GAMKI Harap Konteks Pernyataan Letjen Dudung Dilihat Secara Holistik - Telusur

GAMKI Harap Konteks Pernyataan Letjen Dudung Dilihat Secara Holistik


telusur.co.id - Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) menilai, pernyataan Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Letnan Jenderal TNI Dudung Abdurachman, di hadapan para prajurit TNI di Bandung, Jawa Barat, harus dilihat secara holistik dan ditempatkan dalam konteks yang tepat. 

Konteks pernyataan Letjen Dudung dalam kunjungan ke Batalyon Zipur 9 Kostrad, Ujungberung, Jawa Barat, merupakan arahan dan nasehat Pangkostrad kepada para prajurit TNI yang memiliki latar belakang agama yang beragam. 

"Pernyataan Letjen Dudung merupakan bentuk pembekalan bagi para prajurit dengan arahan-arahan kebangsaan yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila. TNI sebagai alat pertahanan negara harus berdiri di atas semua golongan dalam membela Tanah Air dan melindungi setiap anak bangsa seperti yang tertuang dalam Sumpah Prajurit dan Sapta Marga TNI," kata Sekretaris Umum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat, dalam keterangannya, Selasa (22/9/21). 

Menurut Sahat, fanatisme agama yang berlebihan dapat menyebabkan perpecahan antar umat beragama. Ini juga bisa berlanjut pada konflik horizontal, yang mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa. 

"Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, TNI harus melindungi seluruh anak bangsa tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan golongan," tuturnya.

Menyikapi adanya polemik dan kontroversi yang ditimbulkan dari pernyataan Letjen TNI Dudung Abdurachman, GAMKI berharap semua pihak untuk dapat melihat konteks dan tujuan sebenarnya dari pernyataan mantan Pangdam Jaya tersebut. 

"Letjend Dudung tidak sedang membanding-bandingkan agama. Karena dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, kebenaran ajaran dan dogma semua agama tidak perlu diperdebatkan. Namun bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai agama untuk membangun negara dan bangsa Indonesia, ini yang harus menjadi fokus utama kita," katanya. 

Sahat mengajak semua elemen masyarakat untuk bersatu bergotong-royong dengan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, khususnya dalam menangani pandemi Covid-19.

"Sila pertama Pancasila menyatakan Ketuhanan Yang Maha Esa, kemudian Indonesia juga mengakui enam agama dan juga penghayat kepercayaan. Artinya negara tidak membeda-bedakan agama, dan agama pada hakekatnya mengajarkan tentang kebaikan, keadilan, dan kedamaian. Mari kita bergotong-royong mengarustamakan nilai-nilai kebaikan dalam agama kita masing-masing demi kesejahteraan dan kedamaian seluruh rakyat Indonesia," pungkasnya.

Seperti diketahui, Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman menyebut semua agama benar di mata Tuhan. Pernyataan itu sebelumnya disampaikan Letjen Dudung saat menghadiri acara di Markas Yonzipur 9/Para, Divif 1 Kostrad, Bandung, Senin (13/9). Belakangan ucapan Dudung itu dikritik oleh sejumlah pihak.

Menjawab kritik itu, Letjen Dudung menyatakan bahwa sebagai Pangkostrad dirinya perlu mengatakan semua agama benar saat berbicara di hadapan prajuritnya. Sebab, eks Pangdam Jaya itu memiliki prajurit yang berasal dari berbagai pemeluk agama. 

"Saya ini Panglima Kostrad, bukan ulama. Jika ulama mengatakan bahwa semua agama itu benar, berarti ia ulama yang salah," kata Dudung dalam keterangan persnya, Kamis.

Jenderal bintang tiga itu mengaku tidak mau prajurit di Kostrad terjebak dalam fanatisme berlebihan sehingga dirinya berucap tentang semua agama benar." 

"Saya ingin anak buah saya jangan sampai terpengaruh dengan pihak luar di dalam beribadah. Hal ini agar tidak menimbulkan fanatisme yang berlebihan. Kemudian menganggap agama tertentu paling benar. Sementara agama lainnya, salah," ucap Letjen Dudung.[Fhr]


Tinggalkan Komentar