Para Korban Buluk Superglad Tak Tahu Track Record Buluk Dulu Pernah Menipu   - Telusur

Para Korban Buluk Superglad Tak Tahu Track Record Buluk Dulu Pernah Menipu  

Yosy, Besly, Evan, Dimas dan Glen, korban dugaan penipuan investasi beras Bulog Cirebon oleh Buluk. (Foto: Grid).

telusur.co.id - Para korban dugaan penipuan investasi beras Bulog Cirebon yang dilakukan Lukman Laksmana alias Buluk Superglad mengaku tidak mengetahui fakta tentang track record Buluk yang ternyata juga pernah menipu. 

Kasus dugaan penipuan investasi beras Bulog Cirebon ini merupakan kasus ketiga yang dilakukan oleh Buluk. Para korban baru sadar telah ditipu oleh Buluk saat mereka menerima kenyataan bahwa Buluk menghilang dari peredaran.

Bagaimana mereka semua bisa percaya dengan Buluk untuk melakukan investasi dengan angka besar, salah satu korban, Besly memaparkan alasannya.

"Kita kenal, based on trust. Gue sempet minta temuin sama abangnya untuk konfirmasi, tapi bahasanya Buluk itu kan channel bisnisnya dia, jadi nggak bisa. Menurut gue itu wajar dalam bisnis, itu suatu hal yang biasa. Makanya gue nggak terlalu curiga. Tapi yang bener-bener gue cek waktu itu, apakah bener abangnya kerja di Bulog Cirebon, dan ternyata bener saat itu abangnya sebagai kepala gudang di Bulog Cirebon," jelas Besly dalam konferensi pers yang dikutip pada Sabtu (4/5/22).

Dari sana para korban sepakat juga, berdasarkan hal tersebut mereka tidak menaruh curiga terhadap Buluk karena informasi yang dianggap sudah jelas, serta trust yang dibangun oleh Buluk terhadap mereka cukup baik.

Saat ditanyakan tentang track record Buluk, Besly, Yosy, Evan, Dimas dan Glen mengakui kalo mereka tidak tahu sama sekali tentang hal itu.

"Nggak tau. Kita tau setelah kita dikumpulin semua setelah hilangnya Buluk," ujar Evan menjelaskan.

"Kita taunya dia pernah menceritakan masa lalunya, tapi itu sudah selesai katanya. Dan itu bukan kasus proyek, tapi permasalahan sama bank katanya, dan udah selesai," jelas Glen.

Pengakuan Buluk saat itu kepada mereka adalah eks-Superglad itu memiliki hutang dengan bank dan nggak bisa melunasi. Dari sana Buluk dicari debt collector, ditangkap dan itu selesai dalam waktu dua tahun. Belakangan ini baru mereka mengetahui tentang kasus Buluk sebelumnya itu, setelah mereka membagikan informasi terkait kasus yang dialami saat ini di sosial media.

Sejak itu banyak, teman-teman di sosial media ngasih tau mereka kalo ternyata modusnya Buluk ini sama, namun dengan product yang berbeda dan ternyata itu belum selesai. 

"Kasus lama tersebut ternyata belum selesai. Jadi udah ada tiga kasus si Buluk ini, yang pertama itu handphone china, yang kedua helm, yang ketiga ya beras ini," jelas Besly mengenai kasus-kasus yang dimiliki oleh Buluk.

Para korban pun membawa sejumlah bukti transaksi mereka dengan buluk. Mereka memperlihatkan bukti dana yang ditransfer kepada eks personel band waiting room itu.

Saat itu Buluk sempat mengirimkan forward messages kepada para korban dengan format yang sama, yang mana pesan tersebut dikatakan dari abangnya Buluk meminta waktu untuk pencairan profit yang di-pending.

Namun setelah kasus ini naik, para korban baru mengkonfirmasi pesan tersebut ke abangnya Buluk dan ternyata itu bukan pesan darinya. Dari sana ditarik kesimpulan sepertinya memang Buluk yang merekayasa pesan tersebut, seakan-akan dari abangnya untuk mengelabui investornya tersebut.

Sejak 23 Mei pembuatan laporan, Besly menyatakan bakal ada panggilan dari penyidik untuk proses BAP, namun sampai saat ini belum ada informasi lanjutan sama sekali.

Para korban juga mengaku tidak mengetahui dimana lokasi Buluk saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencari Buluk, seperti dengan berbagi informasi ke teman-teman komunitas di seluruh Indonesia, namun hasilnya masih nihil.

Para korban berharap melalui ini informasi terkait kasus Buluk bisa menyebar ke semua telinga masyarakat. Karena hal ini bisa terjadi lantaran mereka salah satu adalah mereka tidak tahu sama sekali tentang kasus Buluk yang sudah-sudah.

"Seenggaknya, dengan ter-blow up kasus saat ini, bisa bikin orang-orang makin aware dan teliti terhadap tindakan yang ingin dilakukan," ujarnya. [Tp]


Tinggalkan Komentar