telusur.co.id -PROBOLINGGO - Upaya penurunan stunting di Kabupaten Probolinggo mendapat energi baru dengan pelaksanaan kegiatan sinergis melalui Program Bangga Kencana bersama mitra kerja, yang digelar di Kantor Bupati Probolinggo. Minggu, (13/7/2025).
Kegiatan ini tak hanya jadi simbol komitmen pemerintah daerah, tapi juga jadi ajang penguatan kerja sama antara Kemendukbangga/ BKKBN, dinas terkait, dan pemerintah desa.
Kepala Perwakilan Kemendukbangga/ BKKBN Provinsi Jawa Timur, Dra. Maria Ernawati, M.M. menyampaikan, pentingnya pendekatan berbasis data untuk menurunkan angka stunting. Menurutnya, Kabupaten Probolinggo mengalami fluktuasi yang cukup mencolok dalam prevalensi stunting dalam dua tahun terakhir.
“Di tahun 2024 itu ada penurunan 12% tangkapan ibu terkait kepala memang untuk prevalensi stunting di Kabupaten Probolinggo. Dari hasil survei tahun 2022, ada penurunan, kemudian satu tahun kemudian ada peningkatan yang cukup lumayan juga di angka 35%,” ungkapnya.
Ia menekankan pentingnya klasterisasi data untuk memahami penyebab utama stunting, mulai dari faktor kemiskinan, penyakit bawaan, pola asuh, hingga sanitasi air dan lingkungan.
“Kalau sudah ada data lengkapnya, kita fokus untuk memberikan intervensi kepada anak-anak yang stunting dan berisiko stunting,” lanjut Maria.
Prof. Budi Setiyono, S.Sos., M.Pol Admin, Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN, mengingatkan bahaya dari ketergantungan anak terhadap gadget yang bisa mengganggu proses pengasuhan. Ia menekankan pentingnya manajemen waktu dalam keluarga.
“Jangan sampai anak-anak itu memiliki ketergantungan yang berlebihan lalu ada semacam ketagihan untuk melihat HP dalam setiap waktu, termasuk saat makan atau bangun tidur,” jelasnya.
Budi juga menekankan pentingnya data KRS (Keluarga Risiko Stunting) dalam menentukan strategi intervensi yang tepat sasaran. Pasangan usia subur dari kelompok kesejahteraan terendah (desil 1 dan 2) harus mendapat perhatian serius sebagai kelompok berisiko tinggi melahirkan anak stunting
Kepala Dinas DP3AP2KB, Hudan Syarifuddin, menambahkan bahwa pihaknya tengah mengembangkan program Sekolah Orang Tua Hebat, yang terdiri dari 13 materi pengasuhan untuk para ibu dengan balita. Program ini akan dijalankan bersama desa sebagai ujung tombak pelaksanaan.
“Peningkatan program ini akan kita perkuat dengan MoU bersama desa dan kecamatan. Kita kuatkan sehingga komitmen anggaran dana desa bisa langsung intervensi terhadap pemenuhan gizi,” katanya.
Menurut Hudan, pelibatan desa dan masyarakat menjadi krusial karena keberhasilan program stunting sangat tergantung pada kesadaran kolektif dari hulu ke hilir.
Wakil Bupati Probolinggo, Fahmi Abdul Haq Zaini, menegaskan bahwa upaya pencegahan dan penanganan stunting harus dilakukan secara menyeluruh hingga ke tingkat desa melalui penguatan posyandu.
“Kami berupaya menekan angka stunting bersama pemerintah desa. Aktivasi posyandu di tingkat desa sangat efektif dalam pencegahan stunting,” ujarnya.
Fahmi juga menyebut bahwa peran lintas sektor seperti dinas kesehatan, pendidikan, dan organisasi masyarakat telah mulai bersinergi dan bergerak bersama dalam menekan angka stunting.
“Target kami di tahun 2025 memang tidak muluk-muluk, tapi kami dorong betul agar Kabupaten Probolinggo bisa segera lepas dari status sebagai salah satu kabupaten dengan angka stunting tertinggi,” tambahnya.
Program Bangga Kencana tak hanya berbicara soal angka, melainkan tentang masa depan generasi. Dengan sinergi antarlembaga, pemanfaatan data yang cerdas, serta peran aktif masyarakat desa, harapan untuk menurunkan angka stunting di Kabupaten Probolinggo bukanlah mimpi yang mustahil. Masa depan anak-anak Indonesia, khususnya di Probolinggo, tengah diperjuangkan dari desa hingga pusat. (ari)