telusur.co.id - Surat kabar Israel, Haaretz, mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terpaksa menerima gencatan senjata empat hari karena mendapat tekanan publik, dan keluarga tawanan Israel.

Dikutip Parstoday, Haaretz, pada Rabu (22/11/23) melaporkan, Netanyahu menerima kesepakatan gencatan senjata yang selama ini selalu ditolaknya karena tekanan publik.

"Gerakan-gerakan zig-zag Netanyahu sudah biasa, tapi nampaknya kali ini apa yang telah merubah pikirannya adalah tekanan publik, pertemuan dengan keluarga tawanan, dan sikap Angkatan Bersenjata, Shin Bet, serta Mossad," kata koran Israel ini.

Beberapa jam sebelumnya Hamas mengumumkan gencatan senjata yang disepakati ini meliputi penghentian semua aksi militer pasukan penjajah di seluruh wilayah Jalur Gaza, dan penghentian manuver peralatan perang musuh di Gaza.

Selain itu, gencatan senjata tersebut juga mencakup masuknya bantuan-bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar ke wilayah-wilayah Gaza, tanpa kecuali dari utara ke selatan.

Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata ini, 50 tawanan Israel, perempuan dan anak-anak di bawah 19 tahun ditukar dengan 150 tawanan perempuan dan anak-anak di bawah 19 tahun Palestina.

Penghentian penerbangan jet-jet tempur dan drone Israel di selatan Jalur Gaza dalam waktu empat hari selama enam jam, dari pukul 10 hingga 16 termasuk klausul yang disepakati dalam gencatan senjata ini.

Lebih dari itu, lalu lalang warga Gaza, terutama di Jalan Raya Salahuddin harus dijamin keamanannya, mereka tidak diserang, dan perjalanan dari utara ke selatan Gaza juga harus bisa dilakukan. [Tp]