Ledakan Dahsyat di Beirut, Lebih dari 70 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka - Telusur

Ledakan Dahsyat di Beirut, Lebih dari 70 Orang Tewas, Ribuan Luka-luka

Ledakan di Beirut, Libanon. (Foto: CNN).

telusur.co.id - Ledakan dahsyat mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut, hari Selasa (4/8/20), menyebabkan paling tidak 78 orang meninggal dan lebih dari 4.000 lainnya luka-luka.

Seperti bom atom, ledakan dimulai dengan suara ledakan keras yang menimbulkan kepulan asap yang sangat besar. Kilatan api yang sangat besar juga terlihat.

Saksi mata mengatakan ledakan terdengar hampir di seluruh kota. "Memekakkan telinga," ujar salah satu warga melalui Twitter ditulis AFP.

Bangunan-bangunan bergetar dan jendela-jendela pecah. Bahkan listrik putus di sejumlah distrik di ibu kota Libanon itu.

Sebagaimana Diutarakan Kepala Keamanan Abbas Ibrahim hal tersebut terjadi karena ada dua ledakan besar yang terjadi bersamaan. Ledakan bersumber dari bahan peledak yang disita bertahun-tahun lalu dan disimpan di pelabuhan kota.

"Tampaknya ada gudang yang berisi material yang disita bertahun-tahun lalu, dan tampaknya itu adalah material yang sangat mudah meledak," kata pejabat keamanan senior itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.

"Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut," kata Faizasyah.

Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran, tambahnya.

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI) dan 1,234 TNI anggota kontingen Garuda.

Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa "ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik".

Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.

Secara terpisah, mahasiswa Indonesia lain bernama Fitrah Alif melalui akun Twitternya menulis, "65 mahasiswa terpantau aman lagi pada rebahan di kasur asrama masing-masing."

"Saya lagi di asrama di kota Tripoli, sekitar 80 kilometer dari Beirut dan tidak terasa guncangan, namun teman yang tinggalnya 8 km dari titik ledak, dia merasa seperti gempa, terasa getarannya," kata Fitrah kepada BBC Indonesia. [Tp]


Tinggalkan Komentar