tidak berangsur membaik segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut,” tegasnya.
Tips
Tak lupa, dr Dwiyanti memberikan tips pencegahan demam berdarah yang dapat dilakukan. Pertama, dengan menerapkan 3M (menguras, mengubur dan menutup). Langkah tersebut setidaknya dapat mencegah adanya pertumbuhan jentik-jentik dan sarang nyamuk.
“Biasanya yang luput dari masyarakat ini pada genangan yang berada di sekitar rumah, seperti genangan air pada bekas botol minuman kemasan, genangan air pada bawah dispenser dan banyaknya pakaian tergantung. Hal tersebut lengah dari perhatian masyarakat,” lugasnya.
dr. Dwiyanti menilai, pemberlakuan fogging sebetulnya kurang efektif karena fogging akan hanya membunuh nyamuk-nyamuk dewasa tidak dengan jentik-jentik. Ia menginformasikan, adanya penelitian mengenai nyamuk wolbachia yang dinilai ampuh menurunkan kasus demam berdarah di Yogjakarta.
“Pada dasarnya, nyamuk wolbachia merupakan nyamuk yang telah terinfeksi bakteri wolbachia. Bakteri tersebut akan diturunkan pada keturunan nyamuk lainnya. Hal ini dinilai penyebaran virusnya akan terhambat. Seperti halnya, di Yogjakarta yang berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengan program wolbachia,” sebutnya. (ari)