Habis Kartu, Terbitlah Aplikasi - Telusur

Habis Kartu, Terbitlah Aplikasi

Ilustrasi PeduliLindungi dan MyPertamina

PEMERINTAH sepertinya tidak kehilangan akal untuk terus berinovasi dalam memberi kemudahan pelayanan yang "terbalik" untuk masyarakat.

Bayangkan saja, setelah segepok kartu-kartuan yang diluncurkan, kini pemerintah, mengikuti perkembagan zaman, memanfaatkan aplikasi-aplikasian. Ini bukan aplikasi trading, yang membuat bejibun munculnya crazy rich. Tapi, aplikasi kali ini untuk memudahkan kehidupan masyarakat. Katanya gitu sih!

Untuk menyegarkan ingatan, sebelum ke aplikasi-aplikasian ini, setidaknya ada delapan kartu yang sudah diluncurkan pemerintahan Presiden Joko Widodo dari periode pertamanya.

Saya tulis disini kartu-kartunya, yang mudah-mudahan tidak disalahgunakan oleh orang tua maupun anak-anak untuk main kartu: Kartu Indonesia Pintar (KIP) SD-SMA, Kartu Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Program Keluarga Harapan, Kartu Beras Sejahtera, Kartu Sembako Murah, Kartu Indonesia Pitar (KIP) Kuliah, KartuPra-Kerja. Mungkin masih ada yang saya lupakan.

Kartu-kartu seperti itu kemungkinan sangat bermanfaat bagi masyarakat, paling tidak ketika pamer dompet. Isinya gembung, dipenuhi kartu-kartu, di tambah kartu ATM, SIM, dan kartu-kartu lainnya. Kan bisa dianggap, “Wah orang kaya, nih. Dompetnya aja melembung.”

Tak puas dengan kartu-kartuan yang kemungkinan 2-3 tahun lagi akan ditinggalkan, sebab orang mulai bertransaksi lewat smartphone, baik membeli makan, elektronik, memesan ojek, dan lain-lain, pemerintah juga tidak mau ketinggalan. Pemerintah cepat-cepat update dengan kemudahan pelayanan, memanfaatkan kemajuan dunia digital.

Orang yang mau beli minyak gorong curah disyarakatkan mempunyai aplikasi PeduliLindungi. Aplikasi yang semula dipakai pemerintah untuk tracing penyebaran Covid-19 di Indonesia, masuk gedung maupun pusat perbelanjaan, akses moda transportasi, kini dipakai untuk membeli minyak goreng curah. Luar biasa multifungsinya aplikasi ini.

Tapi, Indonesia kan bukan hanya kota-kota saja. Bagaimana dengan masyarakat di pedesaan? Jangankan punya aplikasi PeduliLindungi, smartphone masih ada yang belum punya. Belum lagi kuota dan sinyal. Kata pemerintah, bisa pakai alternatif lain, yaitu menggunakan KTP.  Namun, ikan, tempe, tahu, cabe yang sudah di ulek, harus segera digoreng. Bisa saja alibinya, "makanya mulai beralih ke rebus-rebusan."

Tapi, ada masakan-masakan yang memang harus digoreng. Nasi goreng, misalnya. Yang jelas-jelas harus digoreng, sudah waya nya di rebus. Jadi namanya berganti: nasi rebus. Kebayangkan bumbu-bumbuan nasi goreng, dioalah semuanya dengan di rebus. Soal rasa, ya rasaian aja. Belum lagi tumis-tumisan. Termasuk rendang. Makanan Indonesia yang mendunia ini, harus berubah, di olah dengan rebus-rebusan. Rendang rebus. Bisa kan? Kalau nggak bisa direbus, boleh tanya ke pemerintah bagaimana cara merebusnya.

Selain aplikasi PeduliLindungi, pemerintah juga merencanakan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan Solar, pakai aplikasi MyPertamina. Jelasnya, modal awal untuk instal aplikasi-aplikasian ini ialah Anda wajib punya smaprhone.

Kalau Anda masih setia dengan hape tulalit-tulalit, sudah pasti Anda akan menjadi pelanggan setia BBM eceran.

Pertanyaanya, kan di SPBU ada larangan menghidupkan hape. Lah, kalau hape tidak dihidupkan bagaimana caranya masuk ke perangkat aplikasi MyPertamina. Kemudian, bagaimana para nelayan, dan orang-orang di kampung beli Pertalite dan Solar? Jawabannya gampang, jangan beli BBM di SPBU, kalau Anda belum memenuhi syarat-syaratnya.

Intinya, Anda di blacklist dari daftar SPBU. Untuk mencabut blacklist itu, Anda harus punya smartphone.

Apakah kedua aplikasi, untuk membeli minyak goreng curah dan BBM menyulitkan masyarakat? Tentu tidak dong. Inikan demi membantu pemerintah mengurai masalah minyak goreng, dan BBM.

Sudah saatnya masyarakat berkorban membantu pemerintah dengan menerima begitu saja setiap kebijakannya. Kan, semuanya untuk masyarakat. Kalau merasa semakin dipersulit, barangkali itu tujuannya. Apalagi pemerintah sepertinya setia memegang mazhab lama, kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.

Bagaimana dengan nasib kartu-kartu yang Anda terima? Di simpan saja dengan baik. Setidaknya dengan kartu itu, Anda sudah peduli dengan program pemerintah. Yang penting, jangan dikasih ke anak-anak, nanti dipakai untuk main kartu-kartuan.

Kan, lumayan jumlah kartunya. Pada intinya, pemerintah tidak mau tertinggal dari kemajuan teknologi. Makanya, habis kartu terbitlah aplikasi. Apakah setelah ini akan ada kejutan lagi sebuah kebijakan yang memperumit kehidupan masyarakat, kita tunggu saja.[***]

*) Kerani di Telusur.co.id


Tinggalkan Komentar