telusur.co.id - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan bahwa ketidaksesuaian antara kebutuhan pasar kerja dan kualitas lulusan perguruan tinggi tak bisa lagi dibiarkan. Ia menekankan perlunya langkah nyata dan kolaboratif agar lulusan pendidikan tinggi tak lagi terjebak dalam pusaran pengangguran.
“Ketimpangan antara apa yang diajarkan di kampus dan apa yang dibutuhkan industri sudah berlangsung terlalu lama. Ini saatnya kita bertindak cepat dan tepat untuk mengakhirinya,” ujar Lestari dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/6).
Seruan itu bukan tanpa alasan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2025 mencatat angka pengangguran terbuka nasional mencapai 7,28 juta orang atau 4,82% dari total angkatan kerja. Ironisnya, justru lulusan pendidikan tinggi menyumbang angka signifikan dalam statistik tersebut: Diploma I (9%), Diploma III (4,5%), dan Sarjana (5%).
“Data ini menjadi sinyal keras bahwa kualitas lulusan kita belum sepenuhnya menjawab kebutuhan pasar kerja,” tegas Lestari.
Menurut politisi Partai NasDem yang akrab disapa Rerie ini, tantangan tersebut makin kompleks seiring pesatnya perkembangan teknologi dan dinamika global yang terus mengubah wajah dunia kerja. Untuk itu, ia menilai kolaborasi konkret antara perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia usaha menjadi kunci utama.
“Kurikulum harus disesuaikan. Kampus tidak bisa berjalan sendiri, begitu juga industri. Ini butuh duduk bersama dan membangun sistem yang berorientasi masa depan,” ujar anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu.
Rerie menegaskan, transformasi pendidikan tinggi tidak cukup hanya dengan perubahan administratif, tetapi harus menyentuh hal-hal mendasar seperti pembelajaran berbasis kompetensi, penguasaan teknologi, hingga pelatihan kewirausahaan yang relevan dengan kebutuhan nyata di lapangan.
“Tujuan akhirnya jelas: lulusan perguruan tinggi harus siap kerja, siap beradaptasi, dan mampu menciptakan lapangan kerja. Bukan sekadar punya gelar, tapi tak tahu arah,” tegasnya.
Rerie menutup pernyataannya dengan ajakan kepada seluruh pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun sistem pendidikan tinggi yang progresif dan adaptif, agar Indonesia mampu menekan pengangguran dan mencetak generasi unggul di masa depan.[]