telusur.co.id - Dinas intelijen luar negeri Rusia, dengan bertumpu pada dokumen-dokumen terklasifikasi, mengungkap upaya mengganti Presiden Ukraina saat ini dengan yang lain.
Dilansir Parstoday, dinas intelijen luar negeri Rusia, Kamis (11/7/24) mengumumkan, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, dan Dinas Luar Negeri Uni Eropa, EEAS, mengaku cemas dengan meningkatnya ketidakpercayaan terhadap Volodymyr Zelenskyy, terutama karena sebagian menganggap berlanjutnya kekuasaan Presiden Ukraina itu melanggar hukum.
Berdasarkan konstitusi Ukraina, pemilu presiden negara ini harus diselenggarakan pada 31 Maret 2024, tapi Zelensky berpendapat dalam kondisi perang, pilpres bisa memperburuk situasi, dan ia membatalkan penyelenggaraannya.
Sebagian politisi Ukraina, seperti mantan Perdana Menteri Mykola Azarov, meyakini bahwa Zelenskyy telah kehilangan legitimasinya sebagai kepala negara karena membatalkan pilpres.
Sekalipun AS dan Uni Eropa saat ini sepakat dengan bertahannya Zelenskyy di tampuk kekuasaan Ukraina karena kondisi perang, namun keduanya sudah mulai mencari pengganti Presiden Ukraina itu.
Kontak telepon dengan sejumlah tokoh penting dan kunci di Ukraina untuk menggantikan posisi Zelenskyy sudah mulai dilakukan oleh AS dan Uni Eropa.
Di antara tokoh penting Ukraina yang dikontak AS dan Uni Eropa adalah Petro Poroshenko, mantan presiden, Vitali Klitschko, Wali Kota Kiev, Andriy Yarmak, Kepala Kantor Zelenskyy, dan Valerii Fedorovych Zaluzhnyi, mantan Kepala Staf Angkatan Bersenjata Ukraina.
Dalam dokumen yang dikutip dinas intelijen Rusia tersebut juga disinggung kekhawatiran Menteri Pertahanan Prancis terkait bertambahnya jumlah korban dari pasukan Prancis dalam perang Ukraina. [Tp]