Kata Ketua HIPPII Jatim dalam Mencegah dan Mengendalikan Infeksi - Telusur

Kata Ketua HIPPII Jatim dalam Mencegah dan Mengendalikan Infeksi

Ketua HIPPII Jatim, Bernadetta Indah Mustikawati

telusur.co.id - Himpunan Perawat Pencegah dan Pengendali Infeksi Indonesia (HIPPII) Jawa Timur (Jatim) menggelar Seminar dan Workshop Nasional Program Pencegah dan Pengendali Infeksi Dalam Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya.

Ketua Umum HIPPII Jatim, Bernadetta Indah Mustikawati mengatakan, kegiatan ini adalah dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit terutama di keselamatan pasien, salah satunya kalau teman-teman melihat sendiri namanya ‘Efisien’ yaitu, singkatannya Infection Prevention Control Ners.

Jadi, perawat pencegahan infeksi yang mempunyai tugas di rumah sakit bertanggung jawab terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit, harus mendapatkan pelayanan yang aman. Salah satunya supaya aman dari terjadinya penularan penyakit.

“Seminar hari ini adalah untuk meningkatkan salah satu kompetensi dari perawat pencegahan infeksi dan juga untuk mengukuhkan keberadaan hanya karena sampai saat ini, masih belum semuanya mengakui secara legalitas, mereka ada, karena ada akreditasi tetapi belum semua rumah sakit itu mensupport, mendukung full dari segi Finance seperti kayak tunjangan hasil kerjanya Tuh dibedakan karena dulu memang belum ada dan ini pun masih baru berproses,” ucap Bernadetta pada awak media. Minggu, (15/9/2019).

Beberapa tahun terakhir ini mungkin, kata Bernadetta, bisa menginterview bagaimana proses efisien di rumah sakit masing-masing. Jadi, kalau mengikuti alur prosesnya, dari mereka itu kan ada mengeluh, bahwa selama ini mereka tidak ada Pengakuan dari rumah sakitnya. Justru malah gajinya turun dulu, waktu masih menjadi fungsional gajinya mendapatkan Rp100.000 setelah menjadi Efisien menjadi Rp50.000, yang artinya beban kerjanya semakin banyak, tapi dari kesejahteraan masih belum diperhatikan.

“Kami disini mencoba menjembatani, supaya apa yang menjadi tujuan kerjanya dari Efisien itu juga bisa diakui di rumah sakit secara legalitasnya dan juga secara jabatannya di rumah sakitnya. Semoga dalam tahun ini itu sudah mulai ada, dan kita ada beberapa sudah kita buat itu bukunya juga dan sedang udah diuji cobakan yang nantinya akan dipakai untuk uji kompetensi kredensial dan rekredensial. Peserta yang mengikuti ini sekitar 200-an, dari mayoritas karena memang untuk Jatim,” tebarnya.

“Harapan kami, seluruh anggota Efisien Jatim yang hadir, tapi ternyata ada yang dari Jawa Tengah Jogja ada dari Lombok, jadi artinya dari sekitar pun juga ada ada tiga hal penyebabnya ya ada suaranya ada, ada tiga hal dalam hal ini adalah host yang rentan ada agen infeksius dan akhir ada cara penularannya,” ungkapnya.

Bernadetta menceritakan, di rumah sakit tidak pernah ada namanya rumah sakit itu steril, itu tidak ada, pasti ada bakteri, ada virus, ada jamur dan sebagainya. Dan juga ada host yang rentan, siapa bisa pasien bisa petugas ataupun pengunjung transmisinya.

Dikatakan lebih lanjut, bagaimana banyak hal bisa secara kontak bisa secara batuk, kalau di Rumah Sakit, lihat ada poster etika batuk, tujuannya untuk menyetop transmisi dari droplet atau percikkannya. Kemudian, kalau ngelihat alkohol ada di mana-mana. Tujuannya, untuk menyetop penularan dari kontak tangan petugas ke pasien, dan ataupun sebaliknya.

Dan satu hal lagi yang terpenting, kata Bernadetta, adanya penularan terhadap Airborne itu yang sangat penting, karena Airborne itu sulit dicegah, kalau kita tidak melakukan penatalaksanaan dengan baik, akibatnya contoh kalau kita punya satu pasien TB yang aktif ditaruh di ruangan biasa, pasti akan menularkan ke sebelahnya efisien ini memastikan pencegah itu bisa berjalan dengan baik seperti itu sarapannya efisien.

“Yang hadir disini, mereka bisa melakukan pekerjaannya berdasarkan kompetensinya, dan bisa meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakitnya,” ucapnya.

Untuk menurunkan terjadinya penularan infeksi, lanjut Bernadetta, si pasien yang dirawat di rumah sakit, dan diakui secara legalitas dan secara aturan di rumah sakitnya adalah kalau dari IPTN itu adalah orang yang memberikan promosi kesehatan yang memberikan edukasi.

“Jadi, kalau ada di rumah sakit Efisien yang memperhatikan pasien, dan memberikan pengajaran tentang edukasi pencegahan supaya tidak tertular HIV. Jadi mohon untuk pasien dan keluarga mengikuti apa yang diberikan edukasi oleh para Efisien,” pungkas dia.

Efisien tersebut supaya pasien dan keluarga pun tidak tertular dari penyakit yang ada itu. Jadi, harapannya dukungan dari masyarakat supaya Efisien ini tetap ada, dan tetap diakui tuturnya. [asp]


Laporan : Arianto Goder


Tinggalkan Komentar