telusur.co.id - Isu terbatasnya jumlah pupuk subsidi dan mahalnya pupuk nonsubsidi untuk petani akhir-akhir ini membuat pemerintah daerah harus mencari solusi atau jalan keluar.
 
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Provinsi Sumatera Barat, Mahyeldi mengimbau masyarakat yang bergerak di sektor pertanian tanaman pangan, holtikultura dan perkebunan untuk meningkatkan penggunaan pupuk organik. Sehingga dapat meminimalisir penggunaan pupuk kimia dalam usaha tani atau budidaya tanaman.
 
"Mengoptimalkan aktivitas produksi pupuk organik melalui pengembangan dan pemanfaatan Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) yang ada di Sumatera Barat," ujar Mahyeldi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (20/2/22).  

Mahyeldi juga meminta masyarakat untuk tidak membakar jerami. Pasalnya jerami dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos serta mengembalikannya ke lahan.

"Memanfaatkan limbah pertanian (Pangan, sayuran, buah-buahan, perkebunan dan tanaman lainnya) sebagai bahan baku pengomposan atau produksi pupuk organik (kompos)," jelasnya. 

Selain itu, lanjut Mahyeldi, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan limbah peternakan sebagai pupuk organik dalam bentuk padat maupun cair.

Seperti diketahui, Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo mengaku ingin para petani bisa menghasilkan pupuk organik secara mandiri, yang kualitasnya bisa lebih baik dari pupuk anorganik saat ini.

“Hasil pertanian non pestisida itu kualitasnya lebih bagus dan pasarnya bisa lebih besar. Pupuk organik itu makin menguntungkan ke depan. Seharusnya petani memang bisa memproduksi sendiri,” ujar pria yang karib disapa SYL ini.

Selanjutnya, kata SYL, dia juga ingin para petani diberi pelatihan oleh para penyuluh pertanian. Dengan demikian, diharapkan para petani dapat memproduksi pupuk secara baik. 

“Tinggal diajarkan bagaimana mengumpul kompos. Itu memang butuh keahlian dan itu peran penyuluh untuk mengajarkan,” tandasnya. (Ts)