telusur.co.id - Surat kabar Amerika Serikat (AS) Wall Street Journal (WSJ) pada hari Minggu (4/8/24) melaporkan bahwa Iran menolak upaya AS , Eropa dan Arab untuk memoderasi tanggapannya terhadap pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, di ibu kota Iran, Teheran.
Dilansir Rai Al Youm, WSJ menyebutkan bahwa AS, negara-negara Eropa dan Arab yang bermitra dengan Washington menyampaikan pesan kepada Iran, menyerukan “non-eskalasi,” dan memperingatkan bahwa setiap serangan besar akan mengakibatkan reaksi keras dari Israel.
Menurut surat kabar tersebut, Iran mengatakan kepada diplomat Arab bahwa mereka tidak peduli jika tanggapan terhadap Israel nanti mengarah pada pecahnya perang.
WSJ mengklaim bahwa upaya presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian, untuk meningkatkan hubungan dengan Barat akan memiliki peluang lebih besar jika Iran dapat mengendalikan diri, menurut orang-orang yang berpartisipasi dalam diskusi tersebut.
Pesan AS juga menyebutkan “Washington menekan Israel agar juga mengurangi eskalasi.”
WSJ menyatakan, “Kali ini Iran menolak memberikan peringatan rinci yang akan membantu mengurangi dampak serangan terhadap Israel.”
Israel menempatkan tentaranya pada status siaga maksimal, dan para pejabat AS berupaya mempersiapkan aset militer dan mitra regional untuk menghentikan serangan yang dikhawatirkan akan lebih luas dan rumit dibandingkan serangan Iran pada bulan April lalu, yang bersandi “Operasi Janji Sejati”.
Ketua parlemen Iran, Mohammad Baqir Qalibaf, pada hari Minggu menegaskan bahwa negaranya “tidak dan tidak akan membiarkan serangan apa pun terhadap kedaulatannya tanpa tanggapan”. Dia menekankan bahwa Israel dan AS “akan menyesali tindakan mereka dan terpaksa mengubah perhitungan mereka.”
Di pihak lain, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di hari yang sama menegaskan “satu serangan akan berbalas dua serangan”.
Dia menambahkan, “Garis merah Israel sudah diketahui, dan kami akan menanggapi setiap upaya untuk melanggarnya.”
“Tangan panjang kami menjangkau Gaza, Yaman, Beirut, dan setiap tempat yang membutuhkannya,” ujar Netanyahu.
Kalangan yang mengetahui dokumen komunikasi di Washington menilai komunikasi itu akan memberikan kesempatan untuk merangsang mediasi dengan Iran, termasuk penentuan lokasi dan waktu serangan militer Iran ke kedalaman Palestina pendudukan, dengan tujuan mencapai tahap aturan keterlibatan yang tidak menjurus pada perang regional yang terbuka dan komprehensif.
Iran bersikeras tidak akan memberikan jaminan apa pun kepada mediator untuk memenuhi permintaan pintu belakang Israel agar tidak menyerang Haifa dan Tel Aviv.
Idenya sekarang, yang sedang dikerjakan dengan antusias oleh kalangan pengambil keputusan AS, ialah membujuk Iran agar melancarkan serangan yang telah disepakati sebelumnya, dan tempat serta waktu akan ditentukan di sekitar Haifa dan Tel Aviv.
Bisa jadi, itulah usulan yang disampaikan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken kepada pimpinan Qatar, di tengah akumulasi kesan di Washington bahwa Doha setuju untuk menyampaikan pesan tersebut. [Tp]