AS dan PBB Pertimbangkan Hapus Hay’at Tahrir al-Sham dari Daftar Teroris - Telusur

AS dan PBB Pertimbangkan Hapus Hay’at Tahrir al-Sham dari Daftar Teroris

Pemimpin Hay’at Tahrir al-Sham (Hts), Ahmed Al-Sharaa alias Abu Muhammad Al-Julani. (Foto: Rai Al Youm).

telusur.co.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) dilaporkan sedang mempelajari cara untuk menghapus  Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) dari daftar teroris agar dapat bekerja sama dengan “pemerintahan baru di Suriah”.

Dilasir Rai Al Youm, Rabu (11/12/24), kepada saluran Amerika NBC News, dua pejabat tinggi anonim menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden sedang mengerjakan kemungkinan skenario mengenai HTS.

Salah satu pejabat menyatakan bahwa HTS akan segera dihapus dari daftar teroris, sementara pejabat lainnya mengatakan bahwa pemerintah AS masih dalam tahap pertama proses evaluasi.

Dua pejabat itu menyatakan  bahwa langkah ini bertujuan memfasilitasi pekerjaan AS dan negara-negara lain dengan “pemerintahan baru di Suriah.”

Mereka melaporkan bahwa ada kemungkinan untuk membatalkan hadiah $10 juta bagi siapa saja yang membantu menangkap pemimpin HTS, Ahmed Al-Sharaa alias Abu Muhammad Al-Julani.

Di sisi lain, Departemen Luar Negeri AS menyatakan saat ini tidak ada perubahan untuk menghapus  HTS dari daftar teroris. AS mencantumkan HTS ke dalam daftar organisasi teroris asing pada tahun 2018.

PBB juga dilaporkan akan mempertimbangkan penghapusan HTS dari daftar teroris yang ditetapkannya jika kelompok itu lulus ujian utama membentuk pemerintahan transisi yang benar-benar inklusif.

Utusan khusus PBB untuk Suriah, Geir Pedersen, mengutarakan prospek untuk mengeluarkan Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dari daftar kelompok teroris terlarang organisasi tersebut. Namun, ia mengatakan kelompok itu tidak dapat berusaha untuk memerintah Suriah dengan cara yang telah dilakukannya di Idlib, provinsi utara tempat kelompok itu bermarkas dan dari sana ia memimpin operasi militer yang mengakibatkan runtuhnya rezim Assad secara tiba-tiba.

Dalam sebuah pengarahan di Jenewa, Pedersen juga mengatakan Suriah masih berada di persimpangan jalan dan bahwa situasinya sangat tidak menentu. [Tp]


Tinggalkan Komentar