Jatim Sumbang Kloter Jemaah Haji Terbanyak, Khofifah: Embarkasi Surabaya Dapat Layanan Fast Track - Telusur

Jatim Sumbang Kloter Jemaah Haji Terbanyak, Khofifah: Embarkasi Surabaya Dapat Layanan Fast Track

Gubernur Jatim periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa saat bersama jemaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci

telusur.co.idImbau Calon Jemaah Haji Persiapkan Kesehatan Hadapi Estimasi Suhu Ekstrem 50 Derajat di Tanah Suci

Kloter pertama jemaah haji asal Jawa Timur dipastikan akan berangkat melalui Embarkasi Surabaya pada Kamis (12/5/2024) mendatang.

Pemberangkatan jemaah haji Jawa Timur tahun 2024 cukup istimewa karena Jawa Timur menyumbang kloter terbanyak secara nasional. Selain itu keberangkatan haji tahun ini juga terasa spesial karena menjadi tahun pertama Embarkasi Surabaya mendapatkan layanan fast track untuk pemberangkatan jemaah haji. 
 
Terkait hal ini, Ketua Umum PP Muslimat NU yang juga Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Khofifah Indar Parawansa mengimbau para calon jemaah haji Jatim untuk melakukan persiapan diri jelang keberangkatan yang tinggal menghitung hari.

“Total ada sebanyak 39.228 calon jemaah haji yang berangkat melalui Embarkasi Surabaya di tahun 2024 ini. Dengan rincian jemaah haji dari Jatim 37.271 orang, dari Bali 732 orang, dari NTT sejumlah 695 orang dan petugas kloter sejumlah 530 orang. Jemaah haji Embarkasi Surabaya tersebut akan berangkat ke tanah suci dalam 106 kelompok terbang,” ujar Khofifah. Selasa, (07/5/2024). 

Jumlah jemaah haji Jatim tahun ini dikatakan Khofifah mencatatkan sejarah baru karena Jawa Timur mendapat alokasi 15 persen lebih banyak dari kuota nasional, yaitu 37.270 jemaah.

Lebih lanjut Khofifah menegaskan bahwa, para jemaah haji asal Jatim juga dipastikan akan merasa lebih nyaman. Karena untuk kali pertama Embarkasi Surabaya akan memberikan layanan pemberangkatan haji dengan sistem fast track.

Layanan ini adalah sebuah penghargaan yang diberikan Pemerintah Arab Saudi kepada Indonesia. Yang mana hanya tiga bandara yang memberikan layanan ini yakni Bandara Djuanda Surabaya, Adi Soemarmo Solo, dan Soekarno-Hatta Tangerang, Banten.

“Dengan layanan fast track, jemaah saat turun di Madinah atau Jeddah bisa langsung menuju pemondokan, sehingga memberi kemudahan dan kenyamanan kepada calon jamaah haji,” sebut mantan Mensos RI ini.

Tidak hanya itu, Khofifah juga mengimbau calon jemaah haji untuk menyiapkan fisik dan kesehatan jelang keberangkatan. Karena begitu tiba di tanah suci akan disambut dengan cuaca panas ekstrem yang bahkan diprediksi mencapai 49-50 derajat celcous.

“Cuaca di Arab Saudi akan menjadi tantangan tersendiri untuk seluruh jemaah haji Indonesia termasuk juga asal Jatim. Sehingga persiapan fisik juga kesehatan harus diperhatikan betul,” beber Ketua Dewan Pembina Yayasan Khadijah ini.

Dikatakan Khofifah, cuaca panas ekstrem di Arab Saudi tersebut juga akan dialami saat jemaah haji menjalani ibadah di puncak haji di Arafah, Mina dan Muzdalifah.

Untuk itu, Khofifah menyarankan jemaah haji untuk memastikan badan dalam kondisi fit dan prima. Membawa obat-obatan pribadi dan juga mengkonsumsi makanan dan buah-buahan untuk menjaga stamina jelang keberangkatan.

Saat sudah berada di tanah suci pun, jemaah terkadang terlalu memforsir  beribadah sehingga melupakan asupan makan dan minum. Sementara , tubuh memerlukan energi dari makanan dan cairan yang cukup. 

Untuk itu, Khofifah menyarankan jemaah haji untuk mengontrol asupan air minimal dua liter perhari untuk menghindari dehidrasi sebab suhu wilayah Arab pada siang hari bisa mencapai 49 derajat celcius.

Tidak hanya itu, Khofifah pun mengimbau para jemaah haji mengatur ritme ibadah nanti di tanah suci secara efektif. Tidak melakukan aktivitas yang berat melebihi kemampuan saat kedatangan di Tanah Suci, baik di Madinah, di Makkah maupun puncak haji di Arafah. Hal ini dikarenakan untuk menyiapkan diri di puncak ibadah haji yakni dimulai dari wukuf di Arafah. 

Begitu juga saat Tawaf dan melempar Jumrah, disarankan untuk melakukannya pada waktu pagi atau sore hari, di saat suhu udara yang dirasakan lebih dingin daripada siang hari.

“Ritme ibadah harus diatur. Jemaah haji harus mempertimbangkan kondisi fisik untuk mengutamakan melaksanakan ibadah yang wajib sebagai rukun haji,” sambung Ketum IKA Unair ini.

“Dengan mengatur prioritas yang mempertimbangkan kondisi fisik, harapannya saat puncak ibadah haji, para jemaah bisa maksimal melakukan ibadahnya,” urai eks Gubernur perempuan pertama Jatim ini.

Lantaran tantangan utama adalah cuaca dan panas ekstrem, Khofifah pun menyarankan jemaah yang merasa cuaca terlalu panas untuk menggunakan payung atau penutup kepala. Selain itu jemaah haji dapat menyemprotkan air ke bagian kepala, leher, dan bahu untuk menurunkan suhu tubuh sesuai anjuran pemerintah dan para dokter kloter. (ari)


Tinggalkan Komentar