Ketua MPR : Tidak Ada Pasukan Khusus BIN Seperti Yang Diributkan - Telusur

Ketua MPR : Tidak Ada Pasukan Khusus BIN Seperti Yang Diributkan

Bambang Soesatyo

telusur.co.id - Ketua MPR, Bambang Soesatyo membantah keberadaan pasukan khusus BIN seperti yang diributkan masyarakat dan beberapa tokoh nasional. Ditegaskan Bamsoet, video yang diungguh di akun Instagram adalah demonstrasi dan mempertunjukan kemahiran para taruna-taruni Sekolah Tinggi Intelejen Negata (STIN) yang baru selesai pendidikan dengan berbagai keahlian khusus.

Mereka, ujar Bamsoet, menamakan dirinya Pasukan Khusus Rajawali di dalam acara saremoni Inaugurasi Peningkatan Statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) dan Peresmian Patung Bung Karno di STIN, Sentul, Bogor, beberapa waktu lalu.

“Saya bangga dan mendukung penuh prestasi para taruna-taruni Sekolah Tinggi Intelejen Negara (STIN) seperti yang dipertunjukan mereka secara luar biasa dihadapan saya dan para undangan Khusus lainnya sebagai bentuk prestasi pencapaian puncak pendidikan mereka selama di STIN,” katanya.

Tidak hanya kemahiran menggunakan berbagai jenis senjata laras pendek dan laras panjang, tapi juga kemahiran menjinakan bom, membebaskan sandera, terjun dari atas gedung memakai tali dan memperagakan kemahiran bela diri tangan kosong Tarung Derajad, menaklukan penyerang 20 orang bersenjata tajam seorang diri.

“Seharusnya kita bangga memiliki putera-puteri dengan kemahiran yang tidak kalah dengan kemampuan badan-badan intelejen dunia yang mempunyai tim taktis yang memang sewaktu-waktu apabila diperlukan mereka para taruna-taruni jebolan STIN tersebut siap dipergunakan didalam operasi khusus oleh Kementerian Pertahanan RI dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sesuai dengan amanat undang-undang.”

Bagi Bamsoet, intelejen yang mumpuni, selain menjadi mata dan telinga negara serta mahir dalam menganalisa informasi juga harus terampil melakukan penyusupan, penyamaran, propaganda, agitasi, provokasi, menggelar operasi rahasia dan mampu melakukan pertempuran baik perorangan sebagai pertahanan diri maupun sebagai team atau kelompok untuk melumpuhkan musuh di medan yang rumit dan sulit.

Demo ketangkasan yang ditunjukan para taruna-tarini STIN kemarin sangat membanggakan. Dan itu menunjukan SDM intelejen Indonesia tidak kalah dengan kehebatan 10 intelejen terbaik dunia seperti CIA (Amerika), M16 (Inggris), GRU (Rusia), DGSE (Prancis), ISI (Pakistan), BND (Jerman), Mossad (Israel), R&AW (India), ASIS (Australia), CSIS (Kanada) dan badan intelejen dunia lainnya.

Keterampilan beladiri, menjinakan bom, membebaskan sandera, keahlian cyber dan bertempur merupakan hal yang harus dikuasai seorang intelejen dalam pekerjaannya menjaga keamanan bangsa dan negara. Termasuk keterampilan dalam melumpuhkan musuh dan interograsi. Bahkan, CIA kerap melakukan berbagai eksperimen kontrol-pikiran untuk mengeksplorasi memori otak, pura-pura berkepribadian ganda (banci), hingga kemampuan menggunakan dan menjinakan  senjata biologis.

“Sekali lagi, saya bangga pada taruna-taruni STIN yang dilatih keterampilan khusus, soft skill. Sehingga tangguh dan profesional dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, menjaga keamanan negara, menjaga NKRI sesuai amanat UUD NRI 1945,” tandasnya. [far]


Tinggalkan Komentar