telusur.co.id - Para pejuang dari gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon untuk pertama kalinya meluncurkan puluhan roket ke sebuah pemukiman ilegal Israel di bagian utara wilayah pendudukan tahun 1948 sebagai pembalasan atas serangan militer Israel ke wilayah selatan Lebanon.

Dilansir Presstv, Selasa (23/7/24), saluran televisi Israel Channel 14 melaporkan bahwa beberapa roket menghantam Tzuriel moshav di wilayah Galilea dan berdampak pada infrastruktur dan sebuah bangunan di sana.

Layanan darurat Magen David Adom (MDA) rezim Zionis Israel mengatakan bahwa dua orang mengalami luka ringan di Tzuriel dan dievakuasi ke Pusat Medis Galilea di Nahariya.

Ini adalah pertama kalinya Tzuriel moshav, dengan populasi hanya 400 pemukim ilegal, dilanda serangan. Komunitas ini tidak termasuk di antara mereka yang berada di sisi utara tanah pendudukan yang telah dievakuasi atas perintah resmi dari rezim Zionis Israel.

Sebelumnya, para pejuang Hizbullah meluncurkan pesawat tak berawak (drone) yang sarat dengan bahan peledak ke situs militer Israel al-Malkiyah, yang menghancurkan satu bagian garnisun dan membakarnya. 

Kelompok perlawanan ini juga menghancurkan perangkat mata-mata yang dipasang di situs militer al-Radar di Shebaa Farms Lebanon yang diduduki Israel. 

Tak lama setelah itu, para pejuang Hizbullah menargetkan pos militer al-Raheb dan menghancurkan perangkat spionase yang ditempatkan di sana.

Kemudian pada Senin malam, Hizbullah melakukan dua operasi terhadap situs-situs Israel sebagai tanggapan atas serangan Zionis di kota Yater dan Khiam, Lebanon selatan.

Serangan pertama menargetkan sebuah bangunan yang menampung pasukan Israel di pemukiman Menara. Serangan ini dilakukan sebagai tanggapan atas agresi Israel ke Yater, dan menyebabkan kebakaran di dalam bangunan yang ditargetkan.

Operasi kedua, anggota Hizbullah menyerang beberapa bangunan di pemukiman Metulla sebagai balasan atas serangan Israel di Khiam. Serangan tersebut mengakibatkan serangan langsung dan menyebabkan kebakaran di daerah tersebut.

Hizbullah dan Zionis Israel telah bertukar tembakan mematikan sejak awal Oktober tahun lalu, tak lama setelah rezim Zionis melancarkan perang genosida terhadap Jalur Gaza menyusul operasi mendadak yang dilakukan Hamas.

Gerakan perlawanan Lebanon telah bersumpah untuk terus melakukan serangan balasan selama rezim Zionis Israel melanjutkan perang Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 39.006 orang Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak.

Para pejabat Hizbullah telah berulang kali mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan perang dengan Israel, dan menekankan bahwa mereka siap jika perang terjadi.

Dua perang Israel yang dilancarkan terhadap Lebanon pada tahun 2000 dan 2006 mendapat perlawanan keras dari Hizbullah, yang mengakibatkan mundurnya rezim Zionis tersebut dalam kedua konflik tersebut. [Tp]